Dua pria berumur yang sedang mencari belahan jiwanya yang entah tersangkut di mana. Mike akan menginjak usia 36 tahun dan sudah mendapat ultimatum dari Nisa, adik tercinta, agar segera menikah atau Nisa yang akan turun tangan mencarikan calon istri. Sopian akan menginjak usia 33 tahun dan masih saja asik sendiri sejak putus dengan kekasihnya yang dijodohkan. Bagaimana perjalanan cinta dua pria tampan dan mapan tersebut?
View MoreSeorang pria gagah dengan rahang tegas berbalut celana jeans serta jaket hitam keluar dari mobil hitamnya. Tangan kirinya membawa sebuah papebag seperti kado atau sejenisnya. Langkahnya begitu yakin memasuki pintu rumah yang besar tanpa permisi. Tanpa ragu dia langsung menuju ruang keluarga yang terdengar suara anak kecil sedang bermain. Tak berapa sampailah dia dan berhenti menatap ada dua anak kecil sedang menonton tv. Senyumnya langsung terukir dan diam-diam menghampiri mereka yang duduk di karpet dari arah belakang, lalu mengangetkan.
‘Dorr’
Dua anak itu langsung kaget dan menoleh. Ketika menyadari siapa pelaku yang membuat mereka kaget, tanpa ragu keduanya langsung memeluknya.
“Om Mickyyyyyy!” teriak Lissa dengan suara nyaring nan melengking.
“Hahaha …,” suara tawa Mike bercampur teriak kebahagiaan anak-anak menggelegar seisi rumah. Mike dipeluk kuat oleh dua keponakan tercintanya hingga berbaring di karpet. Keduanya menempel bak perangko, hingga Nisa datang sekedar melihat apa yang sedang terjadi.
“Kak Mike!” seru Nisa melihat Mike yang masih terlentang dengan dua kakak beradik yang tengkurap di atas tubuh besarnya. Mendengar seruan Nisa, Mike menoleh diikuti dua kurcaci itu yang perlahan melepas pelukannya dan duduk merapat kembali pada Mike.
“Pasti baru datang langsung diserang si Om!” seru Nisa yang langsung ikut duduk di karpet dan mencium punggung tangan kanan Mike.
“Iya dong, Ma. Aldo kangen soalnya!” sahut Aldo cepat.
“Eneng juga tangen Om Mickey, tangen sangat, Ma!” sambung Lissa yang setiap hari selalu kangensiapa pun, termasuk iklan sabun di tv.
“Ah, pesona Kakak terpancar penuh binar rupanya, sampai dua kurcaci ini kangen berat, hehehe …,” sahut Mike bersombong ria atas pencapaiannya.
“Dikangenin mereka sudah biasa, terus dikangenin ceweknya kapan? Icha pengin lihat segera!” timpal Nisa membuat Mike diam seribu bahasa.
“Eneng penen punya cewek, Ma!” sahut Lissa tiba-tiba.
“Hah?” bingung Nisa mendengar ucapan Lissa.
“Eneng penen punya cewek juga pelti Om!” lanjutnya.
“Yeee … kamu itu anak cewek, Dek. Tak boleh punya cewek. Dosa!” terang Aldo menatap Lissa untuk memberi pengertian.
“Pelit, Kak Dodo. Eneng malahan. Eneng mau minta Om Popay pasti kasihin!” jawabnya dengan bibir cemberut dan ingin menangis. Nisa dan Mike yang melihat Lissa siap mengumandangkan suara cemprengnya mulai berancang-ancang dan dengan cepat, Aldo membungkam mulut Lissa.
‘Hmmpptt’
“Kalau nangis gak diajari nulis lagi sama Kak Al!” ancam Aldo menatap mata Lissa yang mulai berkaca. Dengan pelan, Lissa langsung mengangguk hingga bekapan Aldo terlepas. Nisa dan Mike tersenyum melihat cara Aldo menghentikan permintaan Lissa yang kadang membuat geleng kepala.
“Bajal sekalang, yuk, Kak. Eneng mau kilim culat buat pacal, hihi …,” ujar Lissa lagi.
“Kumatnya cepat anak Mama!” gerutu Aldo melirik malas kelakuan Lissa yang selalu menguji kesabaran.
Aldo akhirnya menggandeng tangan Lissa dan beranjak meninggalkan ruangan tersebut untuk menuju kamarnya demi mengajari Lissa untuk membuat surat cinta. Kini, tinggallah Mike dan Nisa yang masih berada di ruang keluarga dengan tv yang masih menyala dan menayangkan film "Kamen Rider" kesukaan dua kurcaci tadi.
“Kak Mike sudah makan?” tanya Nisa sambil merih jaket yang tergeletak di lantai.
“Sudah. Tadi sebelum ke sini makan dulu di tempat biasa. Kakak juga beliin tuh buat kamu dan anak-anak,” sahutnya sambil menoleh pada paperbag yang dia letakkan di meja.
“Aldy ke mana?” katanya lagi.
“Belum lama masuk ruang kerja. Katanya dia lupa sesuatu,” sahut Nisa cepat. Mike hanya mengangguk dan mata Nisa menelisik tajam pada Mike yang terlihat tampan di usianya yang sudah sangat matang.
“Kak, Icha boleh tanya sesuatu gak?” ucap Nisa sedikit ragu.
“Tentu boleh dong, Dek. Kamu boleh tanya apa pun sama Kakak. Emang mau tanya apa? Wajahnya serius banget macam nahan mules!” timpal Mike penasaran.
“Hehehe, bukanlah. Icha mau tanya, kapan Kakak mau nikah?” kata Nisa akhirnya buka suara.
“Itu pertanyaannya?” sahut Mike singkat. Nisa hanya mengangguk dan perlahan menarik tangan Mike dan menggenggamnya erat.
“Nisa khawatir sama Kak Mike. Gak tenang lihat Kakak hidup sendiri terus dan tak ada yang urus. Kakak mau gak Icha jodohin?” kata Nisa menatap sendu pada Mike yang ternganga.
“Hah, dijodohin?” sahut Mike kaget.
“Iya. Cari sendiri tak mampu juga, jadi biar Icha bantu cari, ya. Gimana? Kakak setuju?” terang Nisa dengan mata masih mengunci pandangan Mike. Dia terdiam sesaat, tapi jarinya bergerak mengelus genggaman tangan adiknya yang dia pahami sangat mencemaskan dirinya.
“Kakak mau cerita sedikit, ya, terus kasih komentar!” ujar Mike dan langsung diangguki Nisa penuh semangat.
“Jadi, kemarin malam Kakak duduk-duduk di taman dekat rumah. Saat sedang asik baca, tiba-tiba ada cewek duduk di sebelah dan berbicara sendiri. Kamu mau tahu gak dia bicara apa?” tutur Mike santai.
“Apa?” timpal Nisa cepat.
“Dia sedang kesulitan uang, kalau tak segera bayar kost, maka besok alias tadi pagi, dia akan diusir,” ujar Mike.
“Kasihan, Kak!” ucap Nisa.
“Iya. Selain itu, ibunya sedang sakit dan harus segera dioperasi. Jangankan untuk bayar operasi, sedangkan untuk bayar kost saja tak ada,” lanjut Mike kemudian mengambil softdrink dalam paperbag yang dia bawa.
“Lalu? Kak Mike bantu dia gak?” tanya Nisa cepat.
“Dia menawarkan barang dagangannya pada Kakak. Karena, terpaksa beli, deh!” jawab Mike dengan senyum bahagianya.
“Alhamdulillah kalau Kak Mike beli dagangannya. Semoga bisa bantu dia. Kak Mike memang paling the best. Icha sayang banget pokoknya!” kata Nisa yang langsung bermanja ria pada Mike dan sekilas mencium kening Nisa.
Tanpa diketahui keduanya, Aldy tengah berjalan ke arah mereka yang sedang asik berbincang. Walaupun datang dari arah belakang, Aldy tahu persis siapa pria yang berani mencium kening istrinya di rumah dia sendiri.
“Peluknya jangan kencang-kencang! Nanti bini gue lecet, kadal!” seru Aldy setibanya di ruang keluarga. Mereka menoleh bersamaan pada arah datangnya suara dan tersenyum geli. Aldy langsung duduk di karpet bersama mereka dan meraih paperbag serta mengambil makanan yang ada di dalamnya.
“Sudah selesai kerjaannya, Kak?” tanya Nisa menatap Aldy yang sedang membuka sekotak kentang goreng.
“Sudah. Ternyata map itu terselip di laci bersama dokumen lama,” sahut Aldy menjelaskan.
“Anak-anak pada ke mana, Sayang?” tanya Aldy karena tak melihat biang rusuh berkeliaran.
“Lagi di kamar Aldo. Lissa minta diajari bikin surat cinta buat pacar!” sahut Nisa apa adanya. Tiba-tiba leher Aldy tercekat mendengar penuturan Nisa. Aldy sudah tahu siapa orang yang memberikan doktrin itu pada si bungsu.
“Sopian minta ditebas burungnya. Ajari Lissa aneh-aneh terus. Bisa rusak pikiran Lissa sejak dini. Awas saja kalau dia datang. Kutendang burungnya biar tahu rasa!” geram Aldy yang tak terima dengan didikan Sopian pada anak bungsunya yang lucu.
“Paling Sopian datang nanti sore. Tadi ngabarin ada urusan sebentar di Depok,” kata Mike menimpali.
“Oh, iya, Kak. Meneruskan pembicaraan tadi. Cewek yang Kakak bantu itu jual apaan? Enak gak? Kalau sekiranya enak, Icha mau beli setiap hari buat camilan Kak Al. Dia jual kue apa?” cerocos Nisa yang membuat raut wajah Mike meringis. Mike bungkam. Wajahnya seperti sedang menahan buang angin. Aldy yang melihat Mike berwajah aneh menatap bingung.
“Lo kenapa, Mike? Ditanya kok bukannya jawab malah mengkerut. Jawab doang gak pakai meringis macam gitu!” sambung Aldy yang tak sabar juga menunggu jawaban.
“DIA JUAL KEPERAWANAN!”
Enam bulan sudah berlalu. Rumah tangga Mike dan Sopian terlihat bahagia dan harmonis. Tiap akhir pekan, mereka masih melanjutkan kebiasaan lama untuk berkumpul dan berhubung semua sudah menikah, maka acara kumpul saat akhir pekan dilakukan bergantian dari rumah ke rumah. Kondisi perusahaan juga berjalan lancar dan terdengar kabar jika tangan kanan Mike, Jovan, sedang jatuh cinta pada seorang gadis dengan kondisi ekonomi tak jauh berbeda dengan Pupe. Mengetahui hal itu, Mike tentu sangat mendukung Jovan untuk mendepatkan pujaan hatinya dan tak memperdulikan status sosial gadis tersebut. Mendapat dukungan penuh dari Mike yang sudah dianggap sebagai kakaknya sendiri, tentu membuat hati Jovan menjadi lebih semangat untuk mendapatkannya.“Namanya siapa, Jo?” tanya Mike sambil menutup koran yang baru saja dibaca. Matanya menatap wajah Jovan yang tengah mengulas senyum. Senyum pria yang sedang kasmaran dan mengingatkan akan dirinya saat baru mengenal Pupe.“
“SAYA TERIMA NIKAH DAN KAWINNYA, HARUNA SETIAWAN BINTI REYHAN SETIAWAN DENGAN MAS KAWIN SEPERANGKAT ALAT SHOLAT DIBAYAR TUNAI.”“Bagaimana para saksi?” tanya penghulu sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.“SAH!” jawab semua yang hadir.“Alhamdulillah,” ucap lega semua yang hadir.Penghulu membaca untaian doa bagi kedua pengantin dan diaminkan oleh semua yang hadir. Proses ijab qobul berjalan penuh hikmat dihadiri oleh keluarga besar Setiawan dan Sopian serta kerabat juga kolega. Acara diselenggarakan di salah satu hotel milik Setiawan yang ada di Bandung dan berbeda dengan hotel tempat Mike saat menikah. Namun, resepsi tetap mengusung Garden Party seperti biasanya dan didominasi warna putih. Senyum kelegaan terlihat begitu jelas di wajah kedua mempelai. Tanpa ragu, Haruna mencium punggung tangan kanan Sopian dan dibalas kecupan di kening diiringi doa yang Sopian lafalkan dalam hati. Setelah itu, kedu
Dua minggu sudah berlalu, Mike dan Pupe sudah kembali dari Bali. Rencanan bulan madu ke Eropa terpaksa diurungkan untuk sementara karena Pupe yang ingin ke negara bersalju, sedangkan saat ini Eropa sedang musim panas dan pasti sangat terik. Lusiana memutuskna untuk tinggal bersama Pupe di kediaman Mike dan tak mungkin juga Pupe tega meninggalkan ibunya sendiri di rumah sederhana, sedangkan dia hidup di rumah mewah. Keputusan Lusi membuat Mike sangat bahagia karena bisa berkumpul dan tak cemas.Berita Haruna dan Sopian yang sudah mengutarakan perasaan masing-masing mendapat sambutan heboh di keluarga, terutama Nisa yang langsung menyiram air bekas cucian mobil ke tubuh Sopian yang baru datang sebagai luapan rasa bahagia, agar membuang sial yang selama ini melekat pada Sopian.“Merasa kotor aku, Dek!” oech Sopian yang sudah basah kuyup dan ditertawakan oleh Lissa dan Aldo yang ikut menyiram dengan kran yang menyala.Tak ayal, Sopian beserta dua tuyul m
Viona tengah bersiap untuk pulang karena jam dinding sebentar lagi menunjukkan pukul 4 sore. Semua berkas telah dia selesaikan tepat waktu dan tersusun rapi di rak susun yang ada di sebelah kiri komputer serta telah mati. Dia memeriksa semua kelengkapan barang dan memasukkannya ke dalam tas berwarna hitam hingga tak lama berselang terdengar bunyi bel. Saat dia akan beranjak dari duduknya, tiba-tiba terdengar sebuah notif pesan dan terpaksa duduk kembali untuk mengecek siapa gerangan yang mengirimkan pesan. Diraihnya handphone berwarna pink miliknya dan terperangah mendapati siapa yang mengirimkan pesan.“Idrus?” gumamnya pelan dengan kening berkerut.Dia membaca isi pesan dengan saksama serta berulang untuk memastikan jika dia tak salah membaca. Kedua alisnya mengkerut seolah tak percaya setelah membaca pesan itu yang tentu tak diduganya.“Untuk apa dia ingin bertemu denganku? Apa karena Mama yang pinta?” tebak Viona menduga motif Idrus y
Di sebuah kamar nan luas, sepasang pengantin baru terlihat selesai mandi siang bersama karena kegiatannya mencicil projek Eduro yang sudah dirancang agar tercapai dalam waktu tiga bulan sesuai kesepakatan keduanya. Tidak, lebih tepatnya pihak pria yang ingin penerus Eduro segera lahir. Demi tercapainya projek tersebut, pria yang tak lain adalah Mike selalu meminta pada Pupe untuk mencicil hampir tiap hari dan membuatnya kelelahan karena menuruti keinginannya tersebut. Seperti sekarang ini, setelah selesai mandi siang, Mike membiarkan Pupe untuk kembali tidur setelah menyantap makan siangnya. Tubuhnya terasa letih karena hampir setiap hari, Mike mengajaknya untuk menjalankan ritual patungan. Melihat Pupe yang dengan cepat terlelap, Mike hanya tersenyum dan tak mengganggunya.Langkahnya pelan menuju kolam renang yang menyatu dengan kamar tidur dan hanya tersekat oleh kaca jendela besar. Dari luar, Mike tetap bisa melihat Pupe yang tengah tertidur dengan selimut yang menut
Sejam sudah berlalu dan sesi curhat Sopian pada Aldy sudah selesai serta tinggallah dia sendiri karena Aldy ada jadwal meeting. Wajahnya terlihat sumringah karena setelah menjelaskan panjang lebar dan sempat debat alot, akhirnya Aldy percaya dengan ucapannya mengenai kehamilan Wiwik. Tak lupa pula, Sopian menujukkan pada Aldy bukti chat antara dia dan Wiwik yang tentu membuat hati Aldy lega karena kebenaran telah terungkap serta hati Haruna yang terluka akan segera terobati jika tahu kebenarannya. Mengantongi restu dari Aldy tentu membuat Sopian tak sabar bertemu Haruna dan harus menunggu sejam lagi menuju jam pulang.Di dalam ruangan, Sopian menghilangkan rasa jenuhnya melihat jajaran buku yang tersusun rapi dan berkaitan dengan buku bisnis yang tentu sedikit diketahui oleh Sopian yang berprofesi sebagai dokter gigi. Sambil membaca sekilas, tiba-tiba terdengar pintu yang dibuka dan sontak membuat Sopian menoleh dan mendapati jika Haruna yang membuka pintu.&l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments