'Sulit dipercaya! Aku akan bertunangan dengan Pangeran Dafandra!' Seorang gadis berambut merah dengan aksesori rambut, anting-anting, dan kalung berbentuk kupu-kupu menatap cermin dengan cemas.
Bagi sebagian besar wanita, hari pertunagan adalah hari yang dinanti-nanti sebelum datangnya pernikahan. Sayangnya, hal itu tidak terjadi dengan putri Alisya.
"Tersenyumlah, Putri! Engkau akan menjadi wanita paling bersinar di negeri ini. Pangeran Dafandra pasti akan terpesona melihat kecantikanmu," ucap penata rambut riang seolah mengabaikan fakta sang putri hampir saja mengacaukan hubungan baik dua kerjaan.
Alisya berusah tersenyum seperti arahan penata rambut. Akan tetapi, kedua sudut bibir sang putri terlalu kaku untuk tersenyum menatap segala kekacauan, tuduhan, ancaman dan hinaan yang ditujukan kepadanya.
'Tenangkan dirimu, Alisya! Kamu pasti bisa melalui ini semua!' batin Alisya menenangkan diri.
Setelah selesai berdandan, tibalah saat Alisya berjalan menuju kemeriahan pesta di aula kerajaan. Sayup-sayup terdengar nyanyian dan musik mengalun merdu. Sayangnya, bagi Alisya musik itu lebih terdengar seperti bunyi pisau yang menyayat-nyayat hati.
'Oh Tuhan, aku tidak punya muka untuk bertemu Pangeran Dafandra! Dia bahkan tidak pernah bertegur sapa denganku sebelumnya! Apakah dia sudah gila hingga mau bertunagan denganku?'
Sesampainya di aula kerajaan, semua orang menatap putri berambut merah. Memang benar kecantikan Alisya membius para temu untuk menatapnya lebih lama tanpa berkedip. Meski bigitu, sesaat kemudian bisik-bisik para tamu hilir mudik singgah di telinga sang putri.
"Astaga, Putri Alisya memang sangat cantik! Aku rasa dia telah sadar dengan kecantikannya, sehingga memilih berselingkuh dengan budak ketimbang menyerahkan seluruh hidupnya pada pria cacat seperti Pangeran Mahkota Fasya!" ucap seorang wanita gendut mulai bergosip sambil memandang Alisya yang berjalan membelah kerumunan.
Para tamu di sekitar wanita gendut menyahut dan tersebarlah obrolan-obrolan negatif tentang sang putri di hari pertunangan yang seharusnya penuh hikmat.
'Jika tidak karena ada raja dan ratu di sini, sudah kusumpal mulut kalian semua dengan batu!' batin Alisya geram.
Dahulu saat berusia enam tahun, Alisya telah dijodohkan dengan saudara tiri pangeran Dafandra. Akan tetapi, sebelum Alisya dan pangeran mahkota Fasya menikah, hal yang tidak masuk akal terjadi.
Secara mengejutkan, Alisya menjalin hubungan terlarang dengan seorang budak pelukis. Ayah Alisya yang seorang raja sangat marah dan malu. Sehingga, dia membatalkan secara sepihak pertunagan Alisya dan Pangeran Mahkota Fasya. Selanjutnya sang putri dijatuhi vonis hukuman mati.
Namun, sebelum hukuman itu sempat terjadi, pangeran kedua Kosmimazh mendatangi ayah Alisya untuk untuk menawarkan pernikahan aliansi. Sesutu yang sangat raja harapkan dari memiliki seorang putri.
'Mereka semua tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi! Aku tidak pernah mengkhianati pertunanganku dengan Pangeran Mahkota Fasya! Tapi aku telah dijebak! Mereka ingin menghancurkanku!'
Raut wajah Alisya menjadi semakin gelap. Dia ingat wajah tampan Pangeran Mahkota Fasya. Pria itu memang cacat, separuh tubuhnya lumpuh sejak lahir. Tapi, Alisya telah mengenal Fasya sejak berusia enam tahun dan hubungan mereka tidak pernah buruk.
Bahkan, Alisya belajar keras dari kepala dokter istana sehingga mendapat sertifikat dokter istana di usia tujuh belas tahun. Demi cita-citanya untuk mengobati Pangeran Mahkota Fasya.
'Aku tidak berhianat! Aku tidak pernah berhianat!' tegas batin Alisya menampik segala tuduhan yang ditujukan kepadanya.
Sesampainya di depan raja dan ratu, Alisya memberikan hormat dengan takzim. Selanjutnya, wajah Alisya tertuju pada pria berbadan tegap dengan degan rambut pirang yang bersinar.
Tatapan mata biru pria itu seakan badai salju yang membekukan siapa pun yang menatapnya, tidak terkecuali Alisya. Dia adalah Pangeran Dafandra. Seorang pangeran yang juga dikenal sebagai wakil jenderal besar kerajaan Kosmimazh.
'Lihatlah pria itu! Apakah dia terlihat seperti pria yang tertarik kepadaku? Tatapannya tidak ramah sama sekali!' Alisya menggigit bibirnya sendiri.
Dalam ingatan Alisya, Dafandra memamg bukan pangeran yang ramah. Dia selalu terlihat angkuh dan tidak pernah terlihat bercakap-cakap dengan bangsawan lain pada acara-acara yang diadakan di kerajaan Crysozh.
Lantas, kenapa sekarang Dafandra melamar Alisya? Benarkah hanya karena tujuan politik atau karena ada kepentingan yang lain?
Hati Alisya semakin gelisah, dia mengendarkan mata ke sisi lain aula. Dengan bodohnya dia berharap melihat wajah mantan tunangannya.
"Putri Alisya, jaga sikapmu! Segera beri hormat pada pangeran kedua Kosmimazh!"
Sayangnya, Ratu segera menegur Alisya untuk memberi hormat pada calon suaminya. Dan memang, pria yang Alisya cari tidak tampak kehadirannya.
Setelah Alisya memberi hormat pada Dafandra, pemandu acara mempersilahkan Alisya dan Dafandra saling bertukar cincin.
Pria bermata biru sedingin es kembali mantap Alisya.
'Wajah oval dengan tubuh ramping dan dada yang tidak terlalu besar itu tidak terlalu buruk untuk sebuah pernikahan politik,' batin Dafandra saat menatap Alisya dari jarak dekat.'Sulit dipercaya, wanita yang terlihat polos ini, ternaya menjalin hubungan gelap dengan seorang budak pelukis. Tapi, sejujurnya ini menarik, karena dia selalu merasa tidak bersalah dan dijebak. Kita lihat saja, sejauh mana dia mahir menyimpan kebohongannya!' lanjut Dafandra dengan tatapan puas.
Tangan dengan cincin batu jadeite berwarna hijau pekat di ibu jari kiri meraih tangan Alisya. Sang pangeran memasukan sebuah cincin dengan batu permata merah yang berkilau sebagai tanda ikatan pertunagan di antara mereka.
"Mengapa begitu tegang? Bukankah ini bukan pertama kalinya kamu disentuh seorang pria?" bisik Dafandra seolah mengingatkan fakta, jika tidak karena pertunagan ini, Alisya akan mendapatkan hukuman mati karena skandalnya.
Telinga Alisya memerah. Dia tidak bisa untuk tidak menatap mata biru sang pangeran yang menatapnya tajam.
Setelah Dafandra selesai memasukan cincin, Alisya meraih tangan sang pangeran untuk memasukkan cincin red beryl yang dikelilingi ukiran dedaunan di jari manis pangeran berambut pirang.
'Dia menghinaku! Dia tidak benar-benar mencintaiku! Mengapa dia melamarku jika begitu jijik kepadaku?'
Air mata Alisya menggenang di pelupuk mata. Dia tidak yakin akan menahannya lebih lama di hadapan banyak orang. Lagi pula, bagi seorang putri yang tidak dicintai, perasannya tidaklah penting bagi raja atau pun ratu.
"Mengapa kamu melamarku?" hanya itu kalimat singkat yang mampu Alisya utarakan ketika mereka begitu dekat. Tanpa sadar air mata Alisya meleleh juga di hadapan Dafandra dan semua orang.
"Karena tidak ada lagi lelaki yang menginginkanmu," jawab pangeran kedua Kosmimazh dengan nada merendahkan sambil menghapus air mata Alisya dan menatap dengan tatapan yang sulit dimengerti.
Gemuruh tepuk tangan tamu undangan mengejutkan Alisya. Dia tidak pernah menyangka akan menangis di hari pertunagan. Bukan karena tangis bahagia atau terharu, tetapi karena merasa dihina oleh calon suaminya sendiri.
Hallo, Pembaca! Terima kasih telah membaca kisah Alisya. Pastikan kamu tetap mengikuti kisah selanjutnya hanya di Goodnovel. Jangan lupa masukan novel ini ke pustakamu, Ya!
"Sepertinya kamu sangat sedih karena akan menjadi istriku. Padahal, jika bukan aku tidak akan ada pangeran lain yang sudi menikahi putri berskandal seperti dirimu. Jadi sebaiknya kita saling bekerja sama." Ucapan Dafandra selanjutnya lebih menyayat hati. Jika tidak ingat akan kebencian raja dan ratu kepadanya, Alisya ingin segera berlari meninggalkan acara pertunagan begitu saja. 'Yah, aku memang putri berskandal. Bahkan kelahiranku adalah kutukan bagi ratu. Tidak ada orang-orang yang tulus mencintaiku. Dan orang yang kuanggap mencintaiku selama ini telah kuhianati tanpa kusadari! Tuhan, ini terdengar tidak adil untukku! Tolong kembalikan ingatanku! Aku berjanji akan membereskan semua kekacauan ini!' ratap Alisya dalam hati. Meski perasaannya hancur, Alisya tidak ingin menangis lagi di hadapan tunangan yang angkuh, kemudian pria itu menyentuh pipinya dan mendapatkan sorotan dari mata para tamu sebagai seorang pria lembut dan perhatian. Itu sangat memuakan. "Aku tidak butuh belas k
"Putri Alisya! Putri Alisya!" bisik Dafandra lembut sambil menggoncang tubuh Alisya. Tapi tubuh ramping di tangan Dafandra tidak merespon sama sekali. 'Baru saja kamu terlihat sehat dan baik-baik saja! Apa kamu mau bermain sandiwara denganku, hah?' Tangan Dafandra menyentuh nadi sang putri. Detak jantung Alisya terasa begitu kencang. Sang pangeran segera menyadari jika Alisya berusaha membodohinya. 'Baiklah jika kamu ingin bermain-main!' Pangeran kedua Kosmimazh menggendong Alisya meninggalkan aula kerajan. "Antar aku ke kamar Putri Alisya!" perintah Dafandra pada seorang pelayan. Suasana aula kerajan menjadi riuh karena khawatir terjadi hal buruk pada putri yang berperan penting dalam politik luar negeri kerajan Crysozh. "Semoga Putri Alisya tidak mati! Pernikahan aliansi ini berguna untuk mengamankan kapal-kapal Crysozh yang melintas perairan Kosmimazh dengan aman," ucap seorang pria berambut putih yang disisir ke kebelakang. Kerajaan Crysozh merupakan kerjaan yang berada di
Tidak hanya berdetak kencang, bahkan jantung Alisya seakan melompat dari rongga dada. Ucapan Dafandra yang terdengar begitu mengancam segera membuat bulu kuduk sang putri meremang. 'Apakah pria ini telah kehilangan akal sehat!' tidak henti-hentinya Alisya mengumpat dalam hati. Menyadari Alisya tidak merespon ancamannya, satu tangan sang pangeran menyibak selimut Alisya. 'Terkutuk kamu, Pangeran Kosmimazh!' Kelopak mata Alisya segera terbuka menampilkan iris hijau sebening kristal. Meski begitu sorot mata wanita berambut merah begitu marah dan bertindak agresif dengan mendorong sang pangeran menjauh. Sayangnya, Dafandra lebih sigap dengan mencengkeram pergelangan tangan Alisya. Kedua insan itu beradu sengit. "Beri aku penjelasan! Kenapa kamu membawaku ke sini!" ucap Dafandra memancing kekesalan sang putri. "Bukan aku! Tapi kamu yang membawaku ke sini!" bantah Alisya kesal sambil menarik tangannya. "Tidak, kamu yang membawaku ke sini! Bukankah seharusnya kita berdansa! Ternyata b
Alisya menghela napas lelah seolah menerbangkan sebagian beban. Dia menggigit bibir bawah karena sedikit ragu. Pria Kosmimazh itu memang brengsek. Bahkan, Alisya tidak yakin akan bisa bertahan lama di sisi pangeran kedua Kosmimazh setelah menikah. Sebenarnya bisa saja Alisya mengungkap kebusukan sikap Dafandra. Katakanlah dia benar-benar mengatakan Dafandra pria brengsek dan menyebalkan. Akan tetapi, apakah tindakan itu dapat membatalkan pertunagannya? Alih-alih membatalkan pertunangan, Dafandra malah bisa membocorkan kebohongan Alisya kepada raja dan ratu. Mereka tidak akan menyukai tindakan Alisya yang pura-pura pingsan hanya karena tidak ingin berdansa dengan tunangannya. "Kalau aku katakan dia pria yang brengsek, apakah pernikahanku dengannya akan batal?" lirih Alisya sambil menyandarkan punggung di kepala ranjang berukiran kupu-kupu dan berbagai bunga yang ada di taman istana Crysozh. "Raja dan ratu membiarkanku lolos dari hukuman mati hanya karena mereka masih bisa memanfaa
Malam harinya setelah pesta usai, Alisya masih mengurung diri di kamar. Dia begitu terpuruk setelah mendengarkan penjelasan dari Rifian. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menangis meratapi nasib. Oh, tidak! Tiba-tiba Alisya mempunyai ide. Tengah malam dia bergegas keluar dari kamar menyusuri koridor menuju ke ruang penyimpanan bahan obat. Dengan cepat Alisya meraih keranjang kecil kemudian menuju deretan rak yang diisi dengan gerabah dan keranjang untuk menyimpan berbagai macam biji-bijian, akar, rimpang, kulit pohon, batang pohon pilihan, juga daun-daun, dan bunga tertentu. Beberapa bahan Alisya masukan ke dalam keranjang di tangan. Kemudian dia menuju ke meja di sudut ruangan dan menumbuk semua bahan. Setelah semua bahan ditumbuk, kemudian diperas untuk diambil sarinya. "Semoga ini tidak masalah," gumam Alisya sebelum meminum ramuan berwarna coklat keruh. Tidak lama gelas dalam genggaman sang putri menjadi kosong. Dia begitu terkejut karena kehilangan ingatan yang sangat pe
Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih. "Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?" Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya. Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri. "Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!" Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega. 'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati. "Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"
Setelah beberapa saat menangis akhirnya Alisya kembali memberanikan diri untuk membaca isi surat. Tampak deretan huruf yang ditulis dengan tinta hitam yang rapi. Tiba-tiba dada Alisya terasa begitu sesak seolah merasakan kerinduan yang dalam. Kepada Alisya Maafkan aku yang tidak bisa hadir di acara pertunaganmu. Semoga kamu bahagia bersama Dafandra. Fasya Alisya tidak menyangka mantan tunangannya akan mengirimkan sebuah surat. Apakah dia marah? Dia tidak meyinggung sama sekali tentang skandal Alisya. Secara teknis bukankah Alisya telah mengkhianatinya? "Kenapa kamu begini kepadaku? Kamu membuatku tidak bisa memaafkan diriku sendiri!" Isak sang putri lagi.Alisyalagi.Alisya semakin gelisah. Cepat atau lambat pernikahannya dengan Dafandra akan terjadi. Suka atau tidak suka pada akhirnya dia akan bertemu dengan Pangeran Mahkota Fasya di istana agung Kosmimazh. Semalam suntuk Alisya tidak bisa tidur. Pagi harinya dengan mata bengkak dia bergeas untuk mengantar kepergian Pangeran Dafa
Di saat semua orang menyudutkan Alisya dan menuduhnya bunuh diri, ternyata masih ada seorang yang berucap dirinya tidak bunuh diri. Jika Alisya tidak bunuh diri, lantas apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia jatuh karena terpeleset? Apakah itu artinya Alisya memanjat pagar kemudian tergelincir dan jatuh ke danau? Itu lebih terdengar tidak mungkin. "Myran, tolong katakan yang sebenarnya dan jangan buat aku menunggu!" pinta Alisya dengan wajah tegang. "Saat kejadian itu sebenarnya aku sedang membaca buku di tepi danau untuk persiapan ujian. Karena lelah membaca aku memutuskan untuk mengedarkan pandangan di sekitar danau. Tiba-tiba aku menangkap kejadian aneh. Saat itu aku melihat tubuhmu terlempar dari balkon." Alisya dan Rifian saling memandang. Penjelasan Myran tidak seperti yang Alisya harapkan. Dia bahkan telah mendengar kesaksian semacam itu ratusan kali dari para saksi mata. "Tunggu sebentar! Aku belum selesai bercerita." Setelah menghela napas lelah, Alisya memberi isyarat