Home / Horor / DUKUN 99 / Bab 4 Susuk Kecantikan

Share

Bab 4 Susuk Kecantikan

Author: Uwa Mia
last update Last Updated: 2023-04-20 10:23:29

Terik matahari mulai membakar kulit. Di dekat sumur, aku yang baru selesai mandi, kini lanjut menggosok gigi. 

Beberapa tuyul peliharaan yang memang tidak kubotolkan, mengajak bercanda.

"Bone, kau cakep kalau habis mandi." 

"Sayangnya kau jomblo. Hahahaha ...."

"Bone, umurmu berapa sekarang?"

"Aku yakin kau belum pernah mencium wanita." 

Glek! Kena telak di ulu hati, padahal baru semalam aku mengecup dua wanita sekaligus.

Candaan mereka sudah akrab di telingaku. Dan aku hanya mendengar bak angin lalu. 

Aku kemudian masuk ke kamar untuk berpakaian. Tuyul-tuyul tadi mengikutiku. Mereka berlarian di atas kasur, layaknya anak-anak. 

Usai berpakaian, aku mengoles luka di kaki dengan minyak ramuan khusus. Teringat kembali bagaimana aku mendapat luka ini.

Seorang pria meninggalkan rumah tangganya demi menikahi wanita idaman lain. Sang istri sakit hati lalu meminta Bapak mengacaukan keharmonisan pasangan selingkuh itu.

Aku diutus ke sana. Dalam rupa ular, berniat menaburkan roh kebencian, pertengkaran dan perpisahan. Berharap pria itu kembali ke istri tuanya. 

Nahasnya aku tak sadar kalau pria itu indigo. Dia peka saat aku menyusup masuk. Dikejarnya aku dengan senjata ekor pari. Senjata yang paling ditakuti para dukun.

Belum sempat menaburkan roh santet, terpaksa aku kabur duluan. Senjata itu sempat mengenai ekorku. Terluka dan berdarah. Bahkan kala berganti wujud ke manusia, luka itu ada dan belum sembuh di kakiku.

Asyik mengoles minyak, sayup kudengar percakapan Bapak dengan seseorang dari balai-balai bambu di depan rumah. 

Suara wanita. 

Ya, lagi-lagi wanita. Makhluk yang menyebabkan Adam jatuh dalam dosa itu menduduki peringkat pertama pengguna jasa dukun di dunia ini. 

Aku mengendap ke sudut rumah. Dari sini bisa kulihat sosok wanita itu. Usianya mungkin sepantaran denganku. 

"Mbah, kenapa wajahku selalu pucat?" Ia mengeluh sedih. "Seperti kurang nutrisi. Padahal aku rajin minum vitamin, tidur teratur juga pakai skin care mahal." 

"Banyak yang mengatakan bahwa aku sama sekali tidak menarik." 

"Seperti mayat hidup, mereka bilang." Ia menatap Bapak dengan binar memohon. 

Bapak meneguk kopinya yang masih berkepul uap. Setelahnya, ia meminta ijin untuk menilik bola mata wanita itu. 

"Apa kamu tinggal seatap dengan banyak orang?" tanya Bapak. 

"Aku tinggal di kos, Mbah."

Bapak mengangguk paham. "Mbah liat ada teman kos yang mencuri aura kamu."

"Bagaimana bisa?" Wanita itu terduduk lesu. Memainkan jemarinya di atas pangkuan. 

"Lain kali kamu jangan ceroboh!" Bapak meneguk sisa kopi di gelas. "Kejahatan datang bukan karena niat, tapi adanya kesempatan."

"Maksud, Mbah?"

"Jangan keramas di depan kamar. Jangan potong kuku di kamar teman. Jangan pula meludah sembarangan. Hajat-hajat yang tak kau anggap itulah yang justru dimanfaatkan orang lain untuk menyedot auramu."

"Dia semakin bersinar sedangkan kau makin redup." Ayah menjelaskan. 

"Apa yang harus aku lakukan, Mbah?" tanyanya polos.

"Lha, kau ke sini maunya apa?" Bapak balik bertanya. 

Wanita itu serasa kena mental. Ia jadi ragu-ragu menjawab. 

Aku segera muncul. Membawakan teh untuk mencairkan suasana mereka.

"Diminum tehnya, Mbak." Kusimpan cangkir teh di samping wanita itu. 

Ia tersenyum lalu berucap terima kasih.

Senyumnya hambar, sama hambarnya dengan teh tanpa gula yang kusajikan. 

Aku berlalu ke belakang, kudengar Bapak memberinya saran. 

"Kau pakai saja susuk. Selain bisa menarik auramu kembali. Vibrasinya mampu menyedot kesuksesan dalam karirmu." 

"Kau tidak hanya akan cantik, tapi juga sukses besar."

Senyum hambar itu merekah lagi, "Bagaimana caranya, Mbah?" Kali ini nadanya berenergi.

"Melalui ritual mandi di danau jam satu malam," jawab Bapak datar. "Hanya akan berhasil bila kau yakin sepenuh jiwa. Jika masih ragu mending tak usah." 

Wanita itu termenung beberapa saat. Menimbang-nimbang entah apa yang ia timbang. 

Dari sudut rumah, aku masih mengamati. Berharap wanita itu mengurungkan niatnya. 

"Bone, kau itu kenapa suka sekali mengintip, huh?"

 Dua genderuwo yang tersisa, menghampiriku.

 "Apa kau malu dengan wajah pas-pasan mu itu?" Mereka mengakak geli.

"Hmm, setidaknya wajahku tidak berbulu seperti kalian," gumamku santai.

Dua genderuwo itu pun menghilang pergi dengan dada memanas. 

"Bagaimana, kau setuju?" Bapak membuka suara. "Saya tak punya banyak waktu saat ini."

"Setuju, Mbah. Saya setuju!" jawab wanita itu tegas.

"Baiklah, kau datang saja lusa malam ke sini. Kita akan bersama-sama menuju danau. Ingat, jangan mengenakan pakaian dalam saat kau berangkat. Cukup pakaian luar saja!" 

Si wanita cukup kaget, tapi tetap mengiyakan. "Ya, Mbah. Akan saya ikuti petunjuknya."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUKUN 99    Bertunangan (Tamat)

    Bab 75 Berita tentang kematian Bapak tersiar ke sepenjuru desa. Warga berbondong-bondong datang melayat. Di hari yang sama, kami langsung menguburkan jenasah Bapak.Mang Asep masih menekuri makam Bapak kala semua pelayat telah pulang. Sementara rombongan kami tengah bersiap untuk kembali ke Jakarta. Aku menghampiri Mang Asep lantas berdeham pelan. Pria itu mendongak sepintas dan kembali menatap makam."Kau sudah jadi manusia normal, Bone. Dan aku jadi dukun sakti menggantikan Tarso. Kita doakan semoga ia tenang di alam sana." Aku terdiam. Hanya memandangi gerak-gerik Mang Asep yang bangkit dari berjongkok di makam, hingga ia berpamitan pulang."Bu Amira, kami harus pulang ke Jakarta sekarang. Ada jadwal pelayanan di tempat lain," tegur salah satu Pastor. "Tidak. Kalian masih harus membantuku." Aku menginterupsi.Ketiga Pastor itu mengernyitkan dahi. Mereka menatapku heran. "Aku sudah dipulihkan dan bukan siluman ular lagi. Tapi dosaku di masa lalu mengakibatkan Nadia jadi kambing

  • DUKUN 99    Terima Kesaktian

    Bab 74Di ruang tamu tempat biasa melayani pasien, Bapak terkulai lemah. Aku hampir tak kenal wajah aslinya. Kulit Bapak menghitam legam dan bola matanya terus-terusan mengeluarkan cairan.Jemarinya yang kaku dipaksa bergerak saat melihatku. Aku turun dari badan Beni, lalu segera merayap ke tempat Bapak terbaring.Sedikit senyum mengembang di wajahnya. Orang-orang yang datang menjenguk, haru menyaksikan kami. "Pastor, apakah Mbah Tarso bisa disembuhkan?" Ibuku menatap iba."Sepertinya tidak, Bu Amira. Orang ini sedang menuai hasil perbuatannya selama hidup di dunia." Si Pastor berucap lugas. "Dia terlalu menyimpang dari jalan kebenaran. Sekalipun ia banyak mengamalkan ilmu putih untuk menyembuhkan orang, tetap saja dosa. Sebab yang memberi kemampuan itu bukanlah Tuhan, melainkan iblis." Orang-orang yang menjenguk Bapak, merasa tersinggung atas ucapan si Pastor. Ini wajar, karena mereka pernah disembuhkan oleh Bapak.Mang Asep cepat-cepat menengahi situasi. Ia meminta warga untuk p

  • DUKUN 99    Ilmu Rawarontek

    Bab 73Beda dengan alam barzah di mana waktunya lebih cepat dari waktu di bumi. Di lubang neraka ini, hitungan waktunya sama persis dengan waktu di bumi. Aku tahu, karena detik demi detik terasa begitu nyata di tempat ini. Dari balik jeruji besi, aku memperhatikan bagaimana para iblis hilir mudik mendatangi tahta kebesaran Lucifer. Mereka melaporkan hasil kerja, bahkan mendiskusikan trik yang cocok untuk mempengaruhi manusia. Terbahak-bahak mereka tertawa kala manusia berhasil jatuh ke dalam dosa. Tiap iblis dengan kepiawaiannya masing-masing.Ada yang ahli dalam merusak tali pernikahan. Meniupkan ruh tidak setia yang membuat para suami berselingkuh. Setelah itu bercerai. Ada yang piawai meniupkan ruh mamon. Membuat manusia cinta uang, gila harta, tahta dan jabatan. Para iblis ini terus membisikkan ide-ide busuk ke telinga manusia. Agar mereka mengambil jalan pintas seperti berjudi, trading saham, korupsi, bisnis narkotik dan mafia lainnya. Aku mendengar mereka memanggil Lucifer

  • DUKUN 99    POV Abigail

    Bab 72Ya Tuhan, kenapa jadi serumit ini? Gara-gara tertarik pada ajakan Beni untuk penelusuran, sekarang Bang Bone tak sadarkan diri.Apa hanya pingsan atau sudah meninggal. Aku dan Beni jadinya bertengkar karena panik. Panik, mau dibawa ke rumah sakit atau rumah orang tua Bang Bone. Kalau ke rumah, sudah pasti Bu Amira akan marah besar. Akhirnya kami membawa tubuh Bang Bone ke rumah sakit. Selama di perjalanan, aku menangis sesenggukan.Tak bisa kubanyangkan jika Bang Bone tidak bangun lagi. Sungguh, a ku belum siap kehilangan orang tercinta. "Dia belum meninggal," ujar dokter di ruang ICU. "Dia mengalami gagal napas, atau yang sering disebut koma." "Kami akan memasang alat bantu pernapasan," imbuh dokter.Aku, Beni dan Ando tak henti membisikkan doa-doa kecil. Di hadapan kami, dokter yang dibantu oleh tim medis, memompa dada Bang Bone. Mereka memasang ventilator yang menutupi hidung dan mulut. Garis hijau muncul di layar monitor. Naik turun seiring denyut jantung. Dokter memin

  • DUKUN 99    Bone Meninggal?

    Bab 71Ando menendang pintu ruang direktur hingga terbuka lebar. Jemarinya meraba tombol saklar demi menyalakan lampu. Sayang, listrik di ruang ini pun tak berfungsi lagi. "Hahaha ...." Beni kembali tertawa. Ia duduk berpangku kaki di kursi kebesaran direktur. "Kau!!!" Telunjuknya mengarah padaku. "Barusan kau menjelek-jelekkan namaku, bukan? Aku tersentak mundur. Langsung menarik lengan Abigail agar tak mendekati Beni. Sebab sosok yang merasuki Beni sangatlah berbahaya."Wahai manusia bodoh!" Ia memekik. "Membicarakan namaku sama dengan mengundangku datang." "Aku Luciferr!!" ucapnya bersamaan dengan matanya menyala merah. Di saat yang sama, suatu energi gelap melempar kami ke tembok. Rasanya sakit sekali. Aku segera mendekap tubuh Abigail. Gadisku itu meringis meraba tubuhnya. Sementara Lucifer kembali tertawa melalui raga Beni. Kesal, aku membaca mantra lantas melesakkan kanuragan hitam lewat mulutku. Gumpalan asap hitam menghantam Lusifer, tapi tak memberi efek sama sekali.

  • DUKUN 99    Lubang Neraka

    Bab 70Segera kupijat pelipis dan tengkuk Beni. Beberapa saat kemudian, kondisinya berangsur membaik sehingganya kami melanjutkan penelusuran. "Kalian tahu gak?" Beni bersuara pelan. "Sewaktu tanganku memegang gagang pintu tadi, aku menyaksikan pertengkaran sengit yang terjadi antara suami istri pemilik pabrik ini. Mereka ribut soal uang. Tapi belum selesai pertengkaran itu, tiba-tiba muncul banyak iblis di dekatku. Ingin memasuki tubuhku. Aku terhempas dan rasanya tuh pusing banget." Beni mengurai apa yang dialaminya. Ia tampak lemas. Aku menepuk pundaknya, "Setelah ini, kamu kudu tahu seberapa besar gelombang yang ada dalam jiwamu. Setiap kita memiliki gelombang energi yang berbeda, begitu pun dengan makhluk gaib. Jadi, tidak semua makhluk gaib bisa merasuki kita, melainkan hanya yang se-frekwensi saja." "Oh gitu? Pantesan!" keluh Beni. "Kok aku jadi penasaran pada pertengkaran yang disaksikan Beni," celetuk Ando. Kamera ia arahkan ke wajahku. "Bisa gak, Abang sentuh gagang pin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status