"Sepertinya kamu sangat sedih karena akan menjadi istriku. Padahal, jika bukan aku tidak akan ada pangeran lain yang sudi menikahi putri berskandal seperti dirimu. Jadi sebaiknya kita saling bekerja sama."
Ucapan Dafandra selanjutnya lebih menyayat hati. Jika tidak ingat akan kebencian raja dan ratu kepadanya, Alisya ingin segera berlari meninggalkan acara pertunagan begitu saja.
'Yah, aku memang putri berskandal. Bahkan kelahiranku adalah kutukan bagi ratu. Tidak ada orang-orang yang tulus mencintaiku. Dan orang yang kuanggap mencintaiku selama ini telah kuhianati tanpa kusadari! Tuhan, ini terdengar tidak adil untukku! Tolong kembalikan ingatanku! Aku berjanji akan membereskan semua kekacauan ini!' ratap Alisya dalam hati.
Meski perasaannya hancur, Alisya tidak ingin menangis lagi di hadapan tunangan yang angkuh, kemudian pria itu menyentuh pipinya dan mendapatkan sorotan dari mata para tamu sebagai seorang pria lembut dan perhatian. Itu sangat memuakan.
"Aku tidak butuh belas kasihan darimu!" ucap Alisya dengan suara tertekan.
"Jika tidak karena aku melamarmu, pasti raja telah mengesekusimu saat ini. Saling bekerja sama juga tidak buruk, Kan?" raut wajah pria itu acuh tak acuh.
Ucapan Dafandra memang benar. Alisya nyaris mendapatkan hukuman mati karena menjadi aib kerajan. Hal itu membuat hati sang putri semakin meradang.
Alisya menoleh cepat untuk memandang wajah pria jangkung di sebelah. Pria itu tidak memberikan penjelasan lebih. Tapi enatah mengapa, Alisya sangat yakin Pangeran Dafandra tidak mencintai atau tertarik padanya sama sekali.
'Dengar apa yang dia ucapkan! Bukankah pertunagan ini sangat terlihat sebagai sebuah transaksi jual beli! Sepertinya lebih baik aku mendapatkan hukuman mati ketimbang menjalani pernikahan politik yang terlihat suram ini!'
Seketika Alisya merasa bagaikan berjalan di atas bilah pedang yang tajam. Maju ke depan kakinya akan tersayat, mundur kebelakang pun kakinya akan tetap mendapatkan luka yang sama.
Saat hati Alisya begitu gelisah, alunan musik kembali terdengar. Pesta dansa pun digelar. Orang-orang menyoraki Alisya untuk berdansa dengan Pangeran Dafandra.
Seharusnya hati sang putri Crysozh berdebar kencang, tapi hasrat itu telah padam bahkan sebelum sempat menyala. Alisya menolak permintaan orang-orang untuk menari dengan alasan perutnya masih sakit.
Saat Alisya kembali melirik Dafandra, pangeran itu tidak bereaksi sama sekali. Sebagai tunagan Alisya, dia telah mengetahui fakta putri Raja Nandri baru saja keguguran dan ayah dari janin itu adalah seorang budak rendahan.
'Sepertinya dia orang yang sangat totalitas untuk memakmurkan Kerajaan Kosmimazh. Dia bahkan rela melakukan pernikahan aliansi dengan Kerajaan Crysozh demi menjalankan agenda politik. Atau ... dia orang yang sangat ambisius untuk tahta!' batin Alisya semakin gelisah ketika mengingat hubungan Fasya dan Dafandra tidak pernah baik.
Suasana di aula kerajan Crysozh menjadi canggung. Sialnya, waktu justru berjalan lambat, membuat Alisya ingin beteriak kencang untuk membubarkan kemeriahan pesta.
Alisya benci pesta pertunangan dan semua orang yang memandang kasian kepadanya. Lebih lagi, orang-orang menganggap pernikahannya tidak akan bahagia karena hanya permainan politik bukan atas dasar cinta.
Mata Alisya pun mencari kedua saudaranya yang entah kenapa tidak tertangkap oleh lensa mata. Mungkin kedua pangeran itu terlalu malu menampakkan diri, sehingga memilih sudut aula yang tidak begitu ramai.
"Apa kamu memang sependiam itu?" tanya Dafandra mengejutkan Alisya.
'Apakah rasa jijikmu telah hilang dan ingin mengobrol denganku?' Alisya mencemooh basa-basi Dafandra di dalam hati.
"Kamu pasti cemas dan mencari keberadaan Fasya di pesta ini," ucapan pangeran berusia dua puluh tiga tahun kembali menarik perhatian Alisya.
"Dia sedang sakit, jadi dia tidak bisa datang." Dafandra berucap santai, seoalah dia mengharapkan kematian saudara tirinya.
Raut wajah Alisya berubah masam, hati sang putri semakin kacau setelah mendengar informasi dari pangeran kedua Kosmimazh.
"Pangeran Mahkota Fasya sakit apa?" Alisya memberanikan diri untuk bertanya.
"Entahlah, dia memang sering sakit sejak kamu dikabarkan melarikan diri dari istana bersama seorang budak lelaki."
Dafandra menyeringai jijik tanpa memandang ke arah Alisya. Sang putri pun menyesal telah bertanya. Meski begitu, Alisya tetap ingin bertemu dengan Fasya untuk meluruskan kesalahpahaman tentang skandalnya. Itu pun jika Fasya bersedia untuk mendengar penjelasan Alisya.
"Sebaiknya kamu tidak banyak bicara tentang skandalku jika kamu tidak tahu apa-apa tentang aku! Seseorang telah menjebakku!" Alisya mulai geram dengan ejekan Dafandra. Meski begitu, dia tetap menjaga sikap di keramaian.
Perhatian para tamu memang sedang tertuju pada para penari di tengah aula, tapi bukan tidak mungkin beberapa dari tamu tetap memperhatikan Alisya dan Dafandra.
"Kamu telah kabur dari istana dan mengandung anak budak itu. Bahkan kabarnya kamu memberontak saat tentara kerajaan memaksamu untuk kembali ke istana. Apakah itu disebut dengan kesalahpahaman? Bisa jadi kamu tergelincir karena kebodohanmu. Tapi jangan anggap semua orang sama bodohnya dengan dirimu!" Pangeran berambut pirang berucap dengan nada dingin.
Ucapan Dafandra bagaikan belati yang memotong lidah sang putri. Dia ingin menjerit tapi tak kuasa. Tentu saja Alisya marah dengan ucapan calon suaminya. Tapi lebih dari itu, dia lebih membenci dirinya sendiri karena hilang ingatan.
"Ikut denganku!" Tiba-tiba saja Dafandra meraih tangan Alisya dan menarik sang putri menuju ke tengah aula.
"Hei! Apa yang mau kamu lakukan?" ucap Alisya sambil menarik tangan. Sayangnya, pegangan tangan Dafandra begitu kuat.
'Oh Tuhan, dia bahkan memegang tanganku seperti elang yang mencengkeram mangsa!' Alisya meringis menahan sakit.
"Berdansa denganmu." Setelah sampai di tengah aula, pangeran berambut pirang menatap mesra sang putri sambil salah satu tangan berada di pinggang Alisya.
Semua tamu seolah menahan napas, menantikan kedua orang rupawan menari di hadapan mereka.
"Para tamu butuh hiburan. Mereka pasti akan suka jika kamu menghibur mereka dengan tubuhmu,' bisik Dafandra.
Tepuk tangan meriah segera memenuhi aula kerajaan. Alisya menatap wajah Ratu Amaira, ibu kandungnya. Wanita itu menyadari keengganan Alisya untuk berdansa, tapi sorot mata hijau sang ratu begitu menuntut untuk sebuah pertunjukan dansa.
'Tuhan, kapan sandiwara bodoh ini akan berakhir? Aku tidak mau menari seperti badut di hadapan banyak orang!' ratap Alisya di dalam hati.
Alisya tidak akan sudi untuk menyuguhkan tarian yang hanya membuat hatinya terluka. Dia sudah cukup sakit hati dengan penghinaan Pangeran Dafandra di hari pertunagan.
'Tidak! Aku tidak akan berdansa!'
Seketika itu juga Alisya pura-pura pingsan dengan menjatuhkan diri. Untungnya tangan Dafandra melingkar kokoh di pinggang Alisya, sehingga sang putri tidak terjatuh.
Semua orang menjerit melihat aksi putri Raja Nandri karena khawatir. Hanya ratu, satu-satunya orang yang terlihat kesal.
Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini,jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃
"Putri Alisya! Putri Alisya!" bisik Dafandra lembut sambil menggoncang tubuh Alisya. Tapi tubuh ramping di tangan Dafandra tidak merespon sama sekali. 'Baru saja kamu terlihat sehat dan baik-baik saja! Apa kamu mau bermain sandiwara denganku, hah?' Tangan Dafandra menyentuh nadi sang putri. Detak jantung Alisya terasa begitu kencang. Sang pangeran segera menyadari jika Alisya berusaha membodohinya. 'Baiklah jika kamu ingin bermain-main!' Pangeran kedua Kosmimazh menggendong Alisya meninggalkan aula kerajan. "Antar aku ke kamar Putri Alisya!" perintah Dafandra pada seorang pelayan. Suasana aula kerajan menjadi riuh karena khawatir terjadi hal buruk pada putri yang berperan penting dalam politik luar negeri kerajan Crysozh. "Semoga Putri Alisya tidak mati! Pernikahan aliansi ini berguna untuk mengamankan kapal-kapal Crysozh yang melintas perairan Kosmimazh dengan aman," ucap seorang pria berambut putih yang disisir ke kebelakang. Kerajaan Crysozh merupakan kerjaan yang berada di
Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang. 'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati. Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya. 'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!' Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh. Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit. "Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri. "Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya. "Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata b
Alisya menghela napas lelah seolah menerbangkan sebagian beban. Dia menggigit bibir bawah karena sedikit ragu. Pria Kosmimazh itu memang brengsek. Bahkan, Alisya tidak yakin akan bisa bertahan lama di sisi pangeran kedua Kosmimazh setelah menikah. Sebenarnya bisa saja Alisya mengungkap kebusukan sikap Dafandra. Katakanlah dia benar-benar mengatakan Dafandra pria brengsek dan menyebalkan. Akan tetapi, apakah tindakan itu dapat membatalkan pertunagannya? Alih-alih membatalkan pertunangan, Dafandra malah bisa membocorkan kebohongan Alisya kepada raja dan ratu. Mereka tidak akan menyukai tindakan Alisya yang pura-pura pingsan hanya karena tidak ingin berdansa dengan tunangannya. "Kalau aku katakan dia pria yang brengsek, apakah pernikahanku dengannya akan batal?" lirih Alisya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang berukiran kupu-kupu dan berbagai bunga yang ada di taman istana Crysozh. "Raja dan ratu membiarkanku lolos dari hukuman mati hanya karena mereka masih bisa memanfaa
Malam harinya setelah pesta usai, Alisya masih mengurung diri di kamar. Dia begitu terpuruk setelah mendengarkan penjelasan dari Rifian. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menangis meratapi nasib. Oh, tidak! Tiba-tiba Alisya mempunyai ide. Tengah malam dia bergegas keluar dari kamar menyusuri koridor menuju ke ruang penyimpanan bahan obat. Dengan cepat Alisya meraih keranjang kecil kemudian menuju deretan rak yang diisi dengan gerabah dan keranjang untuk menyimpan berbagai macam biji-bijian, akar, rimpang, kulit pohon, batang pohon pilihan, juga daun-daun, dan bunga tertentu. Beberapa bahan Alisya masukan ke dalam keranjang di tangan. Kemudian dia menuju ke meja di sudut ruangan dan menumbuk semua bahan. Setelah semua bahan ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. "Semoga ini tidak masalah," gumam Alisya sebelum meminum ramuan berwarna coklat keruh. Tidak lama gelas dalam genggaman sang putri menjadi kosong. Dia begitu terkejut karena kehilangan ingatan yang sangat pe
Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih. "Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?" Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya. Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri. "Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!" Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega. 'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati. "Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"
Setelah beberapa saat menangis akhirnya Alisya kembali memberanikan diri untuk membaca isi surat. Tampak deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam yang rapi. Tiba-tiba dada Alisya terasa begitu sesak seolah merasakan kerinduan yang dalam. Kepada Alisya Maafkan aku yang tidak bisa hadir di acara pertunaganmu. Semoga kamu bahagia bersama Dafandra. Fasya Alisya tidak menyangka mantan tunangannya akan mengirimkan sebuah surat. Apakah dia marah? Dia tidak meyinggung sama sekali tentang skandal Alisya. Secara teknis bukankah Alisya telah mengkhianatinya? "Kenapa kamu begini kepadaku? Kamu membuatku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Isak sang putri lagi.Alisyalagi.Alisya semakin gelisah. Cepat atau lambat pernikahannya dengan Dafandra akan terjadi. Suka atau tidak suka pada akhirnya dia akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Fasya di istana agung Kosmimazh. Semalam suntuk Alisya tidak bisa tidur. Pagi harinya dengan mata bengkak dia bergeas untuk mengantar kepergian Pangeran Dafa
Di saat semua orang menyudutkan Alisya dan menuduhnya bunuh diri, ternyata masih ada seorang yang berucap dirinya tidak bunuh diri. Jika Alisya tidak bunuh diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia jatuh karena terpeleset? Apakah itu artinya Alisya memanjat pagar kemudian tergelincir dan jatuh ke danau? Itu lebih terdengar tidak mungkin. "Myran, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan buat aku menunggu!" pinta Alisya dengan wajah tegang. "Saat kejadian itu sebenarnya aku sedang membaca buku di tepi danau untuk persiapan ujian. Karena lelah membaca aku memutuskan untuk mengedarkan pandangan di sekitar danau. Tiba-tiba aku menangkap kejadian aneh. Saat itu aku melihat tubuhmu terlempar dari balkon." Alisya dan Rifian saling memandang. Penjelasan Myran tidak seperti yang Alisya harapkan. Dia bahkan telah mendengar kesaksian semacam itu ratusan kali dari para saksi mata. "Tunggu sebentar! Aku belum selesai bercerita." Setelah menghela napas lelah, Alisya memberi isyarat
Kedua pangeran bermabut merah menoleh bersamaan pada pria berambut cokelat lurus yang menjuntai hingga ke dada. Bagian atas rambut pria itu diikat ke belakang dan membiarkan terurai bagian yang lain. Namanya Ega, tampilan pria itu rapi dan mempunyai wajah tampan. Siapa sangka pria berusia empat puluh tahunan itu masih bujangan. "Paman..." ucap Rifian dan Mayran nyaris bersamaan kemudian memberikan hormat kepada penasehat kerajaan. "Tempat seperti ini bukanlah tempat bagi pria terhormat seperti kalian. Biarkan penjaga penjara yang melakukan itu." Ega memperingatkan. "Aku hanya tidak sabar. Pria gila ini terus berucap omong kosong!"Ega menghela napas lelah. Raut wajah pria itu juga terlihat buruk jika mengingat bagaimana dia harus meredakan amarah raja untuk tidak memenggal satu-satunya putri kerajaan Crysozh. "Lupakan soal dia! Ada masalah serius yang harus kita bicarakan dengan raja." Melihat raut wajah Ega yang buruk, Rifian dan Myran segera menurut untuk menghadap raja. Dan be