Share

Ungkapan Cinta

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-15 00:36:27

🏵️🏵️🏵️

Tanpa kusadari, tiba-tiba mobil Mas Ezza menghampiri kami yang masih berdiri di depan pintu gerbang. Aku bingung harus berbuat apa karena aku tidak ingin Mas Ezza salah paham karena melihat kami berbicara.

Aku juga tidak ingin kalau sampai dia uring-uringan lagi seperti kemarin. Aku harus tetap bersikap tenang untuk menghadapi situasi sekarang.

Tiiittt! Tiiittt! Tiiit!

Mas Ezza membunyikan klakson mobilnya dengan sangat keras dan berulang-ulang hingga membuatku sangat terkejut. Aku memilih menutup telinga dengan kedua telapak tangan. Dia pun menghentikan mobilnya di depan kami lalu aku menurunkan tangan dari telinga.

"Ngapain masih di luar?" tanya Mas Ezza dari jendela mobilnya.

"Ada Pak Ezza. Selamat pagi, Pak." Dika memberikan salam kepada Mas Ezza.

"Pagi juga. Kamu, Dika, yah? Kemarin kamu juga yang nyariin Bunga?"

"Iya, Pak. Bapak masih ingat aja dengan wajah tampan saya."

"Ingat banget malah. Kenapa tidak langsung masuk ke kampus?" tanya Mas Ezza kepada Dika.

"Sebentar, Pak. Saya masih ada perlu sama Bunga."

"Sepenting apa, sih, sampai-sampai harus ngobrol di sini?"

"Ini urusan anak muda, Pak."

"Memang kenapa kalau urusan anak muda? Saya nggak boleh tahu?"

"Saya jadi curiga, nih, Pak." Dika sepertinya heran dengan sikap Mas Ezza. Itu terlihat dari wajah dan ucapannya.

"Curiga kenapa?" tanya Mas Ezza.

"Dari semalam saya perhatikan, sepertinya Bapak ada perhatian khusus untuk Bunga. Kenapa tiba-tiba Bapak ada di sini setelah melihat saya dan Bunga?" Mungkin Dika mulai penasaran.

"Perhatian khusus apa maksudnya? Saya kebetulan aja lewat sini. Nggak salah, dong, menyapa mahasiswa sendiri." Mas Ezza beralasan.

"Udah ... udah, begini aja diributin, nggak penting banget. Aku masuk, bye." Aku segera berlalu dari hadapan Mas Ezza dan Dika, kemudian memasuki kampus.

Aku sangat heran dengan sikap Mas Ezza, kenapa dia tidak memercayaiku? Kenapa tiba-tiba dia sangat posesif seperti ini? Mungkinkah dirinya mencintaiku atau hanya sekadar tidak rela jika aku dekat dengan lelaki lain?

Satu hal yang aku tahu, Mas Ezza menikahiku bukan atas dasar cinta, begitu juga denganku. Pernikahan kami terjadi karena kesepakatan orang tua. Tujuan hubungan kami semata-mata hanya untuk kemajuan bisnis keluarga.

Aku tidak percaya melihat sikap dan reaksi Mas Ezza yang seolah-olah sangat cemburu karena wanitanya sedang dekat dengan lelaki lain. Ada apa sebenarnya dengan Mas Ezza? Aku tidak percaya kalau dia memiliki perasaan lebih untukku, mungkin ini hanya perasaanku saja.

🏵️🏵️🏵️

Jam mata kuliah pertama pun selesai. Seperti biasanya, aku dan Reva duduk di bangku yang telah disediakan di depan kelas. Tidak kuharapkan dan tidak inginkan sama sekali, Dika kembali menghampiriku.

"Maaf, Bunga ... aku ingin bicara serius denganmu." Dika berdiri di depanku.

Reva yang dari tadi duduk bersamaku segera berdiri.

"Aku masuk kelas dulu, yah, Bunga." Sepertinya Reva sangat mengerti maksud Dika.

"Bareng, dong, Va." Aku berdiri lalu mengikuti Reva.

Baru saja aku melangkah, tiba-tiba Dika meraih tanganku.

"Jangan pergi, Bunga. Izinkan aku bicara serius denganmu."

Entah apa yang merasukiku, dengan mudahnya memenuhi permintaan Dika. Aku kembali duduk bersamanya. Reva akhirnya tidak menungguku, dia segera memasuki kelas.

"Lepasin!" Aku menepiskan tangan Dika yang telah menggenggam tanganku.

"Maaf ...." Dika segera melepaskan genggamannya.

"Mau ngomong apa? Cepetan, aku mau masuk kelas, nih," tanyaku memulai obrolan.

"Aku suka sama kamu, Bunga."

"Apa?" Aku bagai disambar petir mendengar pengakuan Dika.

"Iya. Aku juga nggak tahu sejak kapan aku menyukaimu. Semenjak awal pertemuan dan perkenalan kita, hati ini tidak bisa berbohong, aku selalu mikirin kamu, dan aku juga ingin bertemu denganmu. Maaf banget, mungkin bagimu ini terlalu cepat, tapi aku udah nggak kuat memendam perasaan ini sendirian." Ternyata Dika bisa juga bicara serius.

"Aku udah bilang sebelumnya, aku udah punya kekasih. Jadi, maaf banget, yah, aku nggak bisa balas perasaanmu." Aku menyusun sepuluh jari, meminta maaf kepada Dika.

"Aku siap untuk menjadi yang kedua, Bunga." Aku benar-benar tidak percaya dengan pemikiran Dika.

"Apa? Kamu sadar, nggak, dengan apa yang kamu ucapkan?"

"Aku sadar banget, Bunga. Aku rela jadi yang kedua untukmu, yang penting aku dan kamu bisa selalu sama-sama."

"Hentikan omong kosong ini, Dika! Aku nggak suka dengan pemikiran kamu yang seperti ini."

"Please, Bunga. Tolong pertimbangkan permintaanku."

"Aku nggak perlu pertimbangan untukmu, Dika. Aku akan tetap setia pada kekasihku, kami sangat menghargai hubungan yang telah kami bina selama dua tahun ini." Aku pun berdiri dan berniat akan meninggalkan Dika.

Akan tetapi, Dika menghentikan langkahku, dia kembali menggenggam tanganku.

"Jangan bersikap seperti ini, Bunga. Aku mencintaimu." Dika berlutut di depanku.

"Maaf, Dika, aku nggak bisa. Lepasin tanganku!" Aku menepiskan tangannya lalu meninggalkannya yang masih tetap berlutut.

"Bungaaa!" Aku tidak menghiraukan panggilannya. Aku memilih memasuki kelas.

Kejadian hari ini benar-benar di luar dugaan. Aku tidak pernah menyangka kalau Dika bisa berpikiran sejauh itu. Begitu mudahnya dia ingin menjadi orang ketiga dalam hubunganku dan Mas Ezza. Itu tidak akan mungkin. Walaupun pernikahan dan hubungan yang kami jalani tidak didasari cinta, tetapi aku akan selalu menghargainya. Apa pun yang terjadi, Mas Ezza suamiku, juga jodoh pilihan Papa dan Mama.

🏵️🏵️🏵️

"Pasti bahagia banget, yah, tadi ketemu dan ngobrol sama Dika." Mas Ezza kembali mengingatkan kejadian di kampus tadi pagi.

"Apa, sih, Mas?" Aku menjawab obrolannya sambil mengerjakan tugas Matematika Keuangan.

"Buktinya tadi waktu kamu diajak ngobrol tetap diam. Kalau memang nggak suka, kenapa tidak langsung masuk kampus?" Mas Ezza mulai menunjukkan aura kekesalan.

"Dia menyapaku, aku balas, dong, Mas."

"Tapi nggak harus lama-lama gitu juga kali tegur sapanya."

"Kamu akhir-akhir ini aneh banget, Mas."

"Aneh kenapa?"

"Sikap kamu itu, loh, seolah-olah kamu cemburu banget kalau aku dideketin cowok lain."

"Nggak salah, dong, kalau seorang suami marah melihat istrinya digodain cowok lain."

"Kamu terlalu berlebihan, Mas."

"Bagiku sikap seperti itu biasa. Tidak suka kalau pasangannya dekat dengan orang lain, dan orang lain itu lawan jenis pasangannya. Buktinya waktu Cindy minta nomorku, kamu juga nggak suka dan uring-uringan." Mas Ezza sepertinya sengaja mengingatkanku tentang Cindy.

"Itu biasa, Mas. Aku melihat kalian ngobrol hanya dari jarak jauh. Kalau kamu beda, langsung nyamperin. Ada apa denganmu, Mas?" Aku tetap membela diri dan merasa heran dengan sikap Mas Ezza.

"Jadi, kamu merasa terganggu waktu aku nyamperin kamu dan Dika tadi pagi?"

"Maksudnya bukan itu, Mas. Kamu kenapa, sih, nggak percaya sama istri sendiri?" Aku meletakkan balpoin dan memilih berhenti mengerjakan tugas.

"Gimana mau percaya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu sangat menikmati obrolan dengan lelaki lain." Aku kaget mendengar penuturan Mas Ezza.

"Jahat kamu, Mas. Sehina itu aku di matamu. Apa aku pernah berbuat yang tidak kamu suka? Dengan kebesaran hati, aku ikhlas menikah denganmu, Mas. Walaupun kamu tahu saat itu pernikahan belum pernah terpikirkan olehku, usiaku masih sangat dini untuk menyandang status sebagai istri. Tapi aku tetap menerima perjodohan kita dan bersedia menikah denganmu. Apa lagi yang kurang, Mas? Dan sekarang kamu tega menuduhku berbuat sesuatu yang tidak aku lakukan. Sebenci itukah kamu padaku? Kalau dulu kamu tidak menyetujui perjodohan kita, kenapa kamu tidak menolaknya? Kamu berhak menikahi gadis pilihanmu, bukan menikahiku." Aku tidak kuat lagi menahan bening-bening kristal agar tidak jatuh dari mataku.

"Kenapa kamu mikirnya sejauh itu, Dek?"

"Terus, aku harus mikir seperti apa, Mas?"

"Siapa bilang, aku menikah bukan dengan gadis pilihanku?"

"Itu fakta, Mas. Kita itu menikah karena kesepakatan orang tua kita."

"Itu nggak benar, Dek. Karena kenyataannya aku sangat mencintaimu." Aku hampir pingsan mendengar pengakuan dari mulutnya.

Ini tidak mungkin, aku tidak percaya dengan semua ini. Bagaimana mungkin Mas Ezza mencintaiku? Sementara pernikahan kami tidak didasari cinta. Hubungan kami diawali dengan perjodohan dan sebuah kesepakatan.

Apa mungkin perhatiannya selama ini karena cinta? Bukan semata-mata karena aku tanggung jawabnya? Aku belum sanggup dan tidak kuat mendengar pengakuan Mas Ezza. Apakah ini mimpi? Mimpi yang ternyata menjadi kenyataan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Terungkap

    🏵️🏵️🏵️“Aku sudah mengetahui semuanya tentang rencana Cindy dan kakaknya yang telah menjebak Pak Ezza. Mereka yang melukai Pak Ezza hingga membuatnya tidak mengingatmu.” Dika tidak tahu kalau Mas Ezza hanya berpura-pura hilang ingatan.“Maksudnya apa, Dika?” Aku tidak mengerti arah pembicaraannya.“Cindy sudah menceritakan semuanya padaku. Tapi sayang, saat itu aku lupa merekam semua pengakuannya. Sekarang, coba kami pancing kakaknya agar memberitahukan semuanya, tapi kamu harus rekam untuk dijadikan bukti. Aku tahu kalau dia sering ke rumah mertuamu menemui Pak Ezza.” Aku pun menerima saran Dika supaya Dara segera mengakui perbuatannya hingga Mas Ezza tidak perlu berpura-pura hilang ingatan lagi.“Okeh, Dika. Terima kasih atas bantuanmu.”“Iya, Bunga. Aku senang dapat membantumu.”Kami pun mengakhiri pembicaraan lalu aku menutup telepon. Aku sudah yakin untuk menjalankan apa yang Dika sarankan. Aku sangat terharu karena dia bersedia membantuku.Aku menunggu kedatangan wanita yang t

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Pura-Pura

    🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tujuh bulan. Aku sangat sedih karena acara syukuran diadakan di rumah orang tuaku. Tujuannya agar Mas Ezza tidak mendengar siapa ayah bayi yang ada dalam kandunganku.Aku tidak ingin Mas Ezza bingung saat mendengar namanya disebut. Ini demi kesehatannya. Kedua mertuaku tetap memberikan semangat kepadaku. Aku sangat mengerti apa yang mereka pikirkan.“Kamu yang sabar, ya, Nak. Semoga semuanya kembali seperti dulu lagi.” Mama mertua mengusap-usap perutku.“Iya, Mah. Bunga akan tetap kuat dan sabar demi kebaikan Mas Ezza.” Aku berusaha tersenyum kepadanya.Acara pun segera dimulai. Seorang ustaz yang telah Papa minta memimpin doa akan menyebutkan nama ayah bayi yang ada dalam kandunganku. Namun, tiba-tiba ustaz tersebut bertanya tentang Mas Ezza.Papa mertua memberikan penjelasan tentang keberadaan Mas Ezza. Beliau terpaksa berkata kalau Mas Ezza sedang berada di luar kota. Akhirnya, ustaz pun mengerti.“Baiklah, acara akan segera kita mulai.

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Status Menyakitkan

    🏵️🏵️🏵️Setelah beberapa hari kemudian, Mas Ezza kembali ke rumah orang tuanya. Aku tidak terima ketika Dara juga turut mendampinginya, tetapi aku hanya bisa diam demi kesehatannya. Mama mertua selalu menenangkan aku agar tetap kuat dan tegar.“Kamu tinggal di sini juga?” tanya Mas Ezza kepadaku. Dada ini terasa sesak mendengar pertanyaan itu.“Iya, Mas.” Aku berusaha tersenyum.Sebelum Mas Ezza tiba di rumah, mama mertua meminta Bi Imah memindahkan barang-barangku dari kamarnya ke kamar lain demi kebaikannya. Kami tidak ingin melihat Mas Ezza kesakitan saat ingin mencoba mengingat sesuatu.“Bunga itu adik sepupu kamu, Nak. Dia sudah Mama anggap seperti anak sendiri.” Mama mertua turut menimpali pertanyaan Mas Ezza.“Suami Bunga ke mana, Mah? Sepertinya Bunga lagi hamil, ya.” Aku hampir pingsan mendengar pertanyaan itu.“Suaminya nggak bertanggung jawab, Sayang.” Tiba-tiba Dara membuka suara. Wanita itu menyandarkan kepalanya ke bahu Mas Ezza.“Itu nggak benar, Nak. Suaminya orang ba

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Lupa Ingatan

    POV DARA 🏵️🏵️🏵️“Kamu di rumah sakit.”“Kamu siapa?” Pertanyaan itu yang kuharapkan.“Aku Dara, tunanganmu, Sayang.” Aku pun mulai menjalankan rencana.“Tunanganku? Aku siapa?”“Kamu Ezza.”Aku pun meraih tangan Ezza lalu menggenggamnya. Aku benar-benar merasakan kehangatan yang luar biasa. Aku sudah lama menantikan saat-saat ini tiba. Ternyata harapan itu kini menjadi kenyataan. Cindy tersenyum melihat ke arah kami.Tiba-tiba terdengar suara seorang ibu memanggil nama Ezza. Aku pun menoleh, ternyata dia bersama Bunga. Kedua wanita itu langsung menghampiri laki-laki yang sangat aku cintai lalu memintaku menjauh.“Sayang, kamu nggak apa-apa?” tanya ibu tersebut kepada Ezza.“Maaf, Ibu siapa?” Ezza sama sekali tidak mengenali mamanya.“Ini Mama, Sayang, dan ini istri kamu.” Wanita paruh baya itu meraih tangan istri Ezza.“Istri? Aku sudah memiliki istri? Tapi wanita itu tadi mengaku sebagai tunanganku.” Ezza menunjuk ke arahku.“Dia wanita yang selalu mengusik rumah tangga kita, Mas.

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Kejahatan

    POV DARA🏵️🏵️🏵️Waktu terus berlalu, akhirnya apa yang kusembunyikan dari banyak orang tentang status pernikahanku dengan Arif, terbongkar juga. Istri pertamanya mengetahui penikahan kami.Akhirnya, terjadi pertengkakaran antara diriku dan istri pertama Arif. Beberapa orang tahu tentang statusku. Mereka tidak tahu kalau rasa putus asa yang menyelimuti hati kala itu, membuatku menerima pinangan lelaki beristri.Saat itu, aku bingung harus berbuat apa, apalagi laki-laki yang ada dalam hatiku sejak dulu, selalu menolak perasaan yang kumiliki. Oleh karena itu, aku menjadikan Arif sebagai pelarian, walaupun pernikahan itu akhirnya kandas.Kini, aku benar-benar sendiri dan memiliki kesempatan besar mencari perhatian Ezza. Aku merasa kalau takdir telah berpihak kepadaku untuk tetap kembali mendekati laki-laki tampan itu. Harapan itu sudah ada di depan mata. Ezza akan menjadi milikku.Aku akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan Ezza. Aku tidak terima dengan sikapnya yang selalu dingi

  • DOSEN GANTENG ITU SUAMIKU    Pantang Mundur

    POV DARA🏵️🏵️🏵️“Kakak nggak apa-apa, kok, Dek.” Aku menutupi kekesalanku karena menurutku Cindy masih terlalu kecil untuk mengetahui masalah yang kuhadapi.“Pasti Kakak mau bilang kalau Cindy masih kecil. Iya, ‘kan?” Anak itu selalu saja mampu membuatku tertawa.“Nanti kalau kamu udah SMP, Kakak pasti cerita, deh.” Aku memberikan pengertian kepadanya.“Janji, ya. Kakak nggak boleh bohong.” Cindy terlihat serius.“Iya, Kakak janji.” Aku pun meyakinkan dirinya.Saat duduk di bangku SMA kelas dua, aku kembali mengungkapkan cinta yang tetap bersemayam dalam hati ini kepada Ezza. Seperti jawaban sebelumnya, hanya penolakan yang dia berikan kepadaku. Aku makin tidak mampu menghapus dirinya dari dalam pikiran.Cinta yang kumiliki untuk Ezza kian besar. Aku merasa telah terhipnotis oleh pesona yang dia pancarkan. Banyak teman yang memintaku untuk mundur saja, tetapi hati ini tetap ingin mendapatkan balasan perasaan darinya.“Apa, sih, yang kamu harapin, Dar? Ezza itu nggak cinta sama kamu.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status