Share

Part-11 Ketika Edward Datang

Musim semi mengawali hari baru, udara yang sejuk dan bunga- bunga bermekaran membuat segala yang terlihat begitu indah namun tidak dengan suasana hati Savanna. Ia hanya duduk sendiri dengan wajah tanpa ekspresi, Alin sungguh prihatin melihatnya. Modelnya yang penuh semangat kehilangan energinya. Alin ingin mendengar Savanna bercerita apa saja seperti biasanya tapi gadis itu hanya diam membisu, terkesan tak menginginkan apa-apa kecuali kesendirian. Menatap kosong pada tempat yang jauh, ingin rasanya ia menelpon Thoriq dan menceritakan kondisi Savanna namun hatinya mencelos begitu melihat tatapan gadis itu.

"Edward tak perduli siapa dirimu, keluargamu bahkan profesimu membuatnya bangga. Anda bukan hanya cantik tapi terkenal dan berprestasi bahkan Edward siap menikahimu sekalipun tahu anda tidak mencintainya, bersamamu itu sudah cukup baginya. Menikah dengannya membuatmu hidup bak putri raja dalam dongeng seribu satu malam, Edward akan selalu berpikir untuk membuatmu bahagia, itu yang terpenting..." Alin tak suka modelnya terpuruk, seseorang harus tetap punya semangat apapun keadaannya!

"Edward...?" Savanna hanya tersenyum menyeringai menanggapi perkataan Alin. Ia membayangkan wajah Edward, sepasang manik matanya yang biru, senyumnya dan kebaikannya tapi Savanna hanya menganggapnya sahabat. 

"Muhammad Thoriq hanya memberimu air mata, mengatur kehidupanmu sedemikian rupa  lalu meninggalkanmu untuk seseorang yang dianggapnya setara dan lebih pantas menurut ukuran keluarganya. Ayolah dear, buka matamu, buka pikiranmu. Jangan seperti katak dalam tempurung yang akhirnya menyesal ketika terlambat menyadari betapa luasnya dunia ini, betapa cantik dan indahnya dunia diluar tempurung itu..." seorang Manager bukan hanya bisa menjual modelnya dengan harga mahal tapi juga harus mampu memotivasi orang-orang yang tergabung dalam agency-nya.

"Aku sudah melihat dunia melebihi dari yang orang lihat dan Muhammad Thoriq adalah salah satu keajaibannya. Dia pemuda yang sholeh, takwa kepada Allah dan berbakti kepada orang tua. Di dunia yang begitu luas ini hanya sedikit pemuda seperti dia, mengenalnya adalah anugrah dan menjadi bagian dari hidupnya adalah keberuntungan terbesarku....." Savanna tersenyum samar, membayangkan tatapan teduh pemuda itu. Setiap kali melihatnya ia seperti menemukan kembali dunianya yang hilang, menyeretnya kembali menjadi manusia dari hiruk-pikuk dunia model. Dunia gemerlap yang telah memberikannya ketenaran dan harta tapi tak mampu menyembuhkan rasa sepinya, seperti sebuah lobang gelap yang dikelilingi cahaya namun dirinya sendirian berada dalam kegelapan itu.

" Dia egois dan tak perduli penderitaanmu" lanjut Alin, suaranya mrmendam emosi yang siap meledak seperti lava gunung berapi. Perasaan Savanna bukan urusannya tapi kinerja gadis itu adalah bisnis agency-nya.

"Dia lebih menderita dariku Alin..." Savanna bisa merasakan kesedihan dalam tatapannya tapi tak ada yang bisa dia buat. Seandainya Savanna berada dalam posisinya mungkin akan melakukan hal yang sama. Tak seorang anakpun ingin menyakiti hati orang tuanya, khususnya ibu!

Orang tua itu adalah wakil Allah di bumi, keberadaan seorang anak juga ridha dari-Nya. Cara menghadapi orang tua sudah dikisahkan lewat Nabi Ibrahim ketika tak sepaham dalam hal keimanan. Tetap melakukan hal terbaik, bersabar atas tindakannya dan berdoa agar Allah menolongnya.

"Anda begitu yakin..." protes Alin, sejak mengenal Qori itu Savanna seperti memakai kaca mata kuda.

"Aku mencintainya Alin, aku bisa merasakan apa yang dia rasakan walau tidak sepenuhnya, anda tak akan mengerti itu...." Savanna mengalihkan tatapannya, benci dengan perasaannya. Kenapa masih membela Thoriq setelah semua yang dilakukan padanya, kenapa tak pernah bisa membencinya...?

"Oke, aku menyerah. Tiga kali pernikahanku gagal mungkin karena aku tak paham tentang apa itu cinta...? Fashion Muslim Festival di Dubai, Doha, Qatar dan London tinggal lima hari lagi, aku berharap anda mempersiapkan diri. Jika dia dan keluarganya menyukai fashion pasti bangga melihatmu mempromosikan baju syariat-nya ke seantero dunia...." Alin tersenyum tipis, tak tahu lagi harus mengatakan apa. Thoriq adalah cinta mati Savanna, sekalipun matahari terbit dari barat!

"Alin, namanya Muhammad Toriq Al-Farisi kenapa anda tak pernah menyebutnya..." protes Savanna.

"Kepanjangan..." jawab Alin ketus, setelah itu ia pamit pulang tanpa melihat lagi kebelakang. 

"Cinta hanya membuat orang bodoh, tak berdaya dan tak maduk akal. Huh!" rutuknya dalam hati.

*****

Fashion Muslim Festival adalah perayaan busana tahunan yang diadakan di Dubai, Doha, Qatar dan London. Pameran dan Kemewahan busana muslim modern terbaik, berbagai merek di dunia ada disini. Menyajikan beragam pilihan mode busana sebagai  aspirasi bagi pelaku busana santun dari berbagai latar belakang, budaya dan gaya hidup. Memungkinkan mereka terhubung dengan merek Fashion Modern trendi yang mapan. Menggambarkan bahwa busana tersebut tidak eksklusif sebagai identitas agama dan budaya tertentu, namun dapat dinikmati oleh semua orang yang ingin memakai busana mewah tetapi santun. Usai memperagakan busana muslim di Doha, Dubai dan Qatar, Savanna dan tim terbang ke London.  Negara terakhir dalam Fashion Muslim Festival. Jumlah muslim di Inggris mencapai 3 juta jiwa yang merupakan terbanyak dalam sejarah bahkan beberapa wilayah di London hampir 50 persen penduduknya beragama Islam. Angka ini merupakan analisa Office for National Statistics (ONS).

Festival Fashion  Busana  digelar di Grosvenor House Hotel di London.

Bintang seperti Halima Aden dan Mariah Idrissi, model jilbab pertama di Inggris ikut naik ke catwalk dengan desainer Charlotte Tilbury. Alin tersenyum cerah melihat model dari agency-nya berlenggok di runway, khususnya Savana. Meski dengan perjuangan berat akhirnya gadis itu bangkit dari keterpurukannya. Pejuang hebat! Dunia tak selebar daun kelor, buatlah karya agar adrenalinmu terpacu dan dunia melihatmu! Alin, Lucy, Amira dan Luna berebut memeluknya. Savanna sungguh terharu, setelah semua prahara akhirnya ia tetap bisa menyelesaikan peragaan busana dengan sukses. London adalah kota terakhir dalam  Fashion Muslim Festival.

"Terima kasih Alin, anda adalah manager dan teman terbaik yang pernah ada."

"Aku tidak..?" protes Lucy.

"Kalian semua is the best..." Savanna mengacungkan dua jempolnya.

Sir Edward datang dengan bucket bunga segar ditangan, mawar merah. Harumnya menyeruak memberikan aroma damai dihati. Lama tak bertemu Sir Edward terlihat tampan dengan stelan jas mahal yang nampak pas ditubuhnya. Senyum khasnya dengan lesung pipi membuatnya kian menawan, bola mata Lucy berpendar menatapnya. Sayang hatinya hanya milik Savanna, gadis yang tak pernah menganggapnya ada!

"Hai...kalian semua, aku merindukanmu.." sapa Edward ramah.

"Hmmm...anda sangat tampan Edward, sayang hanya tertarik pada Savanna.." alarm di kepala Lucy tak terkontrol.

"Terima kasih Lucy..." jawab Edward tersenyum, Lucy seperti melayang dari tempatnya berdiri.

"Jika acara sudah selesai aku mengundang kalian mengunjungi rumahku..” Edward tersenyum bahagia.

“Edward, kami belum bisa...” kalimat Savanna menggantung.

“Please honey, aku tak akan menyentuhmu, hanya jika kau menginginkannya..” bisik Edward menatap penuh harap.

“Baiklah Sir kami akan mampir kerumah anda..” Alin terharu dengan kebaikan Edward. 

London adalah kotanya Sir Edward, kota yang mewakili dongeng di dunia nyata. Buckingham Palace dan Windsor Castle adalah dua bangunan yang mewakili keindahan istana Inggris. Mengunjungi istana- istana di Inggris membangkitkan kembali mimpi-mimpi menjadi princess ketika kecil dulu.  Princess’s life is real dengan kemegahan-nya sebagai Putri di dalam istana raja. Egerton Crescent adalah kawasan elit di kota London, deretan bangunan putih berbaris berbentuk lengkung serta pohon dan taman yang terawat rapi. Hunian yang dekat 

Museum Victoria dan Albert dan toko-toko di Knightsbridge. Selain itu juga terdapat taman komunal dan Hyde Park. Disinilah rumah kedua Edward tinggal bersama kedua orang tua dan seorang adik perempuan cantik bermata biru, Emely.

Memasuki rumah Edward Savanna dibuat kagum, interior gaya victorian mendominasi setiap ruangan yang berwarna clasic glamor dari permadani, gorden dan furniture. Berlima disambut dengan penghuni rumah yang sangat ramah. Seorang pelayan menghidangkan kue yang sangat enak. "Edward, hidupmu sungguh sempurna" batin Savanna.

"Honey, aku menunggu pertemuan ini. Terima kasih sudah mampir kerumah, aku sangat terhormat dikunjungi..." sepasang bola mata biru Edward menatapnya lembut.

"Edward kau begitu baik..." Savanna kehilangan kata-kata.

"Aku selalu menunggumu, hanya anda.." bola mata Edward berpendar.

Savanna menunduk menghindari tatapan Edward yang penuh harap, laki-laki yang baik dan penuh cinta. Tapi hatinya hanya milik Muhammad Thoriq, pemuda pembuka pintu surga untuknya. Jantungnya berdegup saat mengingatnya, tak ada yang bisa menggantikan sekalipun Edward ada disampingnya namun Edward tak pernah putus asa.

"Aku mencintai orang lain Edward..."

"Tapi aku tak pernah melihatmu bersamanya.."

"Ya, tidak setiap hubungan seperti romantisme Romeo-Julied, ada batasan dalam agama yang tak bisa dilanggar.."  Savanna menghembuskan nafas berat mengingat Muhammad Thoriq. Thoriq akan menikah dengan Kanaya, kenapa aku masih menganggapnya dia ada untukku...? Batinnya menangis mengingat ini.

"Maksudnya...?"

"Sulit menjelaskannya Edward kecuali anda seorang muslim..." Savanna menggelengkan kepalanya, mengusir semua kenangan dikepalanya.

"Apakah anda akan menikah dengannya?" tatap Edward penasaran.

"Ya, jika Allah mengijinkan."

"Tapi aku akan menunggumu sampai saat itu tiba..." Edward berkeras.

"Jangan menungguku Edward karena aku menunggu orang lain.."

"Bolehkah aku tahu siapa dia...?"

"Belum saatnya Edward..." Savanna sedih karena pemuda itu sebentar lagi akan meninggalkannya selamanya.

"Baiklah, sebelum anda menikah apakah kita masih bisa berteman..?" lanjut Edward.

"Insyaallah Edward... "

"Ya, aku akan menunggumu hingga saat itu tiba" ulang Edward dengan senyum getir begitu banyak wanita cantik kenapa hatinya hanya menginginkan gadis ini?

"Edward, banyak wanita lebih baik dariku.." Savanna serba salah, ia tak mau Edward menunggunya.

"Tidak honey, jangan kawatirkan aku, please.." wajah itu menatap lembut.

"Tapi Edward...."

"Minggu depan aku akan ke Indonesia, ada urusan bisnis disana. Kita akan sering ketemu ..." Savanna Halina Putri, betapa istimewanya gadis ini. Wajahnya yang eksotik tak mampu dilupakannya, ia sangat menjaga diri dengan senyum tipisnya.

"Edward....aku perlu waktu..."

Edward, kenapa kamu tak pernah menyerah..? Jika hati memiliki pintu sesungguhnya pintu itu sudah tertutup dan jika sebuah pintu memiliki kunci maka kuncinya telah terbawa oleh seseorang hingga hanya dia yang bisa membukanya kembali. Perasaan Savanna sungguh galau, kenapa ia memilih hidup yang begitu rumit sementara ada seseirang yang begitu mencintainya tanoa syarat...?

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status