Waktu begitu cepat berlalu, tanpa terasa hari pernikahan Ratna yang ditunggu-tunggu kini sudah di depan mata. Miranda datang ke pesta tersebut bersama Mahesa. Miranda mengenakan kebaya brukat dengan design modern berwarna pastel yang indah dan pas di tubuh Miranda, sementara Mahesa mengenakan beskap membuat penampilanya terlihat imut. Dekorasi mewah menghiasi setiap sudut ruangan, mulai dari lentera kristal yang menjatuhkan cahaya lembut hingga karpet merah yang melintasi lorong. Kue pernikahan dengan dominasi warna putih yang menakjubkan menjadi sorotan dengan lapisan krim yang halus dan hiasan bunga yang semarak. Tamu undangan yang hadir terdiri dari kalangan eksklusif, mengenakan gaun dan jas pesta yang memancarkan kemewahan. Semarak tawa dan sorak-sorai mereka memenuhi ruangan, menciptakan atmosfer kebahagiaan yang tak terlupakan. Pernikahan ini benar-benar sebuah perayaan kemewahan dan cinta yang akan dikenang selamanya. Tak heran jika pernikahan Ratna digelar begitu mewah. Ra
Tommy duduk sendirian di sudut kafe dengan secangkir kopi pahit di hadapannya. Tommy mengaduk kopinya dengan malas, lalu menyesap kopi hitam yang tersaji di hadapanya. Rasanya Pahit, sama seperti perasaanya saat ini. Ekspresinya mencerminkan kehampaan dan kesedihan, sementara ia melihat ke sekeliling kafe memperhatikan berbagai perilaku pengunjung kafe yang datang saat itu. Saat ini Tommy sedang merasai kesedihan hatinya setelah melihat Miranda kembali pada Rajasa. Meskipun itu adalah hal yang Tommy inginkan namun ia tak bisa membohongi bahwa hatinya kini terluka karena terbakar cemburu. Tommy menatap lurus ke arah kejauhan, matanya yang penuh kehilangan mencoba menyembunyikan luka hati yang dalam. Beberapa pengunjung kafe melintas di depannya, tetapi Tommy seakan-akan terasing dalam dunianya sendiri. Suasana kafe yang riuh tidak mampu mengalihkan perhatiannya dari patah hati yang menyiksa. Ia hanya ingin menenangkan diri sejenak sebelum benar-benar pergi sejauh mungkin. Tiba-tiba,
Rajasa mengantarkan Miranda dan Mahesa ke hotel di mana Miranda menginap setelah acara pesta pernikahan Ratna selesai. Rajasa membopong Mahesa menuju kamar Miranda. Dengan hati-hati, Rajasa meletakan putra kesayangannya di ranjang hotel agar tidak sampai terbangun."Terimakasih, Mas Raja" Ucap Miranda serasa tersenyum manis.Rajasa mengecup putranya dan menatapnya dalam-dalam. Rajasa merasa sangat rindu pada putranya, rasanya sangat berat untuk meninggalkan Mahesa dan kembali ke rumahnya. "Mir, boleh aku tidur di sini bersama kalian?" Pinta Rajasa.Miranda terdiam sejenak karena hatinya merasa sedikit ragu. Namun akhirnya Miranda mengangguk samil tersenyum tanda menyetujui permintaan suaminya."Sungguh, Mir?" Rajasa meyakinkan."Tentu, Mas Raja adalah ayahnya. Maafkan aku sudah memisahkan Mas Raja dari Mahesa" Ucap Miranda yang segera disambut senyuman lega oleh Rajasa."Kalau begitu, apa aku boleh memelukmu? Kamu masih istriku kan?" Tanya Rajasa lagi, ia sebenarnya sudah siap jika M
Pov Miranda"Aku bisa menerima semua rasa sakit akibat menikah denganmu Mas, aku bisa menerima bagaimana ibumu menghinaku dan memperlakukan aku seperti pembantu, tapi sungguh aku tidak bisa menerima pengkhianatanmu!" Ucapku pada Mas Raja saat dia mengakui bahwa ia memang menjalin hubungan dengan Miranda."Mir, maaf aku sungguh bersalah sama kamu! aku memang tak layak sebagai suami, tapi kumohon maafkan aku Mir, aku khilaf, please kasih aku kesempatan lagi!" Mas Raja bersimpuh dan memohon padaku, tapi aku benar-benar telah kehilangan rasaku padanya."Kau tau Mas, untuk memutuskan menikah denganmu aku sudah mengorbankan karirku, mimpi-mimpiku, cita-citaku manjadi psikolog dan juga keluargaku dikampung?" ucapku dengan terengah-engah karena emosi yang meluap dari hatiku"Aku mengorbankan seluruh hidupku hanya untuk menikah denganmu dan sekarang kau mengkhianati ku? sungguh kamu benar-benar kejam Mas Raja!" lanjutku meluapkan seluruh emosiku padanya.Kulihat wajah Mas Raja yang penuh sesal
Pov MirandaSetelah merasa cukup tenang aku lalu pulang bersama Mahesa putraku, malam sudah larut karena tadi aku mampir untuk makan diluar bersama Mahesa sebelum pulang lalu berjalan-jalan sekedar menghilangkan penat sekaligus menetralkan emosiku. "Darimana saja kamu? keluyuran seperti perempuan jalang!" ucap Ibu mertuaku saat aku membuka pintu. Aku tak ingin menjawab karena hanya akan menambah keributan dirumah ini. Mataku menyapu ke seluruh ruangan, tak kutemukan Mas Raja disana. "Mungkin dia menemui Alexa" batinku berkata."Miranda, jangan mengacuhkan Ibu sedang bicara denganmu!" kata Bu Mery"Sebentar Bu, saya tidurkan Mahesa dulu dikamar nanti saya akan keluar jika memang Ibu perlu bicara dengan saya". Aku segera masuk ke kamar dan menidurkan Mahesa disana, setelah itu kembali menemui Bu Merry."Ibu tau Rajasa sudah mengatakan tentang Alexa sama kamu Miranda, Ibu yang menyarankan Rajasa agar segera menyampaikan semuanya dengan jujur""Lalu apa yang Ibu inginkan?""Semua terserah
Pov MirandaAku telah tertidur ketika tangan Mas Raja' memelukku dari belakang "Mir, masih marah?" bisiknya mesra. "Masih" jawabku singkat. Dia pikir perkara hubungan nya dengan Alexa adalah perkara sepele yang mudah kumaafkan seperti perkara lainya?"Maafkan aku Mir" Mas Raja semakin mengeratkan pelukannya, aku memberontak mencoba melepaskan"Darimana?""Alexa tadi sakit dan aku menjaganya sebentar" Jawaban Mas Raja sungguh mencabik-cabik hatiku, kenapa kamu begitu jujur sih Mas? Tidakkah kamu mengerti hatiku tak terbiasa berbagi dengan yang lain?"Kamu akan menikahinya Mas?""Iya Mir, seharusnya seperti itu bukan?""lalu bagaimana dengan aku?""Kamu akan tetap menjadi istri ku sayang, akan tetap bersamaku"Air mata ku tak dapat ku tahan lagi mengalir begitu saja, Rajasa benar-benar egois dia sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan ku."Kau pikir ini adil untuk ku Mas?""Aku akan berusaha seadil mungkin Mir""Kamu mencintai Alexa?""Mir, berhentilah menanyakan hal-hal yang kam
Pov Miranda Perjalanan cintaku dengan Rajasa memang penuh liku, masalah utamanya adalah karena Bu Merry tak pernah menyukaiku sejak awal. Pertama karena latar belakang keluargaku yang tak setara dengan mereka secara status ekonomi maupun sosial dan alasan kedua karena keluarga Mas Raja telah berencana menjodohkan Rajasa dengan seorang gadis cantik bernama Alexa Andriani. Aku sedang menyusui Mahesa untuk mengantarkannya tidur siang, sayup-sayup rasa kantuk dan perasaan sakit hati atas percakapanku dengan Mas Raja tadi malam membawaku pada ingatan masalalu dimana Tante Merry mendatangi kantorku dan memperingatkanku agar tak mendekati putranya. Flash back "kriiing kriiing kriiing" telepon di meja kantor ku berdering"Halo dengan Miranda bagian HRGA" jawabku setelah mengangkat gagang telepon"Bu Miranda ada Tamu yang nyariin" ucap Risa yang merupakan receptionist di tempatku bekerja"Siapa yah, kayaknya aku ga ada janji sama siapapun hari ini Ris""Saya gak tau Bu, ini ibu-ibu jutek b
Pov Miranda "Dog dog dog" Bu Merry menggedor pintu kamarku dengan keras, menyadarkan aku dari lamunan."Miranda, keluar cepat! Turunkan barang-barang belanjaan dimobil"Aku tergaket dan segera bangkit dari ranjang secara hati-hati agar Mahesa tak ikut bangun, lalu keluar sesuai instruksi Bu Merry."Enak sekali yah siang-siang begini dikamar, tidur kamu Mir?""Maaf Bu, tadi saya hanya ketiduran karena menidurkan Mahesa""Keluarkan belanjaan dimobil dan segera kemas yang rapi""Baik Bu" Tanpa banyak bicara aku langsung menuruti perintah Bu Merry, menuju garasi dan mengeluarkan semua belanjaan yang ada di mobil.Mobil Pajero Sport milik Papa mertuaku itu terlihat penuh dengan belanjaan barang-barang mewah dan aneka kue mahal. Terlihat beberapa pasang sepatu bermerk, tas dan beberapa pakaian wanita. Sambil menurunkan belanjaan yang super banyak dari mobil hatiku bertanya-tanya, "Untuk apakah barang-barang sebanyak ini?" "Nanti akan ada yang datang untuk mengemas barang-barang ini menjadi