Heboh. Ulah Mawar tak hanya membuat keluarga Rudy berantakan, tapi juga menimbulkan kehebohan di lingkungan rumahnya. Para tetangga mulai sibuk membicarakan mantan istri dan anak tirinya itu. Rudy masih cukup bertanggungjawab atas kepergian mantan istrinya itu. Dia mencarikan kontrakan selama tiga bulan untuk Mawar, setidaknya sampai masa iddahnya selesai. Rudy tak mau melepas tanggungjawab begitu saja. Dia cukup tahu agama. "Biaya sewa sudah kulunasi sampai tiga bulan ke depan. Kamu tak perlu memikirkan soal itu. Aku juga akan memberikan nafkah iddah satu juta lima ratus ribu selama tiga bulan ke depan. Tenang saja, aku nggak akan lalai dengan tanggung jawabku sendiri. Tapi, kalau selama iddah kamu kembali berhubungan dengan lelaki itu, otomatis tanggungjawab nafkah iddahku selesai," ucap Rudy sebelum Mawar meninggalkan rumahnya. Mawar cukup kaget dengan pernyataan mantan suaminya itu. Namun, di balik rasa kecewanya karena diceraikan, Mawar masih bersyukur Rudy bertanggungjawab at
Pagi ini begitu cerah dan bersinar, tapi tidak buat Mawar. Semalaman menangis ternyata tak membuat nasibnya berubah. Tetap saja mendung dan suram. Bahkan sepagi ini dia sudah menata semua barang-barang penting miliknya dan milik Rena. Wajahnya sembab karena kebanyakan menangis. Dia juga sudah mulai lelah merutuki diri sendiri, menyesali semua kekhilafannya dan memaki orang-orang yang menyakitinya. Namun, tak ada manfaat. Hatinya justru semakin pedih dan sakit. Jarum jam menunjuk angka enam dini hari. Suasana di sekitar rumah yang biasanya lengang, entah mengapa ini mulai berisik. Ada yang menyapu di halaman, dengan obrolan-obrolan yang benar-benar terdengar jelas di telinganya. Pagi hari yang dia harapkan sedikit lebih menenangkan, nyatanya membuat hati Mawar semakin panas. "Kalian tahu kan soal Jeng Mawar." Suara tetangga terdengar lagi. "Videonya viral di mana-mana.""Video apa? Saya belum tahu.""Dih, kamu mah jeng. Sibuk kerja makanya nggak tahu gosip terhot di kampung kita."
"Saksi untuk apa, Pak?" ulang Hanum saat melihat ibu tirinya bersimpuh di kaki bapaknya. Rudy berulang kali menepis tangan Mawar yang memegang erat lututnya, tapi Mawar seolah semakin mengeratkan pelukan. Wanita itu makin histeris tiap kali Rudy memintanya mundur."Sebanyak apapun permintaan maaf dan tangismu tak akan mengubah keputusan ini, Bu. Bapak sudah memikirkannya matang-matang sejak semalam. Jadi--"Tolong, Pak. Tolong jangan teruskan. Ibu tahu semua kekacauan ini karena kesalahan ibu sejak dulu. Soal Rena, sikap manjanya, rumah tangganya yang berantakan, Hanum yang terus mengalah, bapak yang harus berjuang melunasi hutang keluarga, Ken yang difitnah sana-sini sampai pengkhianatan itu terjadi. Semua memang kesalahan ibu. Ibu khilaf, Pak. Tolong, jangan ceraikan ibu. Ibu mohon kasih kesempatan terakhir itu. Ibu ingin memperbaiki semuanya." Mawar tergugu. Dia benar-benar takut diusir dari rumah begitu saja, sementara dia tak bisa menuntut lebih. Harta gono-gini yang diidamkann
Semalaman Mawar tak bisa tidur. Pasalnya, baru pertama kali dia tak sekamar dengan suaminya padahal berada di rumah yang sama. Satu hal yang tak pernah Mawar bayangkan seumur hidupnya. Perasaannya kini campur aduk. Sedih dengan keadaannya detik ini, sakit hati dan kecewa dengan sikap Dika yang berubah drastis, takut tak bisa menjaga Rena dengan baik dan menyesal sudah mengkhianati suaminya. Mawar kembali teringat momen-momen bahagianya bersama Rudy. Bagaimana sikap Rudy padanya selama ini. Cinta dan perhatian Rudy padanya dan Rena. Bahkan kesabaran Rudy yang seolah tak ada habisnya meski dia belum bisa menjadi istri dan ibu tiri yang baik untuk anak sambungnya. "Sudah kubilang sejak awal, War. Aku akan bersamamu dalam diam. Sekarang semua sudah terbongkar dan kemungkinan besar istriku bakal tahu soal ini. Aku nggak mungkin pilih kamu, ada anak dan istriku yang menunggu kedatanganku. Menanti penjelasan dariku. Aku akan hadapi masalahku sendiri dan kamu hadapi saja sendiri masalahmu,"
Menjelang isya Ken sudah sampai rumah. Dia membawa oleh-oleh kesukaan istrinya. Ada brownies keju dan lapis legit. Tak hanya itu saja, Ken juga membawa camilan lain sebagai teman nonton tivi atau ngobrol sore hari bersama teh hangat buatan Hanum. Ken keluar dari mobil lalu melangkah pelan menuju teras. Setelah sampai ambang pintu, Ken mengucap salam. Terdengar balasan dari dalam rumah. Derap langkah Hanum sedikit tergesa menyambut kepulangan suaminya. Senyum manis pun terlukis di kedua sudut bibirnya saat melihat Ken di depan pintu. Hanum mencium punggung tangan suaminya, sementara Ken mencium keningnya pelan lalu membawanya ke dalam pelukan. Sepasang suami istri itu tampak romantis dan saling menyayangi. Perlahan Ken mengusap kepala istrinya yang tertutup hijab. "Lama banget, Mas," ujar Hanum sembari menggamit mesra lengan suaminya. Ken dan Hanum melangkah bersama ke ruang tengah lalu meletakkan oleh-oleh itu di meja. Terlihat begitu lelah, Ken gegas menjatuhkan bobotnya ke sofa
Suasana hati Mawar detik ini benar-benar campur aduk. Dia duduk tak tenang di depan meja kerja seorang polisi. Mawar gelisah menunggu saatnya diintrogasi. "Gara-gara kamu sekarang kita ada di sini, Dika!" omel Mawar begitu kesal. Perasaannya kini tak menentu antara kesal, takut dan cemas. Mawar cemas memikirkan Rena yang kini masih terbaring lemah di rumah sakit dengan kaki lumpuh. Mawar berpikir, Rena pasti butuh bantuannya. Makanya dia sangat takut jika masuk penjara. "Siapa yang sebenarnya melaporkan kita, Dik? Apa istrimu tahu soal hubungan ini?" cecar Mawar makin cemas dan tak terima dengan penangkapan dirinya di hotel tadi. "Kamu kok malah nyalahin aku, War. Aku hanya mengiyakan ajakan kamu yang bilang mau datang ke hotel sekalian tanya-tanya soal Ken. Kalau kamu nggak datang, kita juga nggak akan dibawa ke sini." Dika membela diri. "Di situasi seperti inipun kamu masih bisa membela diri, Dika. Harusnya sebagai lelaki, kamu akui kesalahanmu. Bukan malah terus menyudutkanku