Home / Romansa / DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta / BAB 110 ASISTEN PRIBADI PAK JEFRI

Share

BAB 110 ASISTEN PRIBADI PAK JEFRI

last update Huling Na-update: 2025-11-29 19:01:10

Bu Niken mengangguk dengan tegas. "Iya. Anda sudah menjadi penyebab kekacauan. Jadi... Pak Jefri ingin Nona Erika untuk ikut bertanggungjawab, dalam membangun citra perusahaan kembali."

"Hah?" Aku menutup mulut karena tak percaya.

Pintar sekali idenya untuk membuatku selalu ada di sampingnya. Tindakan yang pak Jefri ambil ini, merupakan salah satu poin dalam perjanjian yang tidak bisa aku tolak.

Dan ini... Adalah langkah pertamanya untuk mulai membelengguku.

"Erika..." panggil Papa dengan suara samar.

Aku bersimpuh di samping ranjang papa sambil menggenggam tangannya. "Iya, Pa..."

"Tidak usah takut," ucap papa dengan suara pelan dan samar. "Menurutlah sama pak Jefri. Belajar yang baik untuk mengelola perusahaan."

Aku mengangguk sambil menitikkan air mata. "Iya, Pa. Erika akan menurut. Erika juga janji, nggak akan ngecewain Papa lagi."

Bu Niken mendekati papa, lalu memberikan sebuah surat kontrak untuk di tandatangani. "Silakan tanda tangan surat persetujuan ini, Pak."

Aku menyelipka
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
mifta17012014
lagi kak laagiiiii
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 155 KEPERGOK DI LORONG YANG SUNYI

    Beberapa saat kemudian, ponsel Pak Jefri berdering. Ia melepas pelukannya sebentar, lalu menjawab telepon itu menggunakan pengeras suara."Iya, Niken?""Saya sudah urus administrasi rumah sakit Non Erika, Pak.""Bagaimana dengan korban kecelakaan tadi?""Tidak ada korban jiwa maupun luka. Hanya mobilnya saja yang ringsek, sudah saya urus untuk pertanggungjawabannya.""Mobil Erika?""Sudah di bengkel asuransi juga, Pak.""Tidak ada masalah hukum?""Tidak, semua sudah aman."Pak Jefri menghela napas lega, guratan tegang di wajahnya perlahan memudar. Benarkah dia sekhawatir itu? Apa dia sungguh punya cinta yang begitu besar untukku?"Baiklah, Niken. Terima kasih."Setelah panggilan berakhir, seorang perawat datang untuk melepas infusku. "Sudah boleh pulang, Mbak," ucapnya ramah lalu beranjak pergi.Aku dan Pak Jefri saling bertatapan lama, sebelum akhirnya ia membuang napas panjang. "Ayo pulang," ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat kasar, seolah masih kesal."Tapi kaki saya masih sak

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 154 TAKUT KEHILANGAN

    Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri. Tubuhku tersentak saat merasakan denyutan nyeri di kepala. Aku merasakan kehangatan pada tanganku yang digenggam sangat erat. Lalu, suara samar Pak Jefri perlahan terdengar."Bangun, Erika. Saya mohon bangunlah..." ucapnya dengan nada penuh keputusasaan.Perlahan, aku membuka mata. Ia tengah menunduk dalam sambil terus menggenggam tanganku, terlihat seperti seseorang yang benar-benar terpuruk. Tanpa sadar, bibirku menyunggingkan senyum tipis melihat pemandangan itu."Maafkan saya sudah meninggalkan kamu. Maafkan saya sudah menjadi pengecut selama ini. Bangunlah, Erika... Saya mohon... Jangan tinggalkan saya. Jangan buat saya menggila lagi, Erika... Tolong bangunlah..." Suaranya serak, nyaris tak terdengar. Aku bisa merasakan telapak tangannya yang basah karena keringat dingin saat mendekap jemariku."Apa Bapak mencintai saya?" bisikku dengan suara yang masih sangat lemah.Pak Jefri tersentak. Ia langsung mengangkat wajahnya dan menatapku den

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 153 KERINDUAN BERUJUNG MAUT

    Darahku berdesir hebat, jantungku berdegup kencang tak keruan. Aku segera mengalihkan pandangan, lalu meraba wajahku yang terasa menghangat. Mungkin, saat ini pipiku sudah memerah ranum bagai buah ceri."Istirahatlah... Besok kamu masih harus ke kantor," ucapnya dengan nada lembut dan hangat. Hal itu sukses membuat bibirku bergetar hebat menahan senyum yang ingin merekah.Aku menundukkan wajah, kakiku terus bergerak gelisah karena grogi yang luar biasa. "Bapak... tidak merindukan saya?" gumamku tanpa berani menatap wajahnya.Pak Jefri tak langsung menjawab, ia mengangkat daguku perlahan, memaksa mata kami untuk kembali saling bertatapan. "Menurut kamu?" bisiknya hangat tepat di depan wajahku.Mata kami saling mengunci selama beberapa detik, seolah ingin menyampaikan beribu kata yang selama ini tertahan di tenggorokan. Aku kembali tersenyum belibis. Jantungku berdegup kian kencang, seperti sedang berpacu di arena balap kuda.Wajah Pak Jefri semakin mendekat, kepalanya sedikit miring se

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 152 BARU DATANG MAU PERGI LAGI

    "Erika... Kamu sudah pulang, Sayang?" tanya Mama menghampiriku.Aku tidak menjawab. Mataku masih enggan berpaling dari Pak Jefri. Ia tengah menatapku tanpa berkedip dengan raut wajah datar. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, ia tampak begitu sulit dibaca."Sayang... Ayo, Mama temani kamu makan," ucap Mama lembut sambil merangkul bahuku.Namun, suara Mama seakan hanya angin lalu di telingaku. Dalam hatiku bergumam, 'Aku nggak butuh makan, aku hanya butuh Pak Jefri sekarang.'Tapi, apa yang dia lakukan? Pak Jefri hanya terdiam membisu sambil terus menatapku. Tak ada satu patah kata pun yang keluar dari bibirnya. Tidakkah dia ingin mengatakan bahwa dia rindu?"Erika... Kenapa kamu diam saja?" tanya Mama lagi, kini sambil meneliti wajahku dengan heran.Tubuhku membeku. Sorot mataku masih enggan terlepas dari pria yang aku cintai ini. Tanpa sadar, bibirku bergumam pelan, "Erika rindu..."Bola mata Pak Jefri membulat seketika. Aku melihat jemarinya saling meremas di atas pangkuan

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 151 SANDIWARA YANG TERSUSUN RAPI

    "Salah gue?" tanyaku dengan alis berkerut dalam.Dita mengangkat dagunya. Matanya yang basah menatapku dengan bibir bergetar. "Sekarang jawab yang jujur. Ello marah karena gue hianatin Pak Jefri, atau karena Ello cemburu sama Roy?"Aku tertawa getir sambil menahan emosi, menatapnya dengan air mata yang mulai berlinang. "Ello masih berpikir gue mencintai Roy?""Iya. Itu kan, yang Lo bilang sama Pak Jefri?" sahutnya dengan nada sinis sembari melipat tangan di dada.Aku memijat kening yang terasa berdenyut. "Harus berapa kali gue bilang, gue nggak pernah mencintai Roy, Dita...""Lantas, kenapa Ello terima cintanya di depan orang banyak?!" hardiknya dengan mata menyala. Ia melangkah maju, menuntut jawaban.Amarahku seketika mereda, digantikan oleh rasa penyesalan yang sulit untuk diungkapkan. "Gue..." Suaraku tercekat di tenggorokan.Aku menunduk, berusaha keras menyembunyikan rasa malu sekaligus amarah yang menyatu di dalam dada. "Gue cemburu sama Lo," bisikku nyaris tak terdengar.Dita

  • DOSEN KILLER: Skripsi Berbuah Cinta   BAB 150 PENGHIANATAN DITA

    Aku menarik tangan Sherly, menjauh dari Mama. "Ceritakan sama gue, apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa waktu itu Lo bohong sama gue?" desakku."Bohong yang mana, Kak?" ucapnya berkilah.Aku menghela napas panjang, berusaha menahan emosi yang meluap. "Sherly, waktu kita pertama ketemu di ruangan Pak Jefri. Kenapa Ello bersikap seolah-olah baru aja berhubungan badan?!" tanyaku dengan nada ketus.Sherly tersenyum tipis, senyum yang terlihat jelas dibuat-buat. Ia mengalihkan pandangan sambil menggaruk tengkuknya, terlihat salah tingkah. "Maaf, Kak. Aku cuma disuruh Mas Jefri," sahutnya dengan nada menyesal."Buat apa? Kenapa Pak Jefri ngelakuin itu?" tanyaku semakin penasaran, lebih mirip introgasi.Sherly tersentak, raut wajahnya terlihat gelisah. "Aduh... Soal itu, tanya aja sama Mas Jefri," ucapnya dengan nada sedikit ragu. "Udah ya, Kak. Aku duluan..."Sherly mencoba kabur, namun dengan cepat aku meraih Hoodie jaketnya. "Ehh... Tunggu dulu. Ello nggak bisa kabur gitu aja setelah berha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status