Share

Bab 7 Curiga

Tentu saja Alisya tidak mengerti dengan maksud pria itu. Dia hanya baru saja bertemu dengan Iason, tidak lebih.

"Apa kamu baru saja bertemu dengan kekasihmu yang lain di istana ini?"

Sang putri segera mengerti, pria berjubah hitam itu mencurigainya bertemu dengan pria lain. Ya, meski Alisya menolak keras tuduhan mengkhianati pertunagan dengan Pangeran Mahkota Fasya, nyatanya Raja Nandri membatalkan pertunangan merek karena merasa malu atas skandal putrinya. Jadi wajar jika Dafandra masih curiga kepada Alisya.

Meski begitu, sang putri tidak menyangka pangeran kedua Kosmimazh akan menemukannya setelah bertemu denga pria tua, yang tidak lain gurunya sendiri.

"Kamu salah paham! Aku bisa menjelaskan!"

Kedua alis Dafandra terangkat kemudian mengendorkan cengkeraman di tubuh Alisya. Untuk sesaat sang putri bisa bernapas lega.

'Oh Tuhan, lelaki ini sangat tempramental!' keluh Alisya di dalam hati.

"Aku tidak bertemu dengan kekasih atau selingkuhan seperti yang kamu tuduhkan kepadaku!"

"Lalu kenapa tengah malam seperti ini kamu berkeliaran?" tanya Dafandra dengan sorot mata semakin tajam.

Alisya mendengkus kesal. Dia belum pernah merasa terintimidasi di rumahnya sendiri sebelumnya.

"Ini istanaku, Pangeran Dafandra! Aku bebas berkeliaran kapan pun yang aku mau!" ucap Alisya tidak kalah barang menatap kobaran api di mata biru pangeran kedua Kosmimazh.

"Benarkah? Apakah seorang putri layak berkeliaran tanpa pengawalan dan bertemu dengan pria asing di tengah malam yang gelap ini? Kamu tidak bisa membodohiku, Alisya!" tuduh Dafandra.

Pria itu kembali mendekat dengan tatapan penuh teror. Sepertinya dia benar-benar akan membunuh Alisya saat itu juga.

"Dia bukan pria asing, tapi guruku!" ucap Alisya geram sambil mendorong dada pria di depannya.

Keributan di teras saat itu menarik perhatian pria tua yang telah mengabdikan hidupnya untuk Raja Nandri selama bertahun-tahun.

Mendengar teriakkan Alisya, pria itu setengah berlari menuju ke asal suara. Sementara itu Dafandra yang menyadari kehadiran seseorang segera berakting. 

Serta-merta sepasang lengan kekar sang pangeran memeluk tubuh ramping milik Alisya setelah menyembunyikan belati yang nyaris menggores kulit mulus sang putri.

"Alisya!" Pekik Iason.

Pria tua itu pun membeku saat melihat putri Raja Nandri dalam pelukan pria yang baru tadi siang bertunangan dengannya.

"Lepaskan aku!" berontak Alisya.

"Dia guruku! Apa kamu mau cemburu dengan seorang pria tua seperti dia!" bisik Alisya geram.

Dafandra segera melepaskan pelukan di tubuh ramping beraroma citrus yang segar. Pria itu memberi hormat pada Iason sambil berakting gugup karena telah bermesraan dengan tunangannya di tempat terbuka.

Iason menyadari ada yang tidak beres. Dia berjalan mendekati murid dan salah satu pria terbaik dari Kosmimazh. Meski samar, Iason melihat bintik keringat dan juga permukaan kulit yang lebih merah di wajah oval Alisya setelah beberapa saat memberontak dari pelukan Dafandra.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Iason menuntut penjelasan.

"Maaf atas ketidaksopanan saya" Meski meminta maaf, tapi ekspresi Dafandra seperti tanpa rasa bersalah.

"Tolong jangan jaga sopan santun! Ingat, kalian belum menikah!" ucap Iason lebih tegas. Pria di samping Alisya pun segera mengiyakan permintaan pria tua berambut putih.

Karena tidak ingin memperpanjang percakapan dan tidak ingin perbuatannya diekspos oleh Alisya, pria bertubuh tegap itu segera berpamitan.

"Segera tidur! Besok aku kembali ke Kosmimazh. Aku tidak ingin kamu terlambat bangun untuk mengantar kepergianku." Ucap Dafandra datar kemudian berlalu sambil menyelipkan gulungan kertas kecil di tangan Alisya.

'Apa-apaan ini!'

Begitu Dafandra berlalu, Iason segera mendekati putri berambut merah. Dengan perhatian pria itu bertanya, "Kamu tidak apa-apa?"

Mendapatkan pertanyaan dari sang guru, putri berambut merah menjadi semakin gugup. Pasalnya hal itu menandakan Iason mengetahui tindakan Dafandra yang sebenarnya.

"Aku tahu dia menyakitimu. Jika kamu tidak keberatan, aku bisa menjadi saksi di hadapan raja untuk membongkar kejahatannya."

Alisya tergagap mendengar ucapan Iason. Dia memandang pria dengan kerutan di sekitar mata penuh haru. Sang putri segera sadar, di saat semua orang seolah mengabaikannya, masih ada Iason yang selalu ada di pihaknya.

"Guru...." ucap Alisya terputus.

Bukan berarti Alisya tidak ingin membongkar sikap agresif tunagannya. Tapi ada hal lain yang selalu menggangu hatinya sejak kecil. Hal itu menjadikan sosok ceria Alisya selalu dibayang-bayangi rasa takut.

"Tidak, Guru. Dia hanya memeluku." Alisya berucap gugup.

Kegugupan Alisya ditangkap seoalah menyembunyikan sebuah tindakan kriminal dari pada malu karena telah tertangkap basa berpelukan dengan tunangannya.

Iason terdiam, sebagai guru dia juga mempunyai batasan. Jika Alisya memilih untuk tidak membahas sesuatu, Iason pasti akan menghindari topik itu.

"Baiklah, aku telah berlebihan. Tapi ingat, kalian belum menikah. Tidak selayaknya kalian berinteraksi terlau dekat." Pria tua itu memberi nasehat, kemudian pamit meninggalkan Alisya untuk beristirahat.

Malam semakin larut, angin dinginnya memaksa bulu-bulu di tubuh sang putri berdiri. Tidak ingin berada dalam kebekuan, Alisya segera menuju ke kamar.

Sesampainya di kamar, tubuh ramping Alisya segera terhempas di ranjang empuk sambil merentangkan kedua tangan menatap langit-langit.

"Aku sudah mati!" umpat Alisya.

Sesaat kemudian air matanya tidak terbendung. Dengan tatapan hampa dia ingat kobaran api di mata biru Dafandra. Pria itu akan membunuhnya saat itu juga jika Iason tidak datang.

Jangankan cinta, nafsu pun sepertinya tidak terlihat di wajah tampan Dafandra saat memandang Alisya. Jadi apa sebenarnya maksud Dafandra melamar Alisya? Apakah itu hanya karena alasan politik semata?

Juga, seandainya Alisya membongkar perlakuan kasar Dafandra kepada keluarganya, dia tidak yakin raja dan ratu akan peduli. Yah, skandal Alisya memang telah mengacaukan hubungan baik kedua kerajaan selama berbulan-bulan.

Jika Pangeran Dafandra masih bersedia meminang Alisya, Raja Nandri tidak akan keberatan sama sekali. Anak-anak raja memang terlahir untuk kemakmuran kerajaan. Dan Alisya hanya satu dari ketiga orang anak raja yang harus menanggung beban itu.

Tiba-tiba Alisya teringat dengan gulungan kertas pemberian Dafandra. Segera dia membuka gulungan itu yang ternyata sebuah surat.

"Tidak ...."

Surat singkat itu tidak bisa tidak membuat Alisya menangis, bahkan dia harus membenamkan wajah di bantal untuk meredam teriakannya. 

Sunny Zylven

Hallo, Pembaca! Jika kamu suka karya ini, jangan lupa masukan ke pustakamu, Ya! Ikuti terus kisah Alisya hanya di Goodnovel! 😃

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status