"Saya diare, Pak!" jawabku cepat, mencoba mengalihkan kecurigaannya. "Maaf lama. Tadi... Perut saya sangat mules," kelitku.Pak Jefri mengangguk sambil menjauhkan jaraknya. "Kalau gitu, kamu tunggu di ruang tamu saja. Saya akan buatkan oralit, biar badan kamu tidak lemas."Aku mengangguk cepat, lalu berlari kecil menuju ruang tamu. Napasku tersengal-sengal. Keringatku mengalir dengan deras. Padahal, ruangan ini sangat sejuk. Mungkin, ini karena efek ketakutan yang aku rasakan.Tak lama kemudian, Pak Jefri datang membawa segelas oralit. Ia meletakkan gelas itu di depanku, "Minumlah..." ucapnya, lalu duduk kembali. Aku mengangguk sambil tersenyum gugup. "Terima kasih, Pak..."Tanganku gemetar saat meraih gelas itu. Bagaimana tidak? Pak Jefri masih saja mengawasiku, membuatku grogi saja.Aku meminum oralit itu sedikit, lalu meletakkan gelas itu kembali di meja. Dudukku mulai gelisah. Ujung mataku menangkap Pak Jefri yang masih belum melepas pandangannya terhadapku. Aku mengalihkan pand
Last Updated : 2025-09-24 Read more