Share

Bab 3. Uang Dari Mana?

Author: L.A. Zahra
last update Last Updated: 2024-10-30 14:51:27

‘Arka, Hana dan Kiano adalah anak yang baik, tapi nasib mereka yang tidak baik terlahir dari rahim seorang perempuan miskin sepertiku,’ batin Mira dengan mata berkaca-kaca.

Mira sudah tak kuasa menahan pilu yang seakan tak henti menerpa hidupnya. Ia menghentikan langkahnya, lalu berjongkok memeluk ketiga anaknya itu.

“Maafin Ibu yang belum bisa membahagiakan kalian.”

Hana dan Arka saling pandang.

“Ibu nggak salah, Arka sayang Ibu.”

“Hana juga sayang Ibu.”

“Eno uda tayang, mbu,” ucap Kiano tiba-tiba.

Mendengar ucapan Kiano membuat Mira dan kedua anaknya itu seketika terkejut. Itu adalah kata yang pertama keluar dari mulut bocah kecil itu setelah sekian lama seolah enggan berbicara.

Meski awalnya hati terasa pilu, sikap sederhana dari Kiano benar-benar membuat mereka merasa bahagia dan seakan lupa dengan apa yang terjadi sebelumnya.

Beberapa jam berlalu, saat Mira masih bekerja sebagai buruh cuci tiba-tiba Raka datang sambil berteriak memanggilnya.

“Mira, Mas ada kabar baik. Ayo kita pulang dulu!” ajak Raka yang wajahnya terlihat begitu sumringah.

Mira yang sedang menjemur pakaian pun terlihat kebingungan, beruntung saat itu ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, sehingga bisa langsung pamit pulang setelah selesai menjemur.

Mira pun lantas membawa ketiga anaknya dengan tergesa-gesa. Hingga saat sampai di rumah, betapa terkejutnya mereka ketika melihat apa yang Raka tunjukan.

“Mas, apa ini?” tanya Mira seraya mengerutkan alis.

Arka dan Hana yang sudah paham dengan situasi tersebut pun tak kalah penasaran. Kedua bocah itu sampai tak berkedip menunggu jawaban sang ayah.

Sebuah amplop yang cukup tebal di atas meja itu sekilas saja sudah ketahuan jika isinya adalah u4ng. Hal yang sangat jarang sekali Mira dan keluarga kecilnya temui.

“U4ng apa ini, Mas? Apa yang sudah Mas lakukan?” Mira menjadi panik saat Raka terus tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya.

“Hayo, tebak. U4ng apa kira-kira?” Raka menggoda istrinya dengan tatapan genit.

Ketiga bocah kecil yang tidak mengerti apa-apa itu lantas hanya bisa memandangi kedua orang tuanya dengan wajah kebingungan.

“Arka pernah lihat orang pegang amplop seperti itu. Mereka bilang isinya u4ng. Apa amplop ayah juga isinya u4ng?” Mendadak mata Arka berbinar. “Apa sekarang kita jadi orang k4ya, Ayah?”

Raka tertawa geli melihat tingkah anaknya. Bagaimanapun anak pertamanya memang sering mengoceh ingin menjadi orang kaya.

“Meski banyak tapi u4ng ini tidak membuat kita menjadi kaya. Tapi, kalian boleh jajan sepuasnya di warung Mbak Yun!” ujar Raka dengan begitu bersemangat.

Hana dan Arka pun seketika saling pandang.

“Jajan?” ucap kedua bocah itu serentak. “Ye, akhirnya kita bisa jajan, ye!”

Arka dan Hana melompat-lompat kegirangan dan dengan lugunya Kiano malah meniru kedua kakaknya itu.

“Jan, ee, jan,” oceh Kiano yang membeo ucapan kakaknya.

Sontak keluarga kecil itu pun tertawa melihat tingkah menggemaskan dari si bungsu yang baru saja belajar berbicara itu.

“kalau begitu Arka ajak adik-adik jajan ya, masing-masing lima r!bu.” Mira mengusap lembut rambut Arka.

Lagi-lagi Arka dan Hana saling pandang.

“Lima r!bu? Banyak sekali, akhirnya kita bisa jajan, Hana,” teriak Arka sambil memeluk adiknya.

Arka pun lantas menuntun Hana dan Kiano untuk menuju warung yang jaraknya tidak terlalu jauh, hanya terhalang tiga rumah saja.

Perginya anak-anak memberi kesempatan bagi Mira dan Raka untuk berbicara lebih dekat tanpa harus merasa canggung.

Raka pun segera memeluk Mira.

“Jadi, u4ang dari mana itu, Mas?”

“Itu u4ng yang mas p!njam dari Pak Dodi, b4yarnya potong gaji.”

“Potong g4ji? B4yaran Mas saja hanya cukup untuk makan sehari, kenapa harus p!njam u4ng segala?” Mira tampak kesal pada suaminya itu. Ia segera melepaskan pelukan sang suami.

Raka semakin gemas melihat istrinya yang marah, dengan cepat menyambar pipi Mira, lalu mencubitnya.

“Nanti malam Mas berangkat keluar negeri. Meskipun cuma jadi kuli bangunan tapi g4jinya bisa buat memperbaiki kehidupan kita sekarang.” Raka kini mengusap lembut rambut Mira.

“Luar negri?” Mira terkejut, tanpa sadar langsung memeluk erat sang suami. “Tapi itu sangat jauh, Mas. Bagaimana denganku dan anak-anak?”

Raka menghela napas panjang. Bukan ia tak sayang anak istri, tetapi hanya itulah cara yang terpikirkan agar bisa membahagiakan keluarga kecilnya.

“Mas pengen Arka, Hana dan Kiano bisa jajan kayak anak-anak lain. Kalian bisa makan-makanan layak. Mas juga pengen sekali membelikan kamu make up, perhiasan dan baju biar kayak perempuan lain.”

Entah kenapa ucapan yang seharusnya memberikan rasa bahagia itu malah terasa menyesakkan dada. Meski Mira ingin selalu berada di dekat sang suami, tetapi ia juga tidak ingin egois dan memilih mengorbankan perasaannya agar kehidupan anak-anak kelak bisa jauh lebih baik.

“Mir, kamu nangis?” Raka memegangi kedua pipi Mira, lalu menatap lekat.

“Nggak, cuma kelilipan.”

“Jangan sedih, Mas usahakan pulang setahun sekali.”

Lagi-lagi ucapan Raka begitu menyesakkan. Satu tahun? Rasanya itu terlalu lama, tetapi mau bagaimana lagi semua demi anak-anak.

Di tengah perbincangan sekilas Raka mendengar tangisan Hana, yang dari kejauhan saja sudah begitu jelas. Pria itu pun buru-buru keluar rumah saking mencemaskan sang anak.

“Ada apa Hana?” Raka berjongkok di depan sang anak.

Hana terus menangis dan hanya menggelengkan kepala. Bocah itu seakan enggan berbicara dan malah terus melirik Raka.

“Kita nggak jadi jajan, Ayah,” jawab Raka yang matanya tampak berkaca-kaca.

“Loh, memangnya kenapa?” Raka mengerutkan alis.

“Arka dituduh mencuri, Mbak Yun nggak bolehin kita jajan di sana.” Arka mulai mengusap mata, tetapi masih berusaha menyembunyikan kesedihannya.

Raka hanya bisa menghela napas. Memang selama ini dirinya tak memiliki u4ng, tapi bukan berarti saat memiliki u4ng adalah hasil mencuri.

“Ya sudah, kita jajan ke warung lain saja. Tapi Arka kuat kan jalan jauh?”

Hana berhenti menangis, sedangkan Arka kini tampak tersenyum bahagia, bahkan bocah itu mengangguk dengan sangat bersemangat.

“Kalau begitu, let's go.” Raka langsung menggendong Kiano sambil berlari kecil, kemudian disusul oleh Hana dan Arka sambil tertawa-tawa.

Mira yang menyaksikan dari ambang pintu hanya bisa menahan sesak. Momen manis itu entah kapan akan mereka rasakan lagi.

Menjelang malam setelah berpamitan pada anak-anak, Raka pun diantar keluar oleh Mira. Sebelum pergi pria itu beberapa kali memeluk Mira dan anak-anak seperti tidak rela untuk pergi.

“Jaga anak-anak ya, Sayang. Mas pasti akan membahagiakan kalian.” Raka mengecup kening Mira dengan penuh kasih sayang.

Mira dan ketiga anaknya melambai mengiringi perginya sang kepala keluarga yang begitu dicintai.

Hingga saat pagi hari sesuatu yang tak terduga pun terjadi, rumah Mira didatangi polisi. Para warga yang penasaran tampak berkumpul, memantau dari kejauhan.

“Permisi, apa benar ini dengan rumah Pak Raka?” tanya salah satu polisi.

Mira yang baru saja membukakan pintu lantas mendadak berdebar tak karuan. Ia merasakan sebuah firasat buruk akan kedatangan polisi tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 4 (TAMAT)

    Raka tersenyum menatap istri dan anak-anaknya yang terlihat kebingungan. “Ayah, kayaknya kita salah masuk rumah.” Arka melirik kesana kemari saking kebingungan. “Nggak, ini memang rumah kita, kakek yang buat begini.” Hana yang lebih bingung lantas kembali berlari keluar, berusaha mencerna keanehan di depan matanya. “Ayah, kenapa luarnya jelek? Kenapa nggak sekalian dibagusin kayak di dalem?” Raka hanya tertawa karena semula ia pun bingung dengan kondisi rumah yang aneh. Hanya saja, karena ini semua ulah Agus, tentu jadi terasa tidak aneh. “Tanya saja sama kakek,” ujar Raka sambil mengusap lembut kepala Hana. Mira hanya tersenyum mendengar jawaban Raka. Jika sudah menyangkut Agus memang semua terasa masuk akal. “Ya sudah, sekarang yang penting kita istirahat dulu, kalo Raka sama Hana mau makan ada di dapur, Kiano juga sudah ayah buatin susu,” lanjut Raka sambil menggendong Syafa. “Ayo kita cek dapur kak, pasti jadi bagus juga,” ajak Hana yang terlihat antusias. “Ayo, sekalian

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 3

    Mira berusaha mempertahankan diri karena saat itu Syafa sedang berada dalam gendongan.“Ah, apa yang kamu lakukan?” teriak Mira sambil berusaha berbalik demi bisa menghindar.Namun saat berbalik betapa terkejutnya Mira mengetahui jika orang di belakangnya adalah Dian. Mira membelalak, matanya berkaca-kaca iya berdiri mematung saking terkejutnya.“Mbak Dian?” ucap Mira, lirih.Kala itu penampilan Dian sangatlah kacau. Pakaiannya compang-camping rambutnya kusut tidak terawat bahkan nyaris gimbal wajahnya pun sedikit kotor beruntung Mira masih bisa mengenali.Dian terlihat seperti orang tidak waras bahkan beberapa kali dia berusaha untuk menyakiti Mira sambil tertawa cekikikan.“Mira, awas!” Raka muncul secara tiba-tiba berusaha melindungi Mira yang kala itu sedang saling berhadapan dengan Dian.Dian mendadak terdiam setelah melihat kedatangan Raka. Entah apa yang ada dipikirannya. Hanya saja, ia yang semula cekikikan mendadak menangis cukup kencang.Beberapa warga yang melihat tingkah D

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 2

    Agus secara tiba-tiba memberikan sebuah gunting dengan hiasan pita kepada Mira. Tentu saja hal tersebut membuat Mira dan Raka kebingungan.“Pak, apa maksudnya ini?” bisik Mira yang kala itu tampak kebingungan.“Ini milik kalian. Hadiah dariku atas kelahiran Syafa, juga ucapan selamat atas usaha kalian yang semakin sukses,” jelas Agus dengan santainya.“Tapi ini terlalu berlebihan, Pak.” Raka turut menjawab.“Hey, yang namanya hadiah ya suka-suka yang ngasih!” tegas Agus sambil menatap tajam, “apa jangan-jangan kalian nggak mau menerima hadiah dariku?”Raka terkejut mendengar ucapan Agus, tentu saja bukan itu yang dia maksud.“Bukan, Pak! Tapi ini–”“Semuanya, saya disini hanya mendampingi Mira dan Raka untuk melancarkan bisnis wisata ini. Mereka hanya punya uang, tapi tidak tahu alur untuk pengelolaan bisnis wisata,” jelas Agus dengan menggunakan pengeras suara.Bukan hanya para warga yang terus menghujat, Mira dan Raka saja sampai dibuat tak bisa berkata-kata mendengar ucapan Agus.“

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Ekstra Part 1

    Pagi itu, ketika Mira tengah memberi ASI anaknya yang baru lahir, mendadak suara bell rumah mengejutkannya.“Siapa yang datang pagi-pagi begini?” gumam Mira sambil perlahan berusaha bergeser agar anaknya tidak terbangun.Setelah berhasil lepas dari pelukan sang anak, Mira buru-buru keluar kamar, lalu membukakan pintu.“Surprise,” ucap Agus yang kala itu tengah bersama Raka dan ketiga anak mereka.Mira mengerutkan kening, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.“Surprise?” Mira mengerutkan kening sambil tersenyum bingung.Agus melirik Raka, meminta pria itu untuk menjelaskan semuanya pada Mira.“Ceritanya panjang, cuma Pak Agus minta kita buat kembali ke kampung, ada yang harus kita liat,” jelas Raka.“Memangnya apa?” Mira masih belum mengerti dengan apa yang sebenarnya Raka maksud.“Mas juga kurang tau–”“Sudahlah! Jangan banyak tanya! Kalian pergi hari ini juga, biar bisnis kalian asistenku yang urus.”Mira dan Raka saling pandang sambil berbicara dengan nada cukup tinggi, saking

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 113. Akhir Bahagia (Tamat)

    “Kita langsung ke dokter saja, ya! Mungkin ini efek kamu terlalu stres mikirin masalah tadi,” ungkap Raka seraya merangkul sang istri. Mira dengan tubuh lemas dan perut yang mualnya tak tertahankan lebih memilih duduk terlebih dahulu untuk meredakan rasa yang membuatnya tak nyaman tersebut. Anak-anak yang mengerti jika sang ibu sedang tak enak badan itu seketika meniru ayah mereka memijat-mijat pelan di bagian lengan dan kaki. “Mas, kalau udah enakan saja ya pergi ke kliniknya, perutku lagi nggak nyaman banget.” “Kalau begitu biar Mas panggilkan dokter ke rumah saja.” Raka segera menelpon dokter kenalannya. ART di rumah pun tak kalah perhatian. Ia langsung membawakan teh manis hangat ketika tahu Mira sedang tidak enak badan. “Bu, sebelumnya saya minta maaf kalau agak kurang sopan. Kalau boleh tahu kapan ibu terakhir haid?” tanya asisten rumah tangga tersebut. Mira mengerutkan alis dan sontak terkejut seketika. “I-itu, apa mungkin?” Mira tersenyum canggung. Raka yang sedang men

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 112. Manusia Nggak Tahu Diri

    Raka yang sedang berada tak jauh dari tempat Mira menerima panggilan telepon sontak terkejut saat mendengar sang istri setengah berteriak.“Ada apa? Kenapa sampai terkejut begitu?” Raka memegangi bahu Mira.“Ini Mas.” Mira menunjukan sebuah pesan pada Raka.Raka segera meraih ponsel Mira dan membaca isi pesan di dalamnya. Ia mengerutkan alis dan terdiam untuk beberapa saat.Kala itu Mira tampak sedang menahan air mata, tak menyangka dengan apa yang dibacanya.“Setelah sekian lama mencampakanmu sekarang mereka malah berusaha mempermalukanmu begini?” Raka tanpa sengaja meremas ponsel Mira saking merasa kesal.“Kupikir mereka sudah nggak menganggapku ada. Tapi ternyata di saat aku sudah sukses, malah mengatakan pada semua orang kalau aku menelantarkan mereka.”“Om dan bibimu sudah sangat keterlaluan. Biar aku bantu luruskan saja semuanya. Biar keluargamu itu pada tau.”“Percuma, mereka nggak bakalan mau dengar. Kalau begitu, Mas antar aku ke rumah sakit saja. Biar sekalian ketemu keluarg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status