Share

BAB 2

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-07-01 12:12:20

"Kapan kamu angkat kaki dari rumah ini, Mbak?" 

Pertanyaan Lina menghentikan langkah Meira yang fokus dengan handphonenya. Meira masih bertukar pesan dengan sahabatnya untuk meminjam uang. Setidaknya buat pegangan karena dia sudah ditalak dan diusir dari rumah itu tanpa boleh membawa barang apapun. 

"Kamu nggak tu li kan, Mbak? Atau mendadak tu li setelah dicampakkan kakakku?" Mulut pedas Lina kembali mencela. 

Sikap Lina berubah judes sama Meira sejak gadis itu memergoki Meira agar Ibrahim tak membelikan handphone mahal saat Lina duduk di bangku menengah pertama. Meira pikir belum waktunya anak seusia itu memiliki gadget dengan harga tiga jutaan. 

Namun, siapa sangka Lina justru mencak-mencak dan membenci kakak iparnya hingga kini. Gadis itu merasa jika Meira terlalu mengatur keuangan kakaknya, padahal selama ini Meira sudah berusaha bersikap adil saat mendapatkan jatah bulanan dari Ibrahim. 

"Kamu juga nggak bu ta kan, Lin? Mbak sudah siap-siap angkat kaki dari sini. Tinggal menunggu Aldo pulang sekolah." Akhirnya Meira membalas dengan kata-kata kasar pula. 

Selama ini dia diam tiap kali adik iparnya ngomong macam-macam. Selalu berusaha membalasnya dengan lembut agar gadis itu berubah, tapi rupanya sia-sia. Pergaulan yang terlalu bebas di luar rumah ditambah sikap manja yang didukung kakak dan ibunya membuat Lina semakin jumawa dan egois. 

"Mas Ibrahim bilang kamu nggak boleh bawa barang apapun dari rumah ini." 

"Aku tahu dan aku juga nggak berambisi membawa barang apapun. Hanya kotak ini karena memang milikku." Meira menunjuk kotak kecil berisi surat dan cincin kecil yang diberikan ibu panti padanya sebelum menikah. Dia bilang jika itu adalah barang yang sepertinya sengaja diletakkan orang tua Meira saat menitipkannya di depan pintu panti asuhan kala itu. 

"Oh, cincin buluk itu," cibir Lina begitu meremehkan. 

"Nasibmu ya, Mbak. Sudah tak diharapkan orang tua, eh tak diharapkan suami pula." 

"Hati-hati kamu kalau bicara, Lina. Kamu masih muda, masa depanmu masih panjang. Bagaimana kalau nanti nasibmu jauh lebih buruk dibandingkan aku?" Meira menatap tajam adik iparnya itu. 

Bukannya minta maaf atau introspeksi, Lina justru terkekeh mendengar nasehat iparnya. Gadis itu benar-benar tak sopan dan selalu memandang remeh Meira. 

"Mana mungkin aku tak diharapkan keluargaku, Mbak? Kamu lihat sendiri dong sekarang, apapun yang kumau pasti selalu diusahakan ibu dan Mas Baim. Gimana sih kamu. Jangan samakan aku dengan kamulah, Mbak. Nasib kita jauh berbeda!" ujar Lina dengan jumawa. Dia tersenyum miring seolah benar-benar menganggap remeh nasehat iparnya itu. 

"Terserah kamu sajalah, Lin. Semoga harapanmu benar, tapi jangan menyesal jika suatu saat nanti justru ucapanku yang benar." 

"Kamu ngancam aku, Mbak?" Lina meninggikan volume suaranya. 

"Nggak. Buat apa mengancam segala. Aku hanya mengingatkan agar kamu lebih peka dan tak terlalu meremehkan orang lain karena bisa jadi ucapanmu menjadi boomerang yang akan menyerangmu di lain waktu."

"Mbak!" sentak Lina dengan sengit. 

"Kamu kenapa sih, Lin? Teriak-teriak sampai erdengar dari rumah tetangga!" sentak Soraya yang baru muncul dari pintu. Wanita lebih dari setengah abad itu sebelumnya pamit arisan di rumah tetangga dan kini pulang dengan membawa dua potong baju. 

"Nih! Katanya mau tunik baru. Ibu beliin dua potong," ujarnya sembari menjatuhkan bobot ke sofa. 

"Tunik murahan gini, Bu. Kasih aku duit sajalah biar kubeli sendiri di mall. Ini mah panas bahannya, pasti harga lima puluh ribuan kan?" tebak Lina sembari mengamati tunik berwarna maroon dari ibunya itu. 

"Sudah dibeliin banyak komplen pula. Minta kakakmu sana. Ibu nggak ada duit!" Lina menoleh, menatap lekat Meira yang masih membalas pesan dari Una, sahabatnya. 

Senyumnya merekah saat membaca pesan itu. Una akan segera mentransfer uang dua juta untuk pegangannya. Dia juga akan meminta teman kuliahnya yang kini tinggal di Jogja untuk mencarikan tempat kost murah. Rasanya beban yang sebelumnya begitu berat di pundak Meira sedikit menghilang. Meira menghela napas lega setelah bukti transfer terkirim ke rekeningnya. 

"Mbak, sisa uang belanja dari Mas Baim masih ada kan? Sini buat aku. Kamu kan nggak boleh bawa barang apapun!" Lina menggerak-gerakkan telapak tangannya ke arah Meira. 

"Sisa tiga ratus ribu mau diambil juga? Kalau aku mau, aku bisa nuntut harta gono-gini loh, Lin. Hanya saja aku malas ribut. Jadi, aku iyakan saja kemauan kakakmu. Tinggal menunggu waktu saja balasan dari Allah untuk kalian semua karena sudah dzalim sama aku dan Aldo." 

"Lah, tiga ratus ribu juga duit, Mbak. Mas Baim bilang kamu nggak boleh bawa barang apapun. Lantas ngapain bawa duit dari dia." 

"Duitnya juga masih di AtM." 

"Ambil dong! Di sebelah ada mini market tuh. Mau alasan apalagi?" Lina tetap bersikukuh meminta uang itu. Lagi-lagi Meira malas berdebat panjang lebar. Dia buru-buru ke mini market lalu melemparkan tiga lembar uang itu ke muka Lina. 

"Woii! Yang sopan dong!" sentak Lina yang cukup kaget. 

"Buat apa sopan sama kamu, toh kamu nggak pernah sopan sama kakak iparmu sendiri. Ambil duit itu. Semoga berkah untukmu!" ucap Meira sembari membalikkan badan. Meira ingin segera menjemput Aldo karena sudah jam pulang sekolah, sekalian mengurus pindah sekolahnya. 

"Tunggu, Mbak! Uang dari Mas Baim cuma ini atau kamu sengaja simpan untuk biaya hidupmu beberapa hari ke depan? Coba SS saldo di rekeningmu!" perintah Lina menghentikan langkah Meira tiba-tiba. 

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Istna Zena cantik
semoga kak Maira dan anaknya hidup bahagia dan mendapatkan laki" yang baik.
goodnovel comment avatar
Zurini Faridha
semoga Meira bahagia
goodnovel comment avatar
Caroline Calista
semoga lina dapt balasannya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   TAMAT

    Malam ini, langit seperti ikut bersyukur. Bintang bersinar cerah di angkasa. Rembulan pun begitu gagah menyinari bumi, menambah kehangatan di rumah Hanum dan Ken yang kini disesaki beberapa tamu dan keluarga besarnya. Meja panjang penuh hidangan khas syukuran. Ada nasi kebuli, rendang, rawon, opor dan beragam jajanan pasar serta kue-kue manis. Di sudut tenda bertumpuk nasi kotak yang diisi dengan sate dan gulai kambing aqiqahan Lintang. Semua tertata rapi dan siap diberikan untuk para tamu saat pulang nanti. Lintang Adiputri Wicaksono. Bayi mungil itu tertidur pulas dalam dekapan Hanum yang mengenakan gamis putih gading dan kerudung senada. Wajah Hanum bersinar, matanya lembap karena rasa haru yang tak bisa diucapkan.Ken berdiri di sampingnya, mengenakan kemeja koko biru langit dan sarung batik. Sesekali tangannya membenarkan selimut bayi yang membungkus Lintang."Lintang tidur terus dari tadi, Mas," bisik Hanum pelan lalu mencium kening putrinya."Namanya bayi begitu, Sayang. Masi

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 325

    Suara salam dari teras kontrakan membuyarkan lamunan Rena yang sedari tadi termenung di depan cermin ruang tengah. Wanita itu menoleh lalu menjalankan kursi rodanya menuju pintu. Rena tersenyum tipis saat tahu siapa yang bertamu siang-siang begini. Kedua sepupu itu pun saling peluk. Pasca keluar dari rumah sakit, Rena memang berubah lebih kalem dan tak banyak bicara.Tak banyak barang di kontrakan tiga ruang itu. Hanya ada kasur, beberapa alat masak dan karpet kecil di ruang depan untuk duduk lesehan tamu. Mawar belum membeli banyak perkakas di sana karena uang yang dia miliki fokus digunakan untuk modal usaha. Mawar ingin jualan nasi uduk di pagi hari di depan kontrakannya."Mbak, kamu diundang acara aqiqahan anaknya Mas Ken dan Hanum kan?" tanya Dara setelah menjatuhkan bobotnya di tempat tidur."Iya. Kenapa? Mau ikut?" tanya Rena singkat. Dara menggeleng pelan lalu meletakkan kado berwarna biru muda di meja kecil. "Buat apa ini?" tunjuk Rena. "Kado buat anaknya Mas Ken.""Modus?"

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 324

    Setelah sampai rumah sakit Mutiara Bunda, Ken memarkirkan mobilnya lalu dengan tergesa mengikuti arahan Bagas menuju ruang persalinan. Ken berusaha tetap tenang, meski dalam hati rasanya campur aduk tak karuan. "Mas, selamat ya! Beneran jadi ayah," ujar Bagas saat melihat bosnya melangkah tergesa mendekatinya. Bagas dan Ken saling jabat tangan lalu berpelukan sesaat. Bagas menepuk-nepuk punggung bosnya. Setelah itu mempersilakan Ken masuk ke ruang inap Hanum. Air mata Hanum kembali menetes saat melihat suaminya datang. Sepasang suami istri itu saling berpelukan. Ken berkali-kali mencium pipi dan kening istrinya. Dia minta maaf berulang kali karena tak bisa menemani istrinya melahirkan. Ada sesal yang terselip di hatinya, tapi melihat Hanum tersenyum dan memaafkannya, Ken merasa sedikit lega. "Selagi lagi maaf ya, Sayang. Kupikir masih dua mingguan lagi sesuai hari perkiraan lahir. Makanya, aku urus masalah di kantor secepatnya biar nanti bisa menemani kamu tiap hari. Nggak tahunya

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 323

    Langit yang tadi bersinar cerah kini berubah kelabu. Awan menggantung di angkasa dan Ken tahu sepertinya hujan deras akan segera turun dalam waktu dekat. Laki-laki dengan hoodie hitamnya itu mempercepat langkah keluar minimarket setelah membayar belanjaannya. Sampai teras minimarket, gerimis mulai datang mengguyur bumi. Ken buru-buru masuk mobil tepat saat air langit jatuh lebih deras. "Syukurlah nggak basah," ujarnya lirih sembari memakai sabuk pengaman. Baru saja menyalakan mesin mobil, tiba-tiba handphonenya berdering. Muncul kontak istri tersayangnya di layar. Wajah yang sebelumnya cukup lelah karena bertemu client yang ribet kini terlihat semringah. Ken tersenyum saat menekan tombol hijau di layar. Berharap suara istrinya terdengar, tapi ternyata justru suara asisten rumah tangganya yang terdengar gugup. Tubuh Ken menegang. Dia berusaha mencerna kata perkata yang diucapkan Bi Santi dari seberang. Derasnya hujan membuat suaranya tak terdengar jelas. Berkali-kali Ken menanyakan

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 322

    Birru Wicaksono Pratama adalah nama anak lelaki Raka dan Meira. Jagoan tampan yang akan meneruskan jejak papa dan Opanya sebagai pengusaha. Bisnis turun temurun yang kini semakin sukses dan memiliki cabang di mana-mana. Tak hanya di Jogja, tempat kelahiran mereka. Tapi, juga di Jakarta, Bandung, Surabaya, Pontianak, Solo dan kota-kota besar lainnya. Syukuran aqiqah sekalian pencukuran rambut sudah usai. Semua berjalan lancar. Bahkan mantan suami Meira, Baim dan keluarganya pun datang. Selain ingin mengajak Aldo liburan ke Jakarta, mereka juga ingin bersilaturahmi karena sudah lama tak bertemu. Baim ingin mempererat hubungan antara ayah dan anak. Dia juga berharap Aldo bisa menerima istri barunya, yang kini sudah sah menjadi ibu sambungnya. "Kami minta maaf nggak bisa datang di acara pernikahanmu bulan lalu, Mas. Maklum, sudah mendekati hari lahir jadi takut bepergian jauh," ujar Meira saat Baim dan keluarganya menjemput Aldo untuk diajak liburan bersama. Rencananya mereka ingin men

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 321

    Waktu terus berjalan. Ken dan Hanum kembali ke Jakarta dengan dunia barunya. Raka dan Meira pun kembali disibukkan dengan pekerjaan kantor, mengurus Aldo dan Dee, bahkan kini sibuk mempersiapkan lahiran. Sementara Wicaksono dan Sundari seperti biasanya, menikmati hari tuanya dengan banyak istirahat dan liburan. Semua bahagia dengan cara yang berbeda. Sekalipun sibuk dengan dunianya, Sundari dan Wicaksono selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk kedua cucu, anak dan menantunya. Mereka yang kini sudah pindah ke rumah sendiri karena ingin mandiri. Rumah yang tak terlalu jauh dari rumah utama yang kini hanya dihuni oleh Sundari dan Wicaksono bersama asistennya. "Sayang, kamu kenapa?" tanya Raka panik saat melihat istrinya meringis kesakitan di tepi ranjang. Meira meremas daster polkadotnya sembari memejamkan mata. Seolah dengan itu bisa mengurangi sedikit sakitnya kontraksi. Raka yang baru saja mandi buru-buru memanggil supir untuk menyiapkan mobil. Tas hitam yang sudah berisi barang-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status