Share

BOLEH MALAM INI?

20

Aku dan Prisa duduk sebelahan sambil selonjoran di atas karpet bulu dengan menikmati camilan. Layar televisi di depan kami sedang menayangkan drakor kesayangan. Sebenarnya Prisa sudah beberapa kali menguap. Sepertinya kantuk sudah menyerangnya, karena hari sudah malam. Namun, dia seperti tak enak hati meninggalkanku sendiri di sini.

"Kamu lapar apa doyan, sih? Itu keripik udah mau abis setoples?" Prisa menunjuk toples keripik pisang yang dari tadi kupeluk.

"Dua-duanya," jawabku cuek. Sebenarnya bukan masalah lapar, tetapi aku masih marah dengan Om Pandu. Si bocah tua nakal itu. Sudah tua, tetapi kelakuannya seperti bocah.

Cemburu buta digedein. Orang bilang cemburu itu tanda cinta. Harusnya bangga dicemburuin sama pasangan, berarti dia benar-benar cinta. Akan tetapi, kalau cemburunya macam Om Pandu begitu, aku jamin dibayar berapa pun tidak akan ada yang mau. Kecuali dibayarnya pakai dollar yang banyak. Hais.

Seram. Matanya sampai berkilat-kilat. Wajah merah padam dengan rahang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status