“Demikian presentasi dari saya, terima kasih,” ucap Ratih mengakhiri.
Tak ayal tepukan tangan sudah bergema dan yang paling terdengar keras adalah dari Derryl. Ratih sampai tersipu malu dibuatnya.
“Silakan, Pak! Jika ada pertanyaan, saya akan mencoba menjawab,” imbuh Ratih.
Perwakilan PT Buana Sakti hanya manggut-manggut kemudian memperhatikan contoh sample produk di atas meja yang baru saja dipresentasikan Ratih.
“Saya sudah mendengar lama tentang produk Anda. Memang penggemarnya sangat banyak di pasar dalam dan luar negeri. Hanya yang kurang dalam hal ini adalah kemasannya sedikit kurang menarik dan mungkin kurang pas digenggam. Apa Anda tidak berniat mengubahnya atau bagaimana?”
Ratih tersenyum dan melirik ke arah Derryl. Derryl membalas lirikan Ratih dan menganggukkan kepala sebagai isyarat jawabannya.
“Untuk itu, kami sudah mempunyai jalan keluar, Pak. Paling lambat akhir tahun ini kemasannya ak
“Pak!!” Ratih berseru sambil tersentak kaget.Derryl langsung terkekeh melihat ekspresi kaget Ratih. Sementara Ratih hanya diam sambil terus menatap tajam ke arah Derryl. Berulang kali ia membasahi bibirnya sambil menelan ludah. Ratih tidak habis pikir dengan semua ucapan dan ulah Derryl hari ini.Apa karena kedekatan mereka di malam itu membuat berondong ganteng ini terus-menerus menjeratnya dan membuat Ratih kebingungan sendiri.“Aku hanya bercanda, jangan dimasukkan hati.” Derryl meralat ucapannya sambil mengibaskan tangan ke udara.Ia sudah berjalan mendahului Ratih dan Ratih hanya terdiam menatap punggung lebarnya dari belakang. Tanpa diminta ada debaran aneh yang tiba-tiba bertalu lirih di hati Ratih.“Pak, saya turun di sini saja. Saya ada janji dengan orang jam 12 dan kalau ke kantor dulu nanti tidak keburu,” ujar Ratih. Mereka bertiga sudah di dalam mobil perjalanan balik ke kantor.“Memangn
“Hai!! Jadi kamu pria yang akan ditemui Bu Ratih,” ujar Derryl.Tiba-tiba pria tampan bermata kecil itu sudah berdiri di samping pengacara Ratih dan menepuk bahunya. Ratih makin terkejut dibuatnya.“Bapak saling kenal dengan Pak Surya, pengacara saya?” tanya Ratih kebingungan.“Iya, kami saling kenal. Derryl teman saya saat SMA,” jawab Surya, pengacara Ratih.Ratih tampak manggut-manggut dan Derryl memilih langsung duduk di samping Ratih berhadapan dengan Surya.“Akhirnya kamu sukses juga jadi pengacara padahal waktu sekolah dulu kamu sering membolos.” Derryl mengawali pembicaraan mereka.“Kamu juga, Ryl. Aku pikir kamu masih di luar negeri. Kapan kamu pulang?”“Baru saja, kok.”“Jadi akhirnya kamu nyerah, nih. Kamu mengikuti permintaan papamu untuk ---“Belum sempat Surya melanjutkan kalimatnya, kaki Derryl sudah menyenggol kaki Surya se
“Hufftt ... lama-lama aku bisa gila kalau harus berinteraksi dengan orang satu itu terus,” gumam Ratih.Satu jam yang lalu, Ratih sudah tiba di kantor dan langsung bergegas ke ruangannya. Ia langsung duduk menghempaskan tubuh sambil menyandarkan punggungnya di kursi. Pesan masuk dari Derryl tadi benar-benar membuatnya kesal, ditambah lagi lirikan mata Derryl dengan kerlingan nakalnya seakan sedang menggoda Ratih.“Jangan-jangan dia sudah menjadikan aku target keisengannya. Bukankah Pak Surya tadi bilang kalau Derryl rajanya iseng. Akh ... sialan, kenapa juga harus berurusan dengan bocil macam dia. Kalau saja dia bukan atasanku sudah aku sentil telinganya. Gemes banget aku.”Ratih kembali menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Apa jangan-jangan kejadian malam itu sengaja dia lakukan untuk menjebakku. Namun, bagaimana mungkin kenal aja enggak waktu itu. Kenapa juga harus menjebakku?”Ratih masih sibuk
“Eng ... .” Hanya kata itu yang keluar dari mulut Ratih.Lagi-lagi otaknya sudah tidak bisa mencerna maksud ucapan dari bos mudanya ini.“Mau nyoba, enggak?” Derryl memecah lamunan Ratih bahkan dia sudah melihat ke arah Ratih.Ratih ikut menoleh dan mendongakkan kepala perlahan. “Nyoba apa, Pak?”“Nyoba aku peluk?” ujar Derryl dengan mata mengerling nakal.Sontak Ratih terbelalak kaget dan buru-buru memalingkan wajah. Ia merasa kalau wajahnya sudah memanas pasti sekarang warnanya sudah berubah tidak seperti biasanya. Sementara Derryl langsung terkekeh melihat ekspresi Ratih.“Astaga!! Kamu lucu banget, sih. Kok langsung terbakar gitu wajahmu. Merah banget.”Derryl masih tertawa bahkan tubuhnya terus terguncang melihat ke arah Ratih. Sedangkan Ratih hanya diam dan memalingkan wajahnya. Dia tidak mau menanggapi ulah bosnya yang aneh ini. Sepertinya tepat dugaan Ratih kalau dia
Ratih masih terdiam duduk di sebelah Derryl sambil memperhatikan lalu lintas malam ini. Usai makan malam yang super pedas tadi, mereka langsung pulang. Kali ini Derryl yang mengemudi, dia sekalian ingin mengingat jalan.Sepanjang perjalanan hanya alunan musik yang menjadi latar belakang mereka. Ratih sama sekali tidak bersuara dan sesekali menggigit bibirnya seakan sedang menyesali sesuatu. Selang beberapa saat mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki pelataran parkir apartemen. Derryl segera memarkirnya dengan rapi dan bergegas keluar.“Terima kasih, Tih. Besok aku tidak akan merepotkanmu lagi.” Derryl berkata seperti itu sambil menyerahkan kunci mobil Ratih.“Iya, Pak.” Ratih menjawab masih dengan menundukkan kepala. Dia masih malu dengan kejadian di resto tadi. Padahal maunya dia membalas Derryl, tapi nyatanya malah dia yang dikerjai.“Kamu mau nunggu di sini semalaman?”Ratih terjingkat dan mengangkat kepala
“Eng ... ya udah kalau begitu. Saya balik dulu, Pak,” ujar Ratih.Ratih bergegas membalikkan badan dan bersiap pergi. Namun, tangan Derryl sudah mencekal lengannya lebih dulu membuat Ratih urung melangkah.“Eits, siapa yang suruh kamu balik?”Ratih terbelalak dan membalikkan badan lagi hingga berhadapan dengan Derryl. Derryl langsung tersenyum menyeringai melihat Ratih.“Karena kamu di sini, kebetulan sekali. Bantuin aku untuk memeriksa beberapa berkas. Sekalian aku mau membahas tentang kemasan baru produk kita.”Ratih hanya diam dan berulang menelan ludah. Rasanya dia tidak akan kembali ke kantor dalam waktu cepat dan ujung-ujungnya Sasi juga Mawar akan mencarinya.“Jangan khawatir, aku akan kirim pesan ke Kresna agar Sasi tidak khawatir mencarimu.”Ratih semakin terkejut dengan ucapan Derryl dan spontan memegang tangan Derryl yang berdiri di depannya. Derryl terkejut dan melirik sekila
“Tih, kamu gak papa?” tanya Mawar khawatir.Ratih tidak menjawab hanya tangannya yang memberi isyarat. Setelahnya dia sudah berlari menuju toilet sambil menutup mulutnya dengan tangan.Ratih langsung mengeluarkan seluruh isi perutnya begitu tiba di toilet. Dia sendiri tidak tahu mengapa perutnya tiba-tiba mual dan enek seperti tadi. Setelah cukup lama mengeluarkan semua isi perutnya, Ratih keluar dari bilik toilet dan dia terkejut melihat Mawar sudah berada di sana.“Kamu baik-baik saja, Tih?” Mawar bertanya dengan penuh perhatian.“Iya, aku baik-baik saja. Hanya perutku enek dan mual.”Ratih sudah menyeka bibirnya sambil mencuci tangan di wastafel kemudian merapikan riasannya. Mawar masih berdiri mematung sambil melirik ke arah Ratih. Ratih melihat ekspresi sahabatnya itu.“Kamu kenapa?” tanya Ratih penasaran.Mawar menghela napas panjang sambil menatap ke arah Ratih.“Kamu
“Eng ... Pak. Bisa minta tolong lepaskan saya!” cicit Ratih.Ia merasa risih saat Derryl tiba-tiba memeluknya. Perlahan Derryl mengurai pelukan dan kini tampak menatap tajam ke arah Ratih. Ratih hanya diam membisu sambil membalas tatapan Derryl dengan bingung.“Bapak kenapa?” Ratih malah bertanya seperti itu. Tentu saja Derryl langsung mengernyitkan alisnya.“Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kamu kenapa?”Ratih terdiam dan masih mematung di depan pintu. Derryl berdecak sambil menggelengkan kepala.“Apa aku tidak diperbolehkan masuk?”Ratih bergegas mengangguk dan membuka lebih lebar pintu kabin apartemennya menyilakan Derryl masuk. Ratih bergegas menutup pintu begitu mereka berdua sudah masuk.“Kamu sakit?” Derryl kembali bertanya. Ratih hanya diam dan menggelengkan kepala. Ia tidak mau Derryl tahu kalau dia sedang tidak enak badan.“Terus kenapa tadi?&rdq