Share

Selingkuhan Ratih

“APA!!??” seru Wisnu terkejut.

Ratih yang berada dalam rengkuhan Derryl tidak kalah kagetnya. Dia spontan menoleh ke arah Derryl dan dengan mata terbelalak melihat ke arahnya.

Tak lama kemudian terdengar tawa berderai keluar dari bibir Wisnu. Tentu saja Ratih makin bingung, hanya Derryl yang terlihat tenang kali ini.

“Jadi ... jadi kamu selingkuhannya istriku,” imbuh Wisnu kemudian.

Ratih tidak terima dengan ucapan Wisnu. Ia memelotot ke arah Wisnu dan berusaha melepaskan rengkuhan Derryl di pinggulnya.

“Kamu jangan sembarangan ngomong, Mas. Aku dan dia ---“

Belum sempat Ratih membela diri, Derryl sudah memotong pembicaraannya. “Kalau iya, kenapa? Apa tidak boleh? Ratih masih cantik dan menarik di mataku. Apa aku tidak boleh menyukainya?”

Ratih semakin tercengang mendengar ucapan Derryl. Sementara Wisnu tampak kesal mendengar ucapan pria tampan yang usianya lebih muda darinya ini. Wisnu berdecak sambil tersenyum miring menatap Derryl.

“Oke, terserah. Asal jangan menyesal saja, dia itu mandul,” tandas Wisnu dengan kasar.

Ratih hanya diam, menunduk sambil menahan sesuatu yang siap luruh keluar dari sudut matanya. Derryl ikut terdiam tampak melirik Ratih sekilas yang berdiri tak jauh darinya.

“Tak masalah. Aku sudah menyukainya dan aku sama sekali tidak mempermasalahkannya.”

Wisnu berdecak kembali melihat ke arah Ratih dengan jengkel.

“Pantas saja dia minta cerai dariku, ternyata dia punya selingkuhan. Sepertinya bukan aku yang bersalah seratus persen dalam hal ini. Kamu sudah merencanakan sesuatu di belakangku, Ratih.”

Ratih mengangkat kepala dan menatap penuh amarah ke arah Wisnu.

“Maksudmu apa, Mas? Kamu gak ngerti. Aku dan Pak Derryl ---“

“CUKUP!!” Derryl kembali memotong pembicaraan Ratih dan tentu saja Ratih kesal dibuatnya.

“Sudah malam. Sudah waktunya kita pulang, Sayang,” lanjut Derryl sambil menyambar tangan Ratih dan menggandengnya.

Ratih hanya bengong menatap Derryl dengan tatapan tak percaya. Sementara Wisnu semakin geram melihat kelakuan Derryl dan Ratih. Dua insan beda jenis itu seakan sengaja memanasinya kali ini. Derryl langsung mengajak Ratih berlalu begitu saja darinya, tentu saja hal ini membuat Wisnu semkain geram.

“Sialan!! Dasar Mandul!! Tukang selingkuh!! Beraninya kamu mengatai aku selingkuh padahal kamu melakukan hal yang sama juga. Berengsek!!” maki Wisnu kesal.

Ratih pura-pura tidak mendengar apalagi Derryl sudah menarik tangannya semakin menjauh. Dia bahkan tidak mendengar umpatan dan cacian apa lagi yang keluar dari mulut Wisnu. Malam ini untuk kedua kali hati Ratih terluka. Lagi-lagi mantan suaminya itu mengolok dengan sebutan yang menyakitkan.

“Kamu baik-baik saja?” sebuah pertanyaan tiba-tiba tercetus dari bibir Derryl.

Mereka sudah di dalam lift dan sama-sama terdiam kini. Ratih hanya terdiam sambil menundukkan kepala. Kemudian matanya melirik tangan Derryl yang masih menggenggam tangannya. Sepertinya Derryl tahu lirikan Ratih, gegas dia melepas genggamannya.

“Maaf ... aku hanya berusaha menolongmu tadi,” imbuh Derryl.

“Iya. Terima kasih, Pak. Namun, seharusnya Bapak tidak perlu mengaku sebagai selingkuhan saya juga tadi.”

Derryl tersenyum mendengar bentuk protes Ratih. Perlahan Ratih mengangkat kepala dan melihat pria tampan di sampingnya ini sedang tersenyum manis.

“Kenapa? Kamu keberatan jadi selingkuhanku? Padahal kita sudah melalui malam yang indah kemarin.”

Seketika mata Ratih terbelalak kaget dan tanpa diminta semua bayangan aneh tentang kejadian malam yang menegangkan terlintas di kepalanya. Buru-buru Ratih menghindar dari tatapan Derryl dan menunduk dengan cepat.

Derryl hanya mengulum senyum sambil berulang menggelengkan kepala melihat sikap Ratih yang menggemaskan.

“Kamu masih cantik dan menarik, rasanya pantas jika kamu mencari pria yang lebih baik dari suamimu itu. Tidak perlu berkecil hati dan rendah diri seperti itu. Aku rasa dia yang menyesal karena sudah melepaskanmu.”

Ratih hanya terdiam mendengar ucapan Derryl. Mengapa juga pria yang lebih muda darinya ini pintar sekali menasehati bahkan dia lebih dewasa dibanding Wisnu, suaminya.

“Terima kasih, Pak sudah menghibur saya. Namun, sungguh apa yang Bapak lakukan tadi malah membuat runyam masalah saya.”

Derryl berdecak sambil melipat tangannya di depan dada.

“Runyam kenapa? Aku dengar tadi kamu ingin cerai. Aku rasa aku malah membantumu mempercepat prosesnya.”

Ratih tercengang, menoleh ke arah Derryl dengan mata terbelalak.

“Kenapa? Mau berterima kasih padaku?” lanjut Derryl.

Tidak terdengar sebuah suara dari bibir Ratih. Dia sangat kesal kali ini. Ratih yakin, Wisnu akan terus mengolok dan menuduhnya yang tidak-tidak. Namun, tanpa sadar Ratih membenarkan ucapan Derryl kalau pada akhirnya Wisnu akan marah padanya dan mempercepat proses perceraian mereka. Ratih tiba-tiba mengulum senyum dan Derryl melihatnya.

“Kenapa tersenyum? Apa kamu sudah menyadari kalau tindakanku tadi menolongmu?”

Ratih kembali tersenyum dan menganggukkan kepala.

“Iya, terima kasih, Pak. Maaf, tadi saya sempat salah sangka.”

Derryl hanya manggut-manggut sambil tersenyum. Pintu lift terbuka, Derryl dan Ratih berjalan keluar beriringan. Kemudian siap berpisah saat di parkiran.

“Kamu mau ke mana?” tanya Derryl tiba-tiba.

Ratih menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Derryl.

“Pulang, Pak. Saya meninggalkan mobil saya kemarin di sebuah restoran dan sekarang akan mengambilnya ke sana.”

“Hmm ... jadi mobilmu sudah ketemu?”

Ratih tersipu dan mengulum senyum malu-malu sambil menundukkan kepala. Ia jadi teringat pertemuannya dengan Derryl kemarin juga bermula karena salah masuk mobil.

“Bagaimana kalau aku antar? Kebetulan aku lapar ingin makan malam sekalian di sana.”

“Eng ... Bapak tidak perlu serepot itu. Saya bisa naik taxi online,” tolak Ratih.

“Aku tidak repot. Bukankah aku sudah bilang kalau sekalian mau makan malam di sana. Selain itu bukankah mulai sekarang kamu jadi tanggung jawabku.”

Seketika Ratih terkejut mendengar ucapan Derryl. Bahkan kedua mata bulat Ratih terbelalak kaget mendengarnya.

“Mak—maksud ... Bapak ---“

Derryl menghela napas panjang kemudian menatap Ratih dengan intens.

“Aku hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada buah hatiku.”

Ratih semakin terkejut mendengar ucapan Derryl. Ia terbelalak kembali sambil membuka mulut melihat ke arah Derryl. Derryl hanya tersenyum, menghentikan langkah berdiri sejajar di depan Ratih. Kemudian tersenyum sambil berkata dengan tutur kata yang sangat lembut sembari menunjuk perut Ratih dengan telunjuknya.

“Maksudku ... aku tidak ingin terjadi sesuatu pada calon buah hatiku di dalam sana.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status