Share

BAB 172

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2025-01-16 00:01:52

"Uang sisa beli perhiasan ada berapa, Bu? Bapak mau beli peralatan bengkel." Rudy berujar pelan saat Mawar dan Rena sudah sampai rumah.

Ibu dan anak itu saling tatap. Mawar terlihat gelisah dengan wajah memucat karena takut. Dia kebingungan mencari cara untuk menjelaskan kemana uang itu.

"Kenapa diam? Coba bapak hitung sendiri masih berapa. Bapak benar-benar nggak enak sama Ken karena menyelewengkan amanahnya." Rudy menghela napas panjang sembari mengulurkan tangannya, minta sisa uang itu pada istrinya.

"An-- anu, Pak. Uangnya hilang." Mawar terbata. Dia menunduk takut sambil memainkan jemari-jemarinya. Rudy mendongak dengan mata membulat lebar.

"Apa ibu bilang? Bapak kurang dengar," ujar Rudy lagi. Tatapannya tak berubah. Makin tajam menghujam, membuat Mawar semakin diliputi ketakutan.

"U--uangnya dijambret, Pak. Tas ibu dibawa maling, makanya perhiasan dan semua sisa uang itu lenyap. Maafkan ibu, Pak." Mawar duduk di depan suaminya sembari terus meminta maaf.

"Uangnya ludes ta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Suria
bagus pak rudi. mesti tegas. biar mawar & rena tau rasa
goodnovel comment avatar
zurnita zurnita
klo di sini pak rudy nya terkesan pria lembek , bapak yg ngk tegas ma sekali,
goodnovel comment avatar
Hazwani Umira Kasim
semangat lanjutnya thorr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 173

    [Kamu jadi pulang ke Jogja besok, Ken? Jangan lupa pesan mama. Bawa istrimu pulang!] Pesan dari Raka muncul di layar handphone Ken saat dia masih meninjau proyek terbarunya. Bagas dan Ridho terlihat ngobrol di kejauhan bersama mandor proyek. Tak ingin terus diteror kakaknya, Ken pun lekas membalas pesan itu. [InsyaAllah besok, Mas. Tiket juga sudah ready. Bilang sama mama, aku akan bawa menantu barunya ke Jogja. Aku selesaikan masalah di sini dulu hari ini]Pesan terkirim dan Ken kembali melanjutkan aktivitasnya. Beberapa kali memeriksa catatan dan desain bangunan yang sudah digarap lalu kembali menghitung seberapa lama lagi ruko itu akan selesai dan siap huni. Meski sudah ada karyawan yang mengurus hal ini, tapi Ken cukup detail saat mengurus proyeknya. Oleh karena itulah, dia memeriksa semuanya sampai menemukan yang terbaik. [Sayang, pulang jam berapa? Sekarang di mana?]Getar handphone Ken kembali terasa. Dia pikir, kakaknya yang mengirimkan balasan. Namun, saat dilihat layar h

    Last Updated : 2025-01-16
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 174

    "Kakakmu di kamar, Mel. Masuk dulu biar kupanggilkan." Rudy mempersilakan Melati untuk masuk ke ruang tengah, sementara Hanum melangkah ke dapur untuk menyiapkan es jeruk dan camilan. Perlahan Rudy mulai mengetik pintu kamar. Mawar yang masih berbaring di kasur sembari berselancar ke media sosialnya pun kembali berdecak kesal mendengar ketukan itu. "Ada apalagi sih! Heran, baru mau istirahat sebentar sudah ribet lagi!" umpatnya. Sebenarnya Mawar ingin pura-pura tidur, tapi saat Rudy bilang adiknya datang, rencana itu pun dia urungkan. Meski malas, Mawar gegas turun dari ranjang lalu mendekati pintu kamarnya. "Dicari Melati." Rudy menunjuk adik semata wayang Mawar yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Tanpa membalas ucapan Rudy, Mawar melenggang begitu saja menyusul Melati setelah menutup pintu kamarnya. "Mbak ...." Melati tampak tersenyum saat melihat kakaknya datang. Keduanya pun saling peluk dan cipika cipiki seperti biasanya tiap kali bertemu. "Sendirian, Mel? Nggak sama Fa

    Last Updated : 2025-01-17
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 175

    "Ibu diam-diam berhutang tanpa bilang bapak dulu? Memangnya selama ini ibu punya penghasilan, kok bisa-bisanya pinjam uang sebanyak itu." Rudy mulai mencecar membuat Mawar semakin panik. "Bapak kok ngomongnya begitu sih?! Ibu emang nggak kerja, Pak. Tapi bapak sama Rena kan kerja. Lagipula hutang ini juga bukan buat foya-foya, tapi buat kita semua. Kesannya ibu doang yang salah. Kalau bapak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, ibu juga nggak bakal minjam sana-sini seperti ini. Bukannya introspeksi malah playing victim. Seolah bapak yang paling tersakiti," tukas Mawar balik menyudutkan. "Yakin buat kita semua?" sindir Rudy lagi membuat wajah Mawar semakin tertekuk. Rena yang baru bangun tidur akhirnya keluar karena tak tahan mendengar keributan kedua orang tuanya. Dia berdiri di ambang pintu sembari melihat ke ruang tengah. "Ribut terus dari pagi sih, Bu. Belum kelar juga perkara duit yang hilang itu?!" omel Rena kemudian. Mawar dan Melati menoleh ke belakang. Begitu pula dengan Rud

    Last Updated : 2025-01-17
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 176

    "Jadi, uang buat modal bengkel bapak itu dijambret, Sayang?" tanya Ken setelah mendengar cerita bapak mertuanya di ruang makan tadi. "Iya, Mas. Semua karena ibu. Dia bawa semua uang itu ke pasar buat beli perhiasan. Naas malah dijambret orang." Hanum kembali berdecak kesal. "Belum rezeki bapak, Sayang. Lain waktu aku belikan saja peralatan bengkel, jadi nggak kukasih dalam bentuk uang. Gimana?" tanya Ken lagi seolah tak ada penyesalan di hati karena mertuanya menyelewengkan amanahnya. Hanum menoleh lalu kembali menatap lekat suaminya. "Mas Ken nggak marah atau kecewa karena uang itu hilang begitu saja?" tanya Hanum geleng-geleng kepala. "Kecewa mungkin ada, Sayang. Tapi kalau marah, nggak lah. Mau gimana lagi? Konsepnya belum rezeki. Sekuat apapun digenggam juga bakal terlepas jua. Semoga saja uangnya digunakan sebaik-baiknya oleh penjambret itu." Ken mengusap puncak kepala istrinya lalu kembali tersenyum. "Kalau ibu nggak serakah, mungkin uang itu juga nggak akan hilang, Mas. Ba

    Last Updated : 2025-01-18
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 177

    Adzan subuh berkumandang. Ken sudah siap ke masjid dengan baju rapi dan sajadah yang tersampir di pundaknya. Hanum pun gegas beranjak dari ranjang lalu membereskan selimut, bantal dan tempat tidur yang sedikit berantakan. "Sayang, ke masjid dulu ya?" Ken tersenyum saat Hanum menoleh ke arahnya. "Iya, Mas. Hati-hati di jalan." "Assalamualaikum." "Wa'alaikumsalam, Mas," balas Hanum lagi sembari mengangguk pelan. Setelah pamit pada istrinya, Ken gegas keluar kamar. Seperti biasa, bapak mertuanya sudah menunggu di rumah keluarga. Kedua laki-laki itu berjalan beriringanenuju masjid yang tak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Azziz sesekali juga ikut jamaah ke masjid, tapi kadang dia memilih sholat di rumah entah karena apa. "Mas, ngapain sih kamu bangunin aku sepagi ini?" Suara Rena terdengar dari kamarnya. Sepertinya dia baru bangun. "Sholat subuh, Dek. Ayo sama aku. Tadi aku kesiangan makanya nggak jamaah ke masjid," balas Azziz dengan volume suara lebih rendah dibandingkan

    Last Updated : 2025-01-19
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 178

    "Mau ke mana, Ren?" tanya Mawar saat melihat anak perempuan dan menantunya keluar dari kamar dengan dandanan rapi. "Mau ke dealer, Bu. Kami sudah sepakat ambil mobilnya hari ini," balas Rena begitu semringah. Dia yang sebelumnya ngomel-ngomel tak karuan hanya karena perkara secangkir kopi, akhirnya luluh setelah Azziz mengajaknya ke dealer untuk membeli mobil. Sesuai rencana, mahar uang dan emas itu akan digunakan untuk membeli mobil pilihan Rena. Kekurangannya akan diangsur tiap bulan. "Beneran mau beli mobil, Ren?" Mawar ikut semringahendengar kabar bahagia itu. Rena melipat tangan ke dada lalu tersenyum lebar. "Beneran dong, Bu. Nanti kita bisa jalan-jalan dan shopping kalau sudah ada mobil." Mawar mengangguk lalu menepuk pelan lengan anak kesayangannya. "Ibu bangga sama kalian berdua. Pokoknya ibu dukung. Jangan sampai kalah sama Hanum." Kali ini volume suara Mawar sedikit diturunkan karena tahu Hanum dan Ken masih di kamarnya. "Tenang saja, Bu. Mas Azziz nggak mungkin kalah

    Last Updated : 2025-01-19
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 179

    Suasana di luar rumah cukup heboh. Beberapa tetangga datang untuk melihat apa yang terjadi di rumah sederhana itu. Hanum yang sebelumnya terlelap pun mulai terjaga dari tidur siangnya. Dia mengerjap pelan lalu mendengarkan suara gaduh di halaman rumahnya. Jarum jam nyaris menunjuk angka dua saat Hanum terjaga. Dia menggeliat pelan lalu turun dari ranjang. Rasa penasaran pun muncul karena suara di luar semakin berisik. Sesekali terdengar tawa mereka. "Hebat sekali, Ren. Baru nikah seminggu sudah bisa beli mobil baru," ujar salah seorang ibu entah siapa namanya. "Resepsi di hotelnya jadi kan, Ren? Apa batal karena dananya sudah buat beli mobil?" "Nggak batal dong! Resepsi itu tetap digelar. Bukannya kamu sudah dapat undangannya? Kok nanya begitu?" tukas Rena sedikit kesal."Kupikir dibatalkan. Soalnya kaya nggak ada kabar lagi." "Makanya, lihat tanggalnya dong. Sudah jelas di situ tanggal berapa. Kalaupun aku kelihatannya nggak ngurusin ya memang semua sudah dihandle suamiku. Lagip

    Last Updated : 2025-01-20
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 180

    "Mau cash atau kredit yang penting bisa bayarnya, Bu. Ngapain repot coba? Rena kemarin dapat mahar banyak dari Azziz. Tabungannya juga lumayan, makanya semua dipakai buat beli mobil ini." Mawar menimpali. Dia tahu jika anak perempuannya benar-benar malas jika harus membahas soal pembelian mobil itu. Dia nggak suka jika nanti menjadi bahan olokan karena tahu mobilnya belum lunas, sementara gayanya sudah seperti bos besar. "Benar juga yang dikatakan Bu Mawar. Lagian repot amat sih Bu Maryam ini pakai tanya cash atau kredit segala. Kalaupun kredit, mereka juga bisa bayarnya. Rena sama Azziz kan kerja kantoran dengan gaji jutaan. Kalau cuma bayar cicilan mobil dua atau tiga juta mah kecil." Ibu lain menyahut. Ada yang hanya diam saja karena jengah melihat kesombongan Rena dan ibunya, tapi ada pula yang mengiyakan alasan Mawar. Terserah mau kredit atau cash, yang penting tak merepotkan mereka. Begitu pikirnya. "Mas ... ngapain di situ? Makan dulu sini," panggil Hanum saat melihat suami

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 276

    "Apa maksudmu ngomong begitu? Oh, kamu juga seperti mereka yang mengira kakakmu gila? Perlu obat penenang, perlu ke psikiater atau psikolog segala, begitu, Num?!" sentak Mawar membuat Hanum mundur selangkah. Meski tanpa suara, Ken semakin mengeratkan genggaman tangannya untuk menenangkan Hanum. "Kamu senang kan sekarang lihat Rena seperti itu? Puas sudah membuatnya seperti ini?!" tukas Mawar lagi. "Membuat Mbak Rena seperti ini, Bu? Maksud ibu apa menuduh Hanum begitu?!" Hanum membela diri. Dia tak terima difitnah sedemikian rupa oleh ibu tirinya itu, apalagi di depan banyak orang. "Bukannya Mbak Rena yang awalnya membuat hidup Hanum hancur? Dia yang berkhianat. Kenapa sekarang ibu justru menyalahkan Hanum? Nggak salah sasaran kan, Bu?" Hanum mulai berani membela dirinya lagi. Ken menoleh, lalu mengangguk pelan. Dia mendukung keberanian istrinya. Sudah cukup lama diam dan mengalah, waktunya untuk unjuk gigi karena mengalah pun percuma, mereka tak pernah peduli akan hal itu. "Lih

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 275

    "Kenapa kamu bisa begini, Ren?!" Mawar setengah berteriak saat melihat anak kesayangannya mengobrak-abrik beberapa barang di ruang tamu. Para tetangga tak berani mendekat karena Rena begitu kesetanan setelah motor dan mobilnya diangkut dealer. Azziz pun memilih pergi entah kemana. Sepertinya dia benar-benar malas melihat istrinya yang sulit diatur dan kelewat batas. "Menantu kesayangan ibu itu sudah menghancurkan hidupku. Apa laki-laki seperti itu yang menurut ibu terbaik dan layak dipertahankan?!" sentak Rena dengan mata memerah. Dia mengusap kasar kedua pipinya yang basah air mata. "Tak ada asap kalau tak ada api, Rena! Azziz begitu setelah melihatmu--Mawar tak melanjutkan kalimatnya. Di melirik sekitar yang masih banyak tetangga. Sekesal dan semarah apapun pada anaknya, Mawar masih berusaha menutupi aibnya di depan banyak orang. Dia juga tak ingin nama baik anak perempuannya makin tercemar. "Bukannya ibu bilang kalau tak ada asal kalau tak ada api? Sama halnya denganku, Bu. Ak

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 274

    "Oh, ternyata kalian di rumah?!" tukas Rena saat melihat Ken dan Hanum duduk santai di teras belakang. Hanum menoleh, begitu pula dengan Ken. Mereka sengaja keluar kamar karena tak ingin terus mendengarkan pertengkaran Rena dan Azziz. Namun, sepertinya Rena tetap salah paham."Iya, Mbak. Kami memang di rumah sejak--"Sengaja menguping pertengkaranku dengan Mas Azziz? Sengaja nggak bawa mobil supaya aku nggak tahu kalau kalian di rumah?!" tuduhnya berapi-api. "Apaan sih, Mbak! Jangan asal nuduh. Ngapain juga aku sengaja nguping obrolan kalian. Nggak penting banget dan kaya kurang kerjaan!" Hanum tak mau kalah. Sekarang dia memang mulai berani membela diri bahkan tak segan menangkis tangan Rena jika dia mulai berani macam-macam. Hanum tak selemah dulu. "Halah! Kamu pasti senang kan lihat rumah tanggaku hancur berantakan? Bangga kamu ya, Num! Sekarang kamu bisa hidup mapan, sementara aku malah seperti ini," sindir Rena sembari melipat tangan ke dada. Hanum beranjak dari kursi. Ken b

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 273

    "Berhari-hari nggak pulang, apa harus seperti ini sikapmu sama istri sendiri?!" sentak Rena lagi sembari membuka pintu utama dengan kasar lalu membantingnya. Ken yang akan beranjak dari tepi ranjang pun mengurungkan niatnya. Hanum menarik lengan suaminya agar duduk kembali. Mereka sepakat untuk tak ikut mencampuri urusan rumah tangga Rena dan Azziz. Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Kecuali jika ada kekerasan, barulah mereka akan turun tangan. "Istri? Kamu masih begitu luwes menyebut diri sendiri sebagai istri, Ren? Setelah apa yang kamu lakukan selama ini, hah?!" sentak Azziz dengan mata memerah. "Apa seperti itu sikap seorang istri yang wajib dinafkahi, diberikan kasih sayang, cinta dan diperjuangkan hidupnya? Kamu nggak buta dan nggak tuli kan? Namamu sudah buruk di mata banyak orang setelah video itu viral, Rena. Sadar!" bentak Azziz lagi sembari memukul meja ruang tengah. Beberapa barang di atas meja itu berhamburan ke lantai. Di dalam kamar, Hanum mengucap

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 272

    "Sayang, aku punya sesuatu," ujar Ken saat masuk ke kamarnya. Hanum sudah ada di kamar sejak satu jam sebelumnya. Dia tengah menikmati senja di kamar sembari membaca novel online favoritnya. "Punya apa, Mas?" tanya Hanum saat menoleh ke arah pintu. Ken tersenyum lalu menyerahkan benda kecil ke tangan Hanum. "Apa ini, Mas?" tanya Hanum lagi sembari membolak-balik benda kecil itu. Ken duduk di tepi ranjang sembari menatap lekat istrinya yang terlihat penasaran dengan benda di tangannya. "Perekam suara ya, Mas?" tebaknya kemudian. Ken tersenyum lalu mengangguk. "Benar, Sayang. Itu alat perekam suara," balas laki-laki itu yakin. Hanum manggut-manggut lalu menatap suaminya. "Apa ada rekaman suaranya di dalam?" Lagi-lagi Ken mengangguk. "Suara siapa, Mas?" tanya Hanum lagi. Ken mengambil kembali alat perekam mini itu lalu menyambungkannya dengan USB di laptop. Hanum mendengarkan isi percakapan yang terekam di sana. "Suara Mbak Rena?" lirihnya seolah bertanya pada diri sendiri. Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 271

    Dua hari setelah penyelidikan diam-diam Hanum dan Ken di butik Clarissa, Ken duduk di warung kopi kecil dengan Bara. Pria berkacamata itu tampak serius sambil mengeluarkan benda kecil seukuran kancing dari tasnya."Ini alat perekam suara. Ukurannya kecil banget, bisa kamu selipin di tas, mobil atau kantong celana mereka. Baterainya tahan tiga hari, dan otomatis nyimpan suara kalau ada pembicaraan di radius 3 meter," ujar Bara menjelaskan. Ken mengangguk."Pas banget. Kita cuma butuh satu rekaman jelas buat Hanum tahu pasti niat buruk mereka berdua. Hanum masih nggak percaya kalau kakak tirinya bisa sejahat itu, sampai sekongkol dengan perempuan yang ingin menghancurkan rumah tangga kami." Ken menghela napas. "Soal foto-foto di hotel gimana, Bro? Kamu nggak langsung seret Rissa ke penjara?" tanya Bara sembari menatap Ken serius. "Sebenarnya aku masih kasih dia kesempatan untuk berubah, Bar. Aku masih lihat kebaikan mamanya selama ini dan hubungan kekerabatan kami. Tapi kalau dia maki

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 270

    Malam itu, Hanum duduk di ruang tengah sambil menatap layar ponsel. Ken duduk di sebelahnya sembari menyeruput teh hangat buatan istrinya. Potongan bolu terhidang di piring kecil sebagai pendamping. "Mbak Rena bilang mau ke butik bareng Clarissa, Mas. Tapi butik mana?" Hanum bergumam sambil membuka media sosial milik saudara tirinya itu. "Mbak Rena itu orangnya narsis. Biasanya dia update story tiap lima menit. Meski perempuan di sampingnya sengaja diblur, tapi Hanum yakin itu Rissa." Hanum kembali berujar lirih. Ken ikut melongok."Apa ada yang aneh, Sayang?" tanya Ken sembari menikmati sepotong bolu. Hanum menggulir layar ponselnya."Lihat deh, Mas. Tiga puluh menit lalu, Mbak Rena upload video di mobil bareng Clarissa. Meski wajahnya diblur, Hanum yakin itu style Rissa. Captionnya itu makin membuat Hanum bertanya-tanya," ujar Hanum lagi. "Memangnya dia bikin caption apa, Sayang?" Lagi-lagi Ken terlihat cukup tenang dan tak sepanik Hanum."Dia bilang persiapan untuk kejutan spesi

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 269

    "Sayang, kamu siap?" Ken berseru dari ruang tamu sambil merapikan kerah kemejanya. Rambutnya disisir rapi ke samping, dan aroma parfumnya menyusup masuk ke kamar.Hanum keluar dari kamar sambil tersenyum, membawa tas tangan kecil warna krem yang matching dengan gamis biru lembut yang dikenakannya."Siap! Kamu ganteng banget hari ini, Mas," godanya sambil menyentuh dagu Ken pelan. Ken nyengir. "Harus dong. Istri aku cantik, masa suaminya nggak pantes disandingin. Memangnya cuma hari ini aja gantengnya? Hari biasanya buruk rupa ya?" balas Ken sembari menjawil balik dagu istrinya. Hanum tertawa kecil dan mereka pun keluar rumah menuju mobil Ken yang terparkir di halaman. Rencananya mereka ingin jalan-jalan sekalian belanja di mall. Angin siang ini menampar wajah mereka, tapi suasana hati keduanya hangat. Keduanya masuk ke mobil dan memasang seat belt masing-masing. Perjalanan ke mall tak membutuhkan waktu lama. Sekitar setengah jam mereka sudah sampai mall yang dituju. Di mall, mereka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 268

    "Ya Allah, Rena! Ternyata semua gosip yang beredar itu benar!" pekik seseorang diantara kerumunan pengunjung. Ren amendelik saat tahu siapa yang berteriak dan kini jatuh pingsan di depan matanya itu. "Ibu! Ngapain ibu ke sini?!" teriaknya sembari berhamburan ke arah ibunya yang limbung. Azziz yang kini berdiri di sampingnya menatap tajam. Rahangnya mengeras. Dia benar-benar emosi melihat sepak terjang istrinya. Seolah tak ada kesempatan lagi, Azziz sudah muak dan tak ingin berkompromi lagi. Dia menyerah, apalagi saat tekad kuatnya untuk melunasi hutang demi membahagiakan istri justru dibalas dengan pengkhianatan demi pengkhianatan seperti ini. Harga dirinya sebagai suami dan kepala rumah tangga seakan mati. Azziz benar-benar melambaikan tangan ke kamera. Dia menyerah di pernikahannya yang menginjak di bulan ke enam. "Mau dibawa kemana, Mas?!" tukas Rena saat melihat Azziz membopong ibu mertuanya. "Minggir kamu! Urus saja bahagiamu sendiri! Puas-puasin sebelum kamu menyesal di kem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status