Haruna sedang duduk sambil menggerakkan jari-jari lentiknya di sebuah papan ketik laptop yang dia bawa ke teras belakang di kediamannya. Baru setengah jam yang lalu dia melakukan video call pada ayahnya, Reyhan. Saat ini dia berada di Jerman dan mengabarkan akan datang ke Jakarta pada hari kamis pagi bersama ibunya, Maureen, untuk menghadiri pernikahan Mike dan Pupe. Setelahnya, Haruna terpaksa melanjutkan pekerjaan kantor karena ada beberapa dokumen yang belum selesai dan harus dia kerjakan agar bisa diserahkan pada Aldy esok hari. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Haruna berencana akan ke grosir untuk membeli beberapa kebutuhan bulananya yang sudah habis seperti pembalut dan lotion. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 3 sore dan pekerjaan Haruna akhirnya selesai.
“Akhirnyaaaaaa ... selesai juga!” gumamnya lega melihat pada layar sebuah lembar kerja yang sudah tersusun rapi hasil dari sepuluh jarinya yang menari-nari.
Tangannya dengan cepat mematikan
Tenggorokkan Franda tercekat, Nafasnya memburu dengan degup jantung yang berdetak kencang dan susah dikendalikan olehnya. Sangat jelas, kepala Franda menggeleng pertanda dia mengerti dan menolak keras ucapan Wiwik barusan.“Kaubicara apa, huh?” kata Franda seolah tak paham dengan kalimat Wiwik barusan.“Kurasa semua sudah jelas, Mas. Tak usah dipaksakan. Aku tak akan menjadi duri dalam daging antara kau dan Via. Kalian saling mencintai dan sudah lama bersama. Aku hanya orang baru bagimu. Semua juga terjadi hanya karena perjodohan keluarga kita, bukan karena cinta,” tutur Wiwik panjang lebar dan tak ingin menutupi apa yang dia rasakan kini serta menjadi bebannya.“Tidak semudah itu kita membatalkannya, Wik!” sungut Franda.“Tentu mudah. Kita akan katakan pada keluarga jika tak saling cinta. Kalau perlu biar aku saja yang akan mengatakannya pada Ayah dan Ibu. Bagaimana?” ucap Wiwik yakin tanpa senyum terukir d
Haruna tersenyum menatap wajah Sopian yang dia yakini tengah berpura-pura tidur. Tangan Haruna mengelus kembali rahangnya sambil sesekali usil mencabut bulu di rahang tersebut. Nampak Sopian kaget karena merasakan sakit akibat bulu yang dicabut, tapi matanya enggan terbuka. Perlahan tangan Haruna bergerak menuju mata dan membukanya seketika dengan jempol dan telunjuknya.“Mimisan atau bau jengkol, kambing?” oceh Haruna ketika bola mata Sopian menatap matanya yang begitu dekat.Namun, bukannya merasa terciduk, tangan kanan Sopian dengan cepat menarik kepala Haruna semakin dekat, hingga bibir mereka bersentuhan satu sama lain. Hening sesaat, mata Haruna membulat ketika merasakan bibirnya berlabuh pada sesuatu yang empuk dan bergerak perlahan. Haruna sadar jika itu adalah bibir Sopian dan matanya justru terpejam menikmati sentuhan Sopian yang baru pertama kali dia rasakan.Perlahan tapi pasti, Sopian melumat bibir Haruna dan ketika mendapatkan balasan,
Seminggu kemudian.Hari yang ditunggu oleh semua akhirnya tiba. Tepat jam 9 pagi akan dilangsungkan proses ijab qobul yang akan dilakukan oleh Mike untuk mempersunting pujaan hatinya secara resmi di mata agama dan negara. Semua keluarga sudah berkumpul di rumah Pupe. Benar, acara akad nikah dilangsungkan di kediaman Pupe atas permintaan Lusi dan disepakati oleh Mike beserta keluarga. Semua terjadi karena teringat wasiat almarhum Ayah Pupe yang ingin melihat putrinya melakukan akad di rumah jika dewasa nanti. Mengenai resepsi, keluarga Pupe meyerahkan semuanya kepada Mike dan diputuskan di gedung yang sama saat Aldy dan Nisa menikah.Seluruh keluarga sudah berkumpul. Hanya kerabat dekat yang hadir beserta perangkat desa setempat yang menjadi saksi serta beberapa tetangga dekat. Di luar rumah, terdapat penjagaan yang ketat dan sengaja dilakukan oleh Mike demi keamanan. Tak lupa tenda biru khas pernikahan terpasang dan ditata cukup indah yang menunjukkan
Waktu bergulir begitu cepat. Waktu sudah menunjukkan jam 9 malam dan pesta telah usai. Setelah ijab qobul selesai, semua anggota keluarga dan tamu yang hadir menuju hotel di mana wedding party diselenggarkan di sebuah taman yang ada di belakang hotel di mana sebuah rumah peristirahatan keluarga Setiawan didirikan dengan halaman luas dan mengundang beberapa tamu penting serta kolega. Kedua orang tua Aldy dan Haruna turut hadir. Tak lupa pula orang tua Sopian juga turut serta yang sudah datang dari desa sejak kemarin dan berkumpul di kediaman Aldy. Tamu yang datang tak lebih dari 100 orang dan keamanan tentu dijaga ketat juga tertutup.Setelah acara selesai, semua tamu akan menginap di kamar hotel yang sudah disediakan, sedangkan pengantin sudah disipakan sebuah kamar bertipe President Suite yang terletak di lantai 12. Jenis kamar yang pernah Aldy dan Nisa gunakan dulu saat malam pertama bersama Aldo tentunya, hanya saja berbeda kamar. Semua anggota keluarga dan tamu s
Mike dan Pupe baru saja selesai menunaikan sholat sunah. Pupe dalam diam melipat mukena dan sajadah serta meletakkannya ke tempat semula. Sedangkan Mike tampak duduk di ranjang sambil memegang handphone di tangannya karena terdengar banyak notif sejak tadi. Dia membacanya dengan cermat setiap pesan yang masuk dan membalasnya sambil tersenyum. Pupe yang melihatnya merasa penasaran dan menghampiri, lalu duduk di sampingnya. Mike yang melihat Pupe telah duduk di sampingnya justru menarik tubuh sang istri agar lebih dekat dan mengajaknya membaca bersama semua pesan yang masuk.“Banyak pesan masuk yang ucapin selamat,” kata Mike menoleh pada Pupe yang tersenyum.“Kak Mike balas apa?” kata Pupe cepat.“Wikwik!” sahutnya singkat. Pupe terhenyak dengan mata melotot menatap Mike yang justru tersenyum. Wajahnya tersenyum cerah, tapi tangannya justru meremas pinggang Pupe dan membuatnya kaget.“Kak Mike!” seru Pu
Di taman, Haruna terdiam membaca isi pesan Wiwik. Seketika hatinya merasa sangat sakit mengetahui jika saat ini Wiwik sedang hamil. Pikirannya langsung tertuju pada Sopian yang dia pikir adalah ayah dari janin yang dikandung Wiwik saat ini. Sedangkan Sopian terlihat sangat kaget dan bingung membaca pesan Wiwik tersebut. Tanpa bicara, dia langsung membalas pesan tersebut dan tak melihat jika sebutir air mata jatuh dari pelupuk mata Haruna yang sebelumnya tengah bahagia dan dalam hitungan menit berganti duka.“Apa bayi itu milikmu, Pi?” ucap Haruna dalam hati dengan sakit yang menikam jantungnya.Haruna menatap Sopian dengan sendu. Dipandanginya Sopian yang tengah sibuk membalas pesan dari Wiwik seolah tak sadar jika ada dia di sampingnya. Melihat hal itu, Haruna bangun dari duduknya dan meninggalkan Sopian sendiri yang masih tak sadar akan kepergiannya. Berjalan sekitar 10 meter, Haruna menutup mulutnya agar suara tangis tak terdengar Sopian dan ber
Malam sudah berlalu dan pagi pun menjelang. Seorang anak kecil terlihat sedang berlari ke sana kemari di sebuah ruangan besar di mana tertata banyak makanan. Semua anggota keluarga serta tamu yang hadir saat pesta pernikahan nampak sedang menikmati sarapannya. Di sebuah meja besar dan panjang, terlihat anggota keluarga sudah berkumpul, termasuk Ayumi dan Abe yang ikut hadir, keculai Eyodor dan Mariana yang langsung kembali saat pesta usai.“Kak Alex, Eneng cantik tak pakai baju ini?” tanya Lissa pada Alex yang duduk di sebelahnya sambil menunjukkan dress pink serta bando menempel di rambutnya yang pirang serta berponi.“Cantik dong! Pacar Kak Alex selalu cantik dan tak ada duanya!” puji Alex tanpa malu di depan orang tua yang mendengarkan serta menjadi saksi akan pengakuannya barusan.“Jangan tanya cantik terus, Neng. Semua orang tahu kalau Eneng paling cantik di rumah. Tak tahu kalau di luar. Hati-hati Kak Alex diambil orang, hiiii
Wiwik sedang duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Sesekali tangannya meraih kacang goreng dan memasukkannya ke mulut. Di meja tergeletak handphone miliknya yang sudah beberapa kali berdering dan dia abaikan. Dari arah dapur, Mbak Ijah datang sambil membawa nampan berisi segelas susu hangat yang tak lain adalah susu hamil. Ya, Mbak Ijah sudah tahu jika majikannya tersebut tengah hamil muda. Diletakkannya gelas itu ke meja yang hanya dilirik oleh Wiwik karena begitu fokus menatap layar tv dan menayangkan film “Azab”.“Judul itu bukannya sudah pernah diputar, Neng?” tanya Mbak Ijah yang duduk di samping Wiwik.“Mbak sudah nonton?” kata Wiwik balik bertanya.“Sudah. Nanti suaminya mati itu kesamber gledek dan nyungseb di sawah!” sahut Mbak Ijeh yang masih mengingat jalan cerita.“Hafal mati, ya, Mbak?” timpal Wiwik.“Hahaha ... hafal dong. Apalagi yang tayang sore hari dan lagunya d