“BangKu lagi apa?”
Kening Satria berkerut saat baru saja akan tidur, ada nomor asing yang mengirimkannya pesan. Tidak mungkin dari mantan-mantan istrinya, karena mereka pasti mengirimkan pesan dengan kata-kata penuh hormat. Walaupun mereka sudah tidak sakit lagi, tetap saja mereka menghormati dirinya. Satu-satunya wanita yang memanggilnya BangKu adalah Salsa.
“Ini Salsa ya?”
Send
“Miyabi, Bang.”
Huk! Huk! Huk!
Satria terbatuk-batuk. Ia kaget bukan kepalang, karena mendapat pesan dari Miyabi. Cepat Satria menekan profile picture si pengirim pesan WA. Benar saja, bukan wajah Salsa, melainkan gambar pakaian dalam yang seksi. Tidak salah lagi, ini pasti benar Miyabi.
Dengan jari yang gemetar dan tubuh mendadak panas, Satria membuka aplikasi g****e translate. Ia yakin, Salsalah yang memberikan nomornya pada model panas ini. Hati pria mana yang tidak akan meledak jika Miyabi mengirim pesan.
“Hei, how are you?”
SendDengan cepat Satria menyimpan kontak Miyabi di ponselnya. Ia akan memamerkan hal ini pada semua karyawan bengkelnya besok. Ia akan menjadikan chat ini sebuah screenshoot, agar para mantan istrinya menyesal telah sakit-sakitan, karena memang wanita seperti Miyabilah yang mungkin memang mampu menandingi kekuatan bulannya.
“Apik, Bang. Panjengan piye kabare?”
Kening Satria semakin mengerut dalam. Emangnya Miyabi dari Purwokerto? Apa jangan-jangan dari Boyolali? Kok ngomongnya Jawa? Satria bermonolog.
“I’m fine, Miya. What are you doing now?
Send
“Membayangkan BangKu.”
Satria merasa tengah berputar-putar hingga langit ketujuh. Cepat ia men-screenshoot percakapannya dengan Miyabi sampai dengan bagian paling mencengangkan menurutnya. Hatinya bersorak gembira tak terkira dengan mukjizat Tuhan ini.
Dia adalah satu-satunya lelaki paling beruntung di dunia yang dikirimkan pesan oleh Miyabi. Bisa saja informasi tentang ketangguhannya di ranjang sampai ke telinga model kompor itu, sehingga bukan tidak mungkin suatu hari nanti Miyabi mengajaknya check in. Satria mendadak mulas karena terlalu gembira saat ini.
Sebelum hal itu dilakukan oleh Miyabi, ia akan membuat Miyabi menjadi mualaf terlebih dahulu. Baru boleh check ini syariah dan dalam keadaan halal. Walau ia bukan pria soleh, tetapi aturan agama harus ia patuhi dengan baik .
Satria semakin berdebar, saat muncul kembali nama Miyabi di pesan selanjutnya, padahal pesan yang tadi saja belum ia balas. Satria bangun dari posisi berbaringnya, lalu melakukan sujud sukur di atas tempat tidur.
“Ya Allah, jika kami memang jodoh, tolong dekatkan. Jika tidak jodoh, tolong jodohin,” ujar Satria dalam sujudnya.
“Ya Allah, Satria … segitu pengennya lu punya bini sampai nungging. Ya udah, sekarang gue ke rumah Mak Piah ….”
“Bu … jangan!” teriak Satria panik.
Bugh!
Lelaki itu sampai terjatuh dari tempat tidur karena tersandung sarung. Lalu ia berusaha bangkit kembali untuk mengejar ibunya.
“Bu! Saya mau bunuh diri aja kalau sampai dikawinin sama Mak Piah!” teriak Satria dengan menggelegar—hingga menghentikan langkah Bu Maesaroh yang sudah sampai di depan teras. Wanita paruh baya itu berbalik, lalu menatap keheranan wajah putranya yang berkeringat.
“Kenapa emangnya? Dosa Satria kalau main sendiri tuh, nanti kepala lu cepat botak,” ujar Bu Mae sambil menggelengkan kepalanya.
“Main apa sih, Bu? Satria gak ngerti,” balas Satria sambil menarik masuk ibunya, lalu menutup pintu rumah dan menguncinya.
“Itu lu lihat!” sarung yang dipakai Satria sedikit menggunung.
“Eh, ini bukan, Bu. Emang dia lagi ngeh aja. Bukan karena apa-apa. Udah, Ibu sekarang tidur. Satria tadi lagi sujud sukur, karena mendapat pesan dari Miyabi. Ibu tahu Miyabi gak?” kali ini Satria menarik lengan ibunya untuk duduk di kursi tamu. Ia harus membicarakan ini baik-baik dengan ibunya, karena ridho orang tua adalah ridho Allah. Ia akan meminta ijin untuk membawa Miyabi suatu hari ke rumahnya dan menjadi menantu Ibu Maesaroh. Ia bisa menebak bahwa ibunya pasti akan sangat gembira mengetahui anak lelaki satu-satunya berhasil mendapatkan artis kompor.
"Ibu kenal Miyabi, gak?" tanya Satria sekali lagi.
“Miyabi siapanya Miyayam?” Bu Maesaroh bertanya balik dengan polosnya.
“Ha ha ha … bukan, Bu. Bukan sejenis mi, ha ha ha ….” Satria tidak sanggup menahan tawanya yang sangat lebar.
“Kalau bukan saudaranya miyayam, terus Miyabi itu siapa? Teman lu?” tanya Bu Maesaroh dengan sedikit rasa penasaran. Satria mendekat pada ibunya, lalu menempelkan bibirnya di telinga ibunya.
“Artis bokep, Bu. Model cantik dan pastinya kuat,” bisik Satria dengan amat pelan.
“Artis bokep? Keren lu!” mata Bu Maesaroh berbinar-binar. Satria pun mengangguk antusias.
“Siapanya Haji Bolot?” tanya Bu Maesaroh dengan polosnya. Satria kembali terbahak-bahak, kali ini sampai memegangi perutnya yang benar-benar keram. Lelaki itu memilih masuk ke dalam kamar tanpa mempedulikan lagi ibunya yang tengah berteriak memanggilnya. Satria mengunci pintu kamar, agar ibunya tidak sembarangan masuk lagi, tetapi pria itu masih belum bisa menghentikan tawanya.
Sementara itu, Bu Maesaroh pun tengah merasa sangat bangga dengan kabar yang diceritakan oleh anaknya. Bu Maesaroh mengambil ponselnya, lalu mengetik status. Yah, walau dia sudah tua, tetapi ia tidak gaptek untuk urusan update status dan check out shop*e.
Alhamdulillah, mimpi apa akhirnya ngebesan sama Haji Bolot. Udah gak sabar punya mantu Neng Bokep, Ponakannya Haji Bolot.
Bersambung
Ha ha ha ha ...
Pukul enam pagi, rumah Satria sudah dipenuhi oleh para tetangga dari kampung mereka dan juga kampung sebelah untuk melihat calon istri Satria yang baru. Mereka sangat penasaran bagaimana rupa dari artis panas yang bernama Miyabi. Walau rata-rata orang kampung yang tidak terlalu paham dengan kehidupan ibu kota, tetapi untuk satu nama itu mereka sangat hapal."Keren ya, Bang Satria bisa dapat Miyabi. Cantik loh orangnya, badannya juga mulus banget. Saya punya kasetnya. Bukan kaset saya sih, kaset suami saya," ujar seorang ibu pada tetangganya yang ikut mengintip dari jendela rumah Bu Maesaroh."Kaset apa sih?" tanya ibu yang memakai daster ungu."Emangnya kaset apa, Mpok? Mak pinjam nanti ya?" sambung Mak Piah yang ternyata juga udah ada di sana."Ha ha ha ... Mak, jangan pakai ikut-ikutan. Rajin aja baca Yasin, kalau udah dekat waktunya gini, mah.""Ha ha ha ..." suasana menjadi semakin riuh saat satu dua orang saling bercanda menimpali."Kas
Petaka kehebohan Miyabi yang diciptakan oleh Satria, ternyata tidak hanya berlangsung di lingkungan rumah. Ketika pria itu sampai di bengkelnya, ia sudah diserbu oleh enam orang karyawan yang menanyakan perihal kejelasan hubungannya dengan artis papan ranjang;Miyabi."Wah, Bos ... selamat ya. Gak nyangka saya, Bos Satria bisa membuat seorang Miyabi bertekuk lutut. Ini semua pasti karena ada sumbangsih dari BangKuat. Ck, gak nyangka saya, Bos. Keren banget. Seru ya, Bos? Tempat tidur ambruk gak, Bos?" Pertanyaan demi pertanyaan membuat kepala Satria semakin pusing."Belum lama minta dikenalin sama cewek, malah udah dapat Miyabi aja, Bos. Salut saya, Bos," puji Ramlan sambil menepuk pundak Satria. Asistennya itu ikut masuk ke dalam ruangan khusus Satria dan duduk di depan Satria untuk mendengarkan hal yang sebenarnya."Cerita dong, Bos," seru Ramlan penasaran. Satria tertawa pendek, lalu duduk di kursi kebesarannya dengan wajah begitu bahagia."
Tanpa menunggu lama, Satria langsung menyalakan lagi motornya, bersiap hendak meninggalkan wanita yang ia kenal bernama Salsa. Namun sepertinya tenaga Salsa lebih kuat. Wanita itu menahan motor Satria dengan seluruh tenaganya, sehingga Satria tidak bisa ke mana-mana."BangSat kenapa mau langsung pergi? Bukannya kita sudah janjian?" tanya Salsa keheranan. Tangannya masih menahan bagian depan motor Satria."Saya gak merasa janjian sama Mbak Salsa. Saya ada janji dengan orang lain," jawab Satria datar."Gimana sih, tadi janjian mau ketemu saya di sini. Nih, saya aja masih nyimpen riwayat chat kita." Salsa menunjukkan ponselnya pada Satria, hingga lelaki itu pun tergugu dengan bahu yang merosot. Jadi, semalaman ia sudah salah orang. Bukannya Miyatun, tetapi Salsa. Wanita yang dikenalkan Ramlan padanya. Namun kali ini Salsa mengendarai motor matic sama seperti motornya, bukan motor gede seperti waktu itu."Hhuft ... BangSat bikin saya bingung deh.
Napas Satria benar-benar sesak dan Bu Mae pun segera memanggil Mak Piah;tukang urut ternama di kampung mereka. Kebetulan juga, rumah Mak Piah bersebelahan dengan rumah Satria.Bu Mae berlari ke rumah Mak Piah, lalu mengetuk pintu rumah wanita tua itu dengan tergesa-gesa.Tok! Tok!"Mak, buka! Ini Mae!" seru Bu Mae dengan suara kencang. Namun Mak Piah belum juga membukakan pintu."Mak, buka! Ini Mae, Mak!" Tangan Bu Mae masih terus menggedor pintu rumah tukang urut itu, tetapi belum juga dibukakan pintu. Bu Mae tidak kehabisan akal, dia harus mengeluarkan kalimat ajian agar pintu segera dibuka."Mak, Satria sesek, dia butuh ..."Cklek"Siapa sesek? Satlia? Ayo, sebelum mati." Mak Piah berjalan melewati Bu Mae begitu saja dengan wajah tanpa dosa. Ibu dari Satria itu hanya bisa menggelengkan kepala sambil menghela napas berat. Segera ia menyusul Mak Piah yang sudah lebih dahulu masuk ke dalam rumahnya. Padahal setahu Bu Mae, jalan
Part Serius.Jan pada ketawa.****Napas Satria sudah lebih tenang setelah dipasang oksigen dan juga infus. Matanya terpejam walau tidak lelap dan Bu Mae masih setia menemani anaknya yang terbaring lemah di brangkar rumah sakit.Kamar perawatan kelas tiga dipilih Bu Mae karena sesuai dengan kelas BPJS yang dibayarkan setiap bulannya. Untungnya tidak terlalu banyak pasien. Hanya ada dua brangkar yang terisi dan salah satunya Satria.Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Seorang perawat masuk dan membereskan brangkar tepat di samping Satria. Bu Mae terbangun dari tidurnya dan saat ingin berjalan ke kamar mandi, ia melihat seorang petugas tengah menyiapkan brangkar. Memasang seprei dan juga sarung bantal."Mau ada pasien baru ya, Sus?" tanya Bu Mae penasaran."Iya, Bu. Pasiennya masih di bawah. Ditangani dokter IGD," terang perawat sambil memasang selimut di ranjang."Kalau umurnya panjang berarti di bawa ke sini ya, tap
Mendengar kabar bahwa Satria tengah dirawat di rumah sakit membuat Salsa menjadi iba dan ia pun berencana akan mengunjungi Satria sebelum pergi ia butiknya.Sejak pagi Salsa sudah repot di dapur membuat makanan yang akan dibawa ke rumah sakit. Melihat sang putri tengah asik di depan kompor, membuat Juwi yang baru saja keluar dari kamar, turut tersenyum senang."Masak apa sih anak, Bunda?" tanya Juwi menghampiri Salsa."Masak aer," jawab Salsa pendek."Buat apa? Buat mandi?" Juwi melihat panci kecil yang tengah berada di atas kompor dalam keadaan mendidih."Bukan, Bun, bikin mi rebus. Teman Salsa sakit, jadi Salsa mau bawain makanan." Juwi mengangguk paham."Orang sakit gak boleh makan mi instan, Sa, nanti tambah sakit loh. Kenapa gak bawain roti aja?""Mi rebusnya untuk Salsa sarapan. Habis sarapan baru Salsa siap-siap jenguk dan beliin roti atau buah di jalan," jawab Salsa sambil menyeringai. Juwi merasa anak sulungnya te
Aku tuh kangen loh sama BangSat, kalian pada kangen gak sih? Selamat membaca. "Salsa mau jadi istri saya?" "Gak ah, BangSat tidak kuat. Kalau kuat mana mungkin masuk rumah sakit. Lihat tuh, ada selang oksigen di hidung." Salsa menunjuk hidung Satria dengan dagunya, kemudian ia menggelengkan kepala. "Sekarang kamu bisa mengatakan aku tidak kuat, tetapi saat malam pertama nanti, kamu akan lihat betapa tangguhnya Tyrex-nya aku," gumam Satria dalam hati. "Yah, kita perkenalan dulu aja, Sa. Teman dekat gitu, kalau cocok lanjut, kalau nggak ya kita bisa jadi saudara. Betul'kan?" "Nah, ini tumben omongan lu bener, Sat, biasanya ngaco!" Sela Bu Mae yang baru saja tiba di dekat keduanya. Salsa tersenyum malu-malu, lalu sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Satria agar Bu Mae bisa duduk di dekat anaknya. "Iya, Bu, makanya saya bilangin sama Salsa, jadi teman aja dulu, siapatahu cocok. Jodoh tidak ada yang
Aku tuh kangen loh sama BangSat, kalian pada kangen gak sih??🤭🤭🥺🥺Selamat membaca."Salsa mau jadi istri saya?""Gak ah, BangSat tidak kuat. Kalau kuat mana mungkin masuk rumah sakit. Lihat tuh, ada selang oksigen di hidung." Salsa menunjuk hidung Satria dengan dagunya, kemudian ia menggelengkan kepala."Sekarang kamu bisa mengatakan aku tidak kuat, tetapi saat malam pertama nanti, kamu akan lihat betapa tangguhnya Tyrex-nya aku," gumam Satria dalam hati."Yah, kita perkenalan dulu aja, Sa. Teman dekat gitu, kalau cocok lanjut, kalau nggak ya kita bisa jadi saudara. Betul'kan?""Nah, ini tumben omongan lu bener, Sat, biasanya ngaco!" Sela Bu Mae yang baru saja tiba di dekat keduanya. Salsa tersenyum malu-malu, lalu sedikit menggeser tubuhnya menjauh dari Satria agar Bu Mae bisa duduk di dekat anaknya."Iya, Bu, makanya saya bilangin sama Salsa, jadi teman aja dulu, siapatahu cocok. Jodoh tidak ada ya