Share

Dua Garis Merah

last update Last Updated: 2023-08-16 20:44:46

🏵️🏵️🏵️

Aku menyusuri jalan sambil mengingat apa yang telah aku saksikan tadi di depan mata. Aku masih merasa seperti mimpi mengingat datangnya penderitaan bertubi-tubi. Aku tidak mampu membendung air mata yang telah menganak sungai.

Aku ingin berteriak dan mengatakan pada dunia kalau saat ini, aku merasa menjadi wanita paling menderita. Laki-laki yang sangat aku cintai ternyata hanya ingin memberikan kehancuran dan penderitaan yang amat mendalam kepadaku.

Mas Yuda telah melupakan semua janji yang pernah ia ucapkan. Ia tidak ingat lagi betapa besar pengorbanan yang kulakukan untuknya. Ia sama sekali tidak menghargai penyerahan diriku.

Saat ini, aku tidak dapat berbuat apa-apa. Aku hanya berpikir bahwa perpisahan adalah jalan terbaik untukku dan Mas Yuda. Aku akan mencoba menghapus semua kenangan tentangnya. Ia tidak pantas mendapatkan cinta dari wanita yang telah ia campakkan.

Kebersamaan yang pernah terjalin selama ini, hanya akan menjadi kenangan semata. Mas Yuda bukan milikku lagi karena ia lebih memilih kehidupan barunya bersama wanita lain yang saat ini sedang berbadan dua. Aku tidak berarti apa-apa lagi untuknya.

Akhirnya, aku pun tiba di rumah lalu memarkirkan motor, kemudian melangkah memasuki rumah. Ternyata Papa dan Mama masih asyik menikmati acara televisi di ruang keluarga. Sementara aku memilih langsung menuju kamar.

Aku menghempaskan tubuh ke tempat tidur. Aku kembali mengingat saat masih menjalin hubungan sebagai kekasih bersama Mas Yuda. Ia selalu melakukan apa yang kuinginkan dan tidak pernah melakukan penolakan sama sekali.

Sikap yang ia tunjukkan mampu membuatku selalu tersanjung. Aku pun bertanya tentang cinta yang ia miliki untukku. “Kenapa kamu mencintaiku, Mas?” tanyaku saat itu kepada Mas Yuda.

“Tidak ada alasan untuk mencintaimu, Sayang, karena kamu pantas untuk dicintai.” Kalimat itu membuatku terharu dan luluh.

Akan tetapi, ternyata semua itu hanya sandiwara. Mas Yuda terlihat baik dan perhatian kepadaku hanya karena menginginkan sesuatu yang paling berharga dalam diriku. Setelah ia mewujudkan harapan tersebut, ia pun pergi meninggalkan aku.

“Kamu janji, ya, Mas, nggak akan pernah melirik cewek lain dan berpaling dariku.” Aku mengucapkan itu kepada Mas Yuda karena aku sadar telah menyerahkan segalanya untuknya.

“Iya, Sayang. Kamu nggak perlu takut atau khawatir. Aku nggak akan mungkin berpaling dari calon istriku yang cantik ini.” Ia mencubit pelan daguku.

Mas Yuda sering memanggilku dengan sebutan ‘Calon Istri” karena ia mengaku sangat yakin kalau aku yang akan mendampingi hidupnya. Namun, kenyataan kadang tidak seindah harapan, sebab apa yang kurasakan saat ini sungguh bertolak belakang.

Lamunanku buyar karena merasakan getaran pesan masuk dari ponselku yang masih berada di saku celana. Aku pun meraih benda tersebut bersamaan dengan alat tes kehamilan yang aku beli dari apotek tadi. Dada ini kembali berdebar memandang benda itu.

[Sayang, aku mohon ... kamu jangan salah paham. Aku nggak mau pisah. Aku mencintaimu.] Aku benci membaca pesan masuk dari Mas Yuda.

[Lupakan aku dalam hidupmu. Aku tidak akan pernah melupakan apa yang kamu lakukan padaku. Kamu akan menyesal karena telah mencampakkan aku.] Aku memberikan balasan dengan emoticon marah.

[Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Temui aku besok di tempat favorit kita. Aku kangen kamu, Sayang.]

Aku tidak merespons lagi pesan masuk dari Mas Yuda. Hatiku sudah telanjur sakit mengingat semua yang ia lakukan kepadaku. Tekadku sudah bulat untuk melupakan dirinya dan segera berpisah dengannya.

🏵️🏵️🏵️

Pagi kembali menyapa, aku pun bangun dan melakukan apa yang seharusnya kulakukan saat ini. Aku segera mengambil alat tes kehamilan yang telah aku beli tadi malam, lalu membawanya ke kamar mandi, kemudian menggunakannya.

Setelah menunggu beberapa menit, duniaku terasa terhenti melihat hasil yang terlihat pada alat tes kehamilan itu, terdapat dua tanda garis merah. Ternyata dugaanku benar kalau saat ini sedang mengandung anak Mas Yuda. Apa yang harus kulakukan?

Bagaimana kalau Papa dan Mama mengetahui hal ini? Masih pantaskah aku disebut sebagai anak? Aku kembali menorehkan luka yang jauh lebih sakit dari sebelumnya. Aku makin mencoreng nama baik keluarga dan menciptakan aib yang begitu besar.

Aku tidak kuasa membayangkan seperti apa perasaan Papa dan Mama setelah mengetahui anak tunggal mereka hamil tanpa suami di sisinya. Mereka pasti sangat terpukul dengan keadaanku yang sekarang. Sungguh, aku tidak sanggup melihat mereka bersedih.

Dadaku terasa sesak karena tidak mampu menahan penderitaan yang datang bertubi-tubi. Aku berteriak untuk melampiaskan rasa kekesalan dalam hati. Aku menangis sejadi-jadinya dan berharap apa yang terjadi hari ini hanya sebuah mimpi.

Apa yang harus kulakukan, Mas Yuda? Saat ini aku mengandung anakmu, buah hati yang selama ini kamu harapkan. Kenapa kamu tega melakukan semua ini kepadaku? Mana janji manis yang sering terucap dari mulutmu saat kita masih bersama?

Aku merasa makin lemas dan tiba-tiba tidak berdaya hingga akhirnya tersungkur dan semuanya berubah menjadi gelap. Saat tersadar, aku mendapati diri terbaring di tempat tidur. Papa dan Mama duduk di sampingku.

Wajah Papa terlihat memerah seperti menahan amarah, sedangkan Mama menitikkan air mata. Ada apa sebenarnya? Apakah mereka telah mengetahui kehamilanku?

“Apa maksud semua ini, Sayang?” Mama menunjukkan alat tes kehamilan yang aku gunakan tadi.

Aku segera bangkit dari rebahan lalu duduk. Aku mencium tangan Mama. “Ampuni Nay, Mah.” Aku tidak sanggup menghentikan air mata yang telah jatuh membasahi pipi. Akhirnya, aku pun menangis tersedu-sedu.

“Hukuman apa yang kamu berikan pada kami, Nay?” tanya Papa dengan menaikkan suara.

Aku pun melepaskan genggamanku dari tangan Mama lalu berusaha meraih tangan Papa, tetapi beliau langsung menepiskan usahaku. “Nay minta maaf, Pah. Nay sudah membuat Papa dan Mama malu. Hukum aja Nay, Pah.” Aku membenamkan wajah ke tempat tidur.

“Luka lama belum kering, sekarang kamu kembali menciptakan luka baru. Apa salah kami padamu, Nay?” Papa berteriak, beliau juga menitikkan air mata.

Aku mengangkat wajah lalu menatap kedua orang tuaku. “Papa dan Mama nggak pernah salah, tapi Nay sebagai anak tidak tahu diri dan sudah mencoreng nama baik keluarga. Nay pantas mendapat hukuman. Hukum aja Nay, Pah, Mah.”

Papa dan Mama hanya terdiam. Mereka tidak memberikan respons. Papa pun berdiri lalu melangkah ke arah pintu. Namun, sebelum keluar dari kamar, beliau menoleh ke belakang.

“Ayo keluar, Mah. Untuk apa masih tetap di situ? Anak itu sudah benar-benar menghancurkan kita.” Aku sangat sedih mendengar apa yang Papa ucapkan.

“Tapi, Pah ….” Mama memberikan balasan.

“Untuk apa Mama berada di dekat anak yang tidak menghargai orang tuanya?” Papa kembali membuatku merasa menjadi anak tidak berguna.

Mama pun berdiri lalu melangkah menghampiri Papa. Kedua orang tua tersebut beranjak meninggalkanku. Mereka tidak tahu bahwa hati ini sangat perih dan hancur ketika orang tua berusaha menghindar dan menjauh dari anak kandungnya sendiri. Ini seperti cambukan yang amat menyakitkan bagiku.

Aku membencimu, Mas Yuda! Aku harus mengalami semua penderitaan ini karena dirimu. Kamu tidak pernah mengalami seperti apa rasanya dijauhi orang tua sendiri. Aku benar-benar hancur dan tidak tahu harus berbuat apa sekarang.

==========

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Mengharukan

    🏵️🏵️🏵️ Aku dan mami mertua memapah Bunda untuk kembali duduk. Sementara Mas Yuda dan papinya juga turut menghempaskan tubuh ke sofa. Aku tidak kuasa melihat air mata Bunda yang masih terjun bebas dari tempatnya. Aku sangat tahu bagaimana perasaan wanita yang melahirkanku itu saat ini. Akhirnya, Bunda pun menceritakan tentang laki-laki yang dulu sangat beliau cintai. Aku tidak pernah menyangka bahwa pertemuan mereka menciptakan hubungan terlarang. Awalnya, Bunda tidak tahu kalau Pak Bagas telah memiliki istri dan dua orang anak. Bunda mengaku dengan polosnya memercayai laki-laki yang baru ia kenal kala itu. Mereka pun akhirnya menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih hingga akhirnya Bunda hamil. Pak Bagas dengan semangat mengatakan akan bertanggung jawab dengan menikahi Bunda. Akan tetapi, janji yang laki-laki itu ucapkan tidak sesuai dengan kenyataan. Beliau dengan tega tidak muncul di hari pernikahan mereka. Hanya penyesalan yang Bunda rasakan saat itu setelah mengetahui stat

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Fakta Baru

    🏵️🏵️🏵️ Setelah aku dan Mas Yuda merapikan pakaian dan tempat tidur, kami pun melangkah menuju pintu lalu membukanya. Aku sedikit terkejut melihat wajah mami mertua yang tampak serius. Ada apa dengan wanita itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Aku dan Mas Yuda saling berpandangan ketika tatapan mami mertua sedikit berbeda dari biasanya kepadaku. Kenapa beliau bersikap seperti itu? Apakah aku melakukan kesalahan? Apa mungkin sesuatu yang aku sembunyikan telah beliau ketahui? Aku tidak boleh menebak-nebak hingga berpikir seolah-olah memberikan tuduhan. Mungkin saja ada hal penting yang ingin mami tanyakan atau bicarakan denganku dan Mas Yuda. Semoga tidak ada sesuatu yang serius. “Papi minta kalian berdua ke ruang keluarga.” Tumben sikap mami mertua tidak seperti biasanya. “Ada apa, Mih?” tanya Mas Yuda. “Nanti Papi yang jelasin ke kalian.” Mami mertua memberikan balasan dengan nada datar. Aku dan Mas Yuda pun mengikuti langkah wanita itu menuju ruang keluarga. Aku kembali hera

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Ingin Bertemu Ayah Kandung

    🏵️🏵️🏵️ Aku makin mendekatkan diri kepada wanita itu lalu ia langsung mendekapku. Aku tidak berusaha menolak atau mengelak karena entah kenapa aku merasakan sesuatu dalam pelukannya. Apa mungkin ini yang dinamakan kontak batin antara ibu dan anak? Aku yang awalnya berpikir kalau ia tega meninggalkan darah dagingnya, tiba-tiba sirna seketika. Aku justru bahagia dengan pertemuan ini. Setelah berlalu puluhan tahun, aku baru mengetahui siapa wanita yang telah melahirkanku ke dunia ini. Bu Dewi pun melepaskan pelukan lalu mencium keningku. Ia mengeluarkan air mata. Tanpa diminta, aku dengan sadar dan ikhlas langsung mengusap bening kristal yang kini terjun hingga membasahi pipinya. “Maafin Bunda, Sayang.” Ia memegang kedua pipiku setelah aku menghapus air matanya. “Bunda ….” Sekarang, aku yang tidak mampu menahan air mata agar tidak terjun dari tempatnya. Aku pun memanggilnya dengan sebutan yang biasa ia gunakan saat mengirim pesan. “Anakku sayang.” Ia kembali menumpahkan titik-tit

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Pertemuan

    🏵️🏵️🏵️ Mungkin karena aku tidak memberikan respons, si pengirim pesan menelepon ke ponsel Mas Yuda. Apa benar itu suara Bu Dewi? Beliau wanita yang melahirkanku? Tanpa diminta, air mataku kembali turun membasahi pipi. Aku merasakan sesuatu yang berbeda setelah mendengar suara itu. Apa mungkin karena aku telah mengetahui kebenaran tentang statusku yang bukan anak kandung Papa dan Mama? Apa sebaiknya aku berbincang dengan Bu Dewi? “Maaf, apa benar ini Bu Dewi?” Aku tadi memberikan isyarat kepada Mas Yuda untuk bertanya dan memastikan kebenaran Bu Dewi. “Iya, Nak. Kamu tahu Bunda dari mana?” Bu Dewi bersemangat. Itu bisa aku dengar dari suaranya. “Papa dan Mama udah cerita tentang semuanya.” Aku pun mengeluarkan suara. “Nayla, anak Bunda. Ini benar kamu, Nak?” Bu Dewi tiba-tiba langsung menangis. “Iya. Ini anak yang Anda buang saat masih bayi.” Aku memberikan balasan. “Maafin Bunda, Nak. Bunda terpaksa.” “Kenapa Anda sekarang tiba-tiba muncul? Ke mana aja selama ini? Masih ing

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Kebenaran Pahit

    🏵️🏵️🏵️ Wajah Mama menunjukkan perubahan lalu melihat ke arah Papa. Mungkin mereka terkejut mendengar pertanyaanku. Aku sudah tidak sabar ingin mengetahui kebenaran dan tetap berharap kalau aku anak kandung mereka. Reaksi kedua orang tua itu membuat jantungku deg-degan. Apakah mereka akan mengaku kalau aku bukan darah daging mereka? Sudah siapkah aku dengan sebuah kenyataan pahit? Mampukah aku menghadapi perubahan? Tidak! Kenapa aku berpikir seolah-olah benar kalau Papa dan Mama bukan orang tua kandungku? Aku harus segera menepiskan pemikiran menyakitkan itu. Aku harus tetap yakin kalau keajaiban itu pasti ada. “Kenapa Papa dan Mama diam aja?” Aku kembali bertanya. “Pertanyaan apa itu? Mikir, kok, sembarangan.” Akhirnya, Papa memberikan jawaban. “Nay serius, Pah. Nay harus tahu yang sebenarnya.” Aku tetap bersikeras agar Papa atau Mama jujur kepadaku. “Untuk apa kamu melontarkan pertanyaan yang tidak penting?” Papa kembali membuka suara. “Nay hanya butuh jawaban yang pasti, P

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Mencurigakan

    🏵️🏵️🏵️ Aku terkejut setelah Mas Yuda membaca pesan masuk tersebut. Apa maksud si pengirim? Kenapa ia mengaku meninggalkan diriku? Ditinggalkan di mana? Kapan? Ini seperti teka-teki yang membingungkan. Aku tidak ingin berlarut-larut berada di dalamnya. Akhirnya, aku pun meraih ponsel itu untuk mencari kontak Nenek. Aku yakin kalau beliau bisa menjelaskan apa yang kurasakan saat ini. Aku segera menekan simbol telepon berwarna hijau dan terdengar nada panggilan tersambung. “Assalamualaikum, Nay.” Aku pun mendengar suara salam dari seberang telepon. “Waalaikumsalam, Nek.” “Cicit Nenek udah bisa apa?” Beliau langsung menanyakan Rizal. “Alhamdulillah udah makin pintar, Nek.” Aku memberikan jawaban. “Maaf, Nay mengganggu Nenek. Tapi ada sesuatu yang ingin Nay tanyakan pada Nenek.” “Ada apa, Nay? Kok, suara kamu terdengar sangat serius? Apa hubungan kamu dan Yuda baik-baik saja?” Sepertinya beliau penasaran dan menyadari suaraku. “Apa Nay anak kandung Papa dan Mama?” Aku pun langsun

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Pesan Masuk Misterius

    🏵️🏵️🏵️Hari ini, Rizal memasuki usia dua bulan. Ia benar-benar sangat menggemaskan. Ia mampu menghilangkan rasa penat Mas Yuda setelah seharian berkutat dengan kegiatan di kantor. Ia juga selalu berhasil membuat wajah kedua mertuaku tampak ceria karena telah memilki cucu.Apalagi aku sebagai mamanya yang selalu menyaksikan tumbuh kembangnya. Anak mungil itu sudah mulai mengerti jika diajak berbicara. Ia akan mengeluarkan suara ketawanya. Sungguh, aku benar-benar sangat bersyukur menjadi wanita yang melahirkannya.Seperti biasa, rutinitas yang aku lakukan setiap pagi setelah memandikan Rizal, aku pun memberikan ASI hingga ia tertidur. Setelah ia pulas, aku memilih mandi lalu membereskan kamar. Namun, saat aku hendak merapikan tempat tidur, terdengar getaran pesan masuk dari ponselku di nakas.Aku pun segera meraih benda itu. Ternyata nomor yang mengirim pesan tidak tersimpan dalam daftar kontak. Walaupun nomor baru, aku tetap membukanya karena ingin tahu isinya. Mungkin saja seseora

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Berdamai dengan Hati

    🏵️🏵️🏵️ “Aku khilaf, Nay. Saat itu aku bingung harus gimana. Aku hamil, tapi tiba-tiba ditinggal pergi oleh ayah dari anakku.” Ia menatapku dengan sendu. “Terus, kamu nggak mikirin nasibku? Aku juga harus berpisah dengan suamiku saat aku mengandung anaknya.” Mas Yuda menenangkanku. Ia mengajakku duduk. “Kendalikan dirimu, Sayang. Kamu lupa kalau saat ini ada anak kita di dalam?” Ia mengusap perutku. “Aku kesal, Mas.” “Yang lalu biarlah berlalu. Aku sekarang ada di sini untukmu dan anak kita. Cobalah untuk memaafkan kesalahan orang yang dulu menyakitimu. Dia tulus meminta maaf padamu.” Mas Yuda membuatku luluh. Aku pun tidak tega melihat wanita itu beserta anaknya yang datang menemuiku. Aku akhirnya memintanya untuk duduk, ia mengucapkan terima kasih. Aku berusaha membuka hati untuk memberikan maaf kepadanya, sebab yang terpenting saat ini adalah keberadaan Mas Yuda yang makin menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kepadaku. Kami akhirnya berbincang dan berjanji akan menjadi t

  • DITINGGALKAN DI HARI PERNIKAHAN    Terkejut

    🏵️🏵️🏵️ Kami pun akhirnya tiba di rumah orang tua Mas Yuda. Ia segera menghentikan mobil di depan teras. Ia langsung turun, kemudian memapahku berjalan memasuki istana orang tuanya. “Mami!” Mas Yuda berteriak setelah kami berada di dalam rumah. “Ada apa, Nak?” Maminya Mas Yuda memberikan sahutan. Ternyata beliau sedang duduk di ruang keluarga. Kami pun melangkah menghampiri wanita paruh baya tersebut. “Aku bawa berita gembira, Mih.” Mas Yuda tampak serius. Ia pun memintaku duduk di samping maminya. “Berita apa? Jangan bikin Mami penasaran.” Mas Yuda pun meraih tangan maminya lalu menempelkannya ke perutku. “Ada cucu Mami di dalam.” Mami mertua spontan langsung memelukku. Wanita itu kemudian melepas dekapannya lalu mengusap kedua pipiku. “Kamu hamil, Sayang?” tanya beliau kepadaku. “Iya, Mih.” Aku pun mengembangkan senyuman. “Terima kasih, Sayang. Akhirnya harapan Mami dan Papi akan segera terwujud. Jaga cucu Mami baik-baik, ya, Sayang. Jangan banyak gerak. Mami akan selalu a

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status