Share

Bab 2 Pesta Dansa

"Sepertinya kamu sangat sedih karena akan menjadi istriku. Padahal, jika bukan aku tidak akan ada pangeran lain yang sudi menikahi putri berskandal seperti dirimu. Jadi sebaiknya kita saling bekerja sama." 

Ucapan Dafandra selanjutnya lebih menyayat hati. Jika tidak ingat akan kebencian raja dan ratu kepadanya, Alisya ingin segera berlari meninggalkan acara pertunagan begitu saja.

'Yah, aku memang putri berskandal. Bahkan kelahiranku adalah kutukan bagi ratu. Tidak ada orang-orang yang tulus mencintaiku. Dan orang yang kuanggap mencintaiku selama ini telah kuhianati tanpa kusadari! Tuhan, ini terdengar tidak adil untukku! Tolong kembalikan ingatanku! Aku berjanji akan membereskan semua kekacauan ini!' ratap Alisya dalam hati.

Meski perasaannya hancur, Alisya tidak ingin menangis lagi di hadapan tunangan yang angkuh, kemudian pria itu menyentuh pipinya dan mendapatkan sorotan dari mata para tamu sebagai seorang pria lembut dan perhatian. Itu sangat memuakan.

"Aku tidak butuh belas kasihan darimu!" ucap Alisya dengan suara tertekan.

"Jika tidak karena aku melamarmu, pasti raja telah mengesekusimu saat ini. Saling bekerja sama juga tidak buruk, Kan?" raut wajah pria itu acuh tak acuh.

Ucapan Dafandra memang benar. Alisya nyaris mendapatkan hukuman mati karena menjadi aib kerajan. Hal itu membuat hati sang putri semakin meradang.

Alisya menoleh cepat untuk memandang wajah pria jangkung di sebelah. Pria itu tidak memberikan penjelasan lebih. Tapi enatah mengapa, Alisya sangat yakin Pangeran Dafandra tidak mencintai atau tertarik padanya sama sekali.

'Dengar apa yang dia ucapkan! Bukankah pertunagan ini sangat terlihat sebagai sebuah transaksi jual beli! Sepertinya lebih baik aku mendapatkan hukuman mati ketimbang menjalani pernikahan politik yang terlihat suram ini!'

Seketika Alisya merasa bagaikan berjalan di atas bilah pedang yang tajam. Maju ke depan kakinya akan tersayat, mundur kebelakang pun kakinya akan tetap mendapatkan luka yang sama.

Saat hati Alisya begitu gelisah, alunan musik kembali terdengar. Pesta dansa pun digelar. Orang-orang menyoraki Alisya untuk berdansa dengan Pangeran Dafandra.

Seharusnya hati sang putri Crysozh berdebar kencang, tapi hasrat itu telah padam bahkan sebelum sempat menyala. Alisya menolak permintaan orang-orang untuk menari dengan alasan perutnya masih sakit.

Saat Alisya kembali melirik Dafandra, pangeran itu tidak bereaksi sama sekali. Sebagai tunagan Alisya, dia telah mengetahui fakta putri Raja Nandri baru saja keguguran dan ayah dari janin itu adalah seorang budak rendahan. 

'Sepertinya dia orang yang sangat totalitas untuk memakmurkan Kerajaan Kosmimazh. Dia bahkan rela melakukan pernikahan aliansi dengan Kerajaan Crysozh demi menjalankan agenda politik. Atau ... dia orang yang sangat ambisius untuk tahta!' batin Alisya semakin gelisah ketika mengingat hubungan Fasya dan Dafandra tidak pernah baik.

Suasana di aula kerajan Crysozh menjadi canggung. Sialnya, waktu justru berjalan lambat, membuat Alisya ingin beteriak kencang untuk membubarkan kemeriahan pesta. 

Alisya benci pesta pertunangan dan semua orang yang memandang kasian kepadanya. Lebih lagi, orang-orang menganggap pernikahannya tidak akan bahagia karena hanya permainan politik bukan atas dasar cinta.

Mata Alisya pun mencari kedua saudaranya yang entah kenapa tidak tertangkap oleh lensa mata. Mungkin kedua pangeran itu terlalu malu menampakkan diri, sehingga memilih sudut aula yang tidak begitu ramai.

"Apa kamu memang sependiam itu?" tanya Dafandra mengejutkan Alisya.

'Apakah rasa jijikmu telah hilang dan ingin mengobrol denganku?' Alisya mencemooh basa-basi Dafandra di dalam hati.

"Kamu pasti cemas dan mencari keberadaan Fasya di pesta ini," ucapan pangeran berusia dua puluh tiga tahun kembali menarik perhatian Alisya. 

"Dia sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang." Dafandra berucap santai, seoalah dia mengharapkan kematian saudara tirinya.

Raut wajah Alisya berubah masam, hati sang putri semakin kacau setelah mendengar informasi dari pangeran kedua Kosmimazh.

"Pangeran Mahkota Fasya sakit apa?" Alisya memberanikan diri untuk bertanya.

"Entahlah, dia memang sering sakit sejak kamu dikabarkan melarikan diri dari istana bersama seorang budak lelaki."

Dafandra menyeringai jijik tanpa memandang ke arah Alisya. Sang putri pun menyesal telah bertanya. Meski begitu, Alisya tetap ingin bertemu dengan Fasya untuk meluruskan kesalahpahaman tentang skandalnya. Itu pun jika Fasya bersedia untuk mendengar penjelasan Alisya.

"Sebaiknya kamu tidak banyak bicara tentang skandalku jika kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Seseorang telah menjebakku!" Alisya mulai geram dengan ejekan Dafandra. Meski begitu, dia tetap menjaga sikap di keramaian. 

Perhatian para tamu memang sedang tertuju pada para penari di tengah aula, tapi bukan tidak mungkin beberapa dari tamu tetap memperhatikan Alisya dan Dafandra.

"Kamu telah kabur dari istana dan mengandung anak budak itu. Bahkan kabarnya kamu memberontak saat tentara kerajaan memaksamu untuk kembali ke istana. Apakah itu disebut dengan kesalahpahaman? Bisa jadi kamu tergelincir karena kebodohanmu. Tapi jangan anggap semua orang sama bodohnya dengan dirimu!" Pangeran berambut pirang berucap dengan nada dingin.

Ucapan Dafandra bagaikan belati yang memotong lidah sang putri. Dia ingin menjerit tapi tak kuasa. Tentu saja Alisya marah dengan ucapan calon suaminya. Tapi lebih dari itu, dia lebih membenci dirinya sendiri karena hilang ingatan.

"Ikut denganku!" Tiba-tiba saja Dafandra meraih tangan Alisya dan menarik sang putri menuju ke tengah aula.

"Hei! Apa yang mau kamu lakukan?" ucap Alisya sambil menarik tangan. Sayangnya, pegangan tangan Dafandra begitu kuat.

'Oh Tuhan, dia bahkan memegang tanganku seperti elang yang mencengkeram mangsa!' Alisya meringis menahan sakit.

"Berdansa denganmu." Setelah sampai di tengah aula, pangeran berambut pirang menatap mesra sang putri sambil salah satu tangan  berada di pinggang Alisya.

Semua tamu seolah menahan napas, menantikan kedua orang rupawan menari di hadapan mereka.

"Para tamu butuh hiburan. Mereka pasti akan suka jika kamu menghibur mereka dengan tubuhmu,' bisik Dafandra.

Tepuk tangan meriah segera memenuhi aula kerajaan. Alisya menatap wajah Ratu Amaira, ibu kandungnya. Wanita itu menyadari keengganan Alisya untuk berdansa, tapi sorot mata hijau sang ratu begitu menuntut untuk sebuah pertunjukan dansa.

'Tuhan, kapan sandiwara bodoh ini akan berakhir? Aku tidak mau menari seperti badut di hadapan banyak orang!' ratap Alisya di dalam hati.

Alisya tidak akan sudi untuk menyuguhkan tarian yang hanya membuat hatinya terluka. Dia sudah cukup sakit hati dengan penghinaan Pangeran Dafandra di hari pertunagan.

'Tidak! Aku tidak akan berdansa!'

Seketika itu juga Alisya pura-pura pingsan dengan menjatuhkan diri. Untungnya tangan Dafandra melingkar kokoh di pinggang Alisya, sehingga sang putri tidak terjatuh.

Semua orang menjerit melihat aksi putri Raja Nandri karena khawatir. Hanya ratu, satu-satunya orang yang terlihat kesal.

Sunny Zylven

Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini,jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃

| Like

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status