"Saya Kaisar, bodyguard anda mulai sekarang, Nona Kara. "
Kara menatap lelaki di hadapannya ini. Muda, tinggi, dan berperawakan gagah.Kara akui jika ia terpesona dengan lelaki yang menjadi bodyguardnya ini.Anton memegang bahu Kara."Sesuai kan sama yang kamu mau?" Kara mengangguk. Kara memuji kecepatan Anton dalam mencari pengganti Dante yang sesuai dengan kriteria yang ia inginkan. Baru kemarin ia mengatakan keinginannya dan siang ini hal itu sudah terjadi."Kaisar juga bisa jadi teman kamu, kan? "tanya Anton sambil menoleh ke Kaisar.Kaisar mengangguk. "Tentu, Pak. "Anton lalu pergi meninggalkan Kara dan Kaisar berdua karena akan melanjutkan pekerjaannya di kantor.Suasana menjadi hening dan canggung seketika. Keduanya tidak ada yang memulai percakapan. Kara tidak suka suasana seperti ini tapi lelaki dihadapannya benar-benar membuatnya gugup."Uhm, Kaisar mau main masak-masakan gak? "***Disinilah Kara dan Kaisar berada, duduk lesehan di halaman belakang yang asri. Kara bermain masak-masakan ditemani Kaisar yang duduk tak jauh darinya. Lelaki itu mengawasi setiap pergerakan Kara. Walaupun hanya bermain tapi Kara sangat terampil dan cekatan dalam memotong bahan dan menumisnya. Peralatan memasak yang digunakannya pun berukuran sedang dan berwarna serba pink."Makanan favorit Kaisar apa? "tanya Kara tanpa melihat ke arah lelaki itu."Tidak ada."Kara menoleh ke Kaisar dengan wajah bingung. "Tidak ada? Kaisar gak suka makanan?"tanya Kara.Kaisar menggeleng. "Bukan gitu, apa aja saya suka, ".Kara ber-oh ria, Ia melanjutkan bermain.Kaisar bingung dengan majikan baru nya ini. Dia sudah remaja tapi sikapnya masih seperti anak kecil. Dari pakaian, cara bicaranya dan mainannya saja sudah membuat Kaisar terheran-heran. Awalnya ia kira anak pengusaha yang akan di jaganya adalah gadis remaja gaul yang sukanya main di mall dan berbelanja seperti umumnya perempuan lakukan. Tapi dugaannya salah, ia ditugaskan untuk menjaga remaja 16 tahun yang masih seperti anak kecil. Kaisar rasa menjaga Kara tidak sesulit itu.Kaisar melihat arloji di tangan kirinya, menunjukkan pukul 5 sore. Sudah waktunya gadis ini berhenti bermain."Nona, ini sudah sore. "ucap Kaisar lalu berdiri.Kara mendongak dan mengangguk, ia lalu membereskan mainannya dibantu oleh Kaisar. Kara berjalan masuk ke dalam rumah diikuti Kaisar dibelakangnya sambil membawakan mainan gadis itu. Kara berjalan menuju kamarnya, didepan pintu kamar Kaisar menghentikan langkahnya."Ini batasan saya Nona,"Kaisar menyerahkan kotak berisi mainan ke Kara. Gadis itu mengambilnya lalu tersenyum. "Terimakasih, Kaisar, "ucap Kara. Kaisar mengangguk."Tidak masalah, Nona." Kara menutup pintu kamarnya. Kaisar membalikkan badannya lalu turun ke bawah.Setelah meletakkan mainan ke tempatnya, Kara lalu mandi. Gadis itu mandi cukup lama, 30 menitan dia di dalam kamar mandi. Kara keluar dengan memakai piyama biru lengan panjang. Ia duduk di depan meja rias lalu menyisir rambut panjangnya dan membiarkannya terurai. Tanpa memoleskan make up ke wajahnya gadis itu sudah cantik natural.Langit sudah gelap, Kara keluar dari kamar menuju ke halaman belakang. Sudah menjadi kebiasaannya setiap malam ia duduk sambil melihat langit. Seperti malam-malam sebelumnya langit kali ini penuh dengan kemerlap bintang dan bulan. Sangat cantik dan menenangkan.Kara merebahkan tubuhnya di rumput dan menatap langit. Tak lama Bi Ina datang membawakan secangkir cokelat hangat."Jangan lama-lama, Non. Nanti masuk angin, "ucap Bi Ina lalu meletakkan nampan berisi cokelat hangat di samping Kara.Kara tersenyum dan meng-iyakan ucapan wanita paruh baya yang sudah ia anggap keluarganya sendiri. Bi Ina sudah bekerja pada keluarga Anton sejak Kara kecil. Jadi baik Kara maupun Anton sudah menganggapnya keluarga.Di dapur Bi Ina menemukan Kaisar yang sedang mengawasi Kara sambil memakan sebuah apel. "Kalau jagain non Kara ya yang deket, Nak. Jangan malah jauh begini, "ucap Bi Ina."Nanti ganggu dia, Bu."Bi Ina mendekat dan menepuk punggung Kaisar pelan. "Kamu yang akrab ya sama non Kara, kasihan dia ga punya teman, "Kaisar menoleh ke Bi Ina."Dia ga punya teman?"tanya Kaisar heran.Bi Ina mengangguk lalu beralih melihat Kara yang ada diluar. Bicaranya menjadi pelan. "Non Kara dikurung di rumah dari umur 8 tahun, dia dilarang keluar. Kamu tau kan alasannya?"Kaisar mengangguk mengerti. Bi Ina melanjutkan bicaranya. "Kamu seumuran dengan abangnya Kara, anggap dia sebagai adikmu ya?,"Kaisar hanya membalas dengan anggukan. Wanita paruh baya itu lalu tersenyum tipis lalu pergi keluar dari dapur. Kaisar bingung, ia harus mendekat dan mengobrol dengan gadis itu atau hanya berdiam diri di dapur sambil memakan apel seperti ini?.Kaisar bukan tipe lelaki yang mendekati perempuan duluan, walaupun ini majikannya. Ego nya tinggi, tapi jika dia terus berdiam diri di dapur ia terus diberi tatapan aneh dan heran oleh pembantu-pembantu dirumah ini, tatapannya mengandung arti seperti ;apa yang dilakukannya di dapur? Bukannya menjalankan tugas malah sibuk memakan apel.Pikirannya berkecamuk. Kaisar mengacak rambutnya frustasi. Persetan dengan ego dan harga diri, saat bekerja ia akan menjadi Kaisar yang berbeda dengan saat dirumah.Kaisar berjalan tegap menuju Kara."Nona sedang melihat langit? "Shit, gue ngomong apa sih?Jelas-jelas dia lagi liat langit kenapa gue nanya? Kaisar lo bodoh.Kara mendongak, ia tersenyum saat melihat bahwa yang sedang berbicara dengannya adalah Kaisar. "Iya, aku tiap hari liat langit malam, "Kaisar duduk disamping Kara. Tidak terlalu dekat, masih ada jarak di antara mereka,Kaisar tahu batasannya. "Nona suka?"tanya Kaisar."Suka sekali! " Gadis itu tersenyum lebar menampilkan gigi gingsulnya. Manis sekali.Kaisar ikut menatap ke arah langit. "Diantara bulan dan bintang, Nona suka yang mana?"Kara menoleh ke Kaisar. "Dua-duanya aku suka! Aku gak bisa milih salah satu, semuanya aku suka, ". Lalu hening, Kaisar tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan. Ia kehabisan topik. Lalu ia hanya fokus menatap ke arah langit saja.Ditengah keheningan Kara mengatakan "Dulu, aku liat langit malam gak sendiri. Biasanya sama mamah kalo gak ya sama abang. Papah sibuk, jadi gak bisa nemenin aku,"Kaisar hanya diam mendengarkan ucapan Kara. "Aku tiduran di sini sambil diceritain banyak hal sama mamah. Cerita waktu dulu mamah sama papah pacaran, terus tentang masa kecil aku sama abang. Kalo pas mamah lagi cerita pasti setelah itu abang dateng sambil bawa cemilan banyak. Kita liat bulan sampe larut malem, tapi mamah ga pernah marah," Wajah gadis itu mendadak murung dan sedih. Ia tersenyum tipis."Tapi sekarang udah gak bisa lagi. Karna mamah sama abang udah di surga. Sekarang aku liat langit sendiri, "ucap Kara.Kaisar tahu apa yang dirasakan gadis itu. Raut wajahnya berubah drastis menjadi sedih.Ia takut gadis itu akan menangis dan orang-orang dirumah ini akan menyalahkannya. Kaisar menoleh ke arah Kara."Mulai sekarang liat langitnya sama saya, mau?"***Setelah mengantar Kara ke kamarnya, Kaisar juga bergegas menuju kamarnya untuk beristirahat. Setelah membersihkan tubuh, Kaisar menuju ke kasur untuk mengistirahatkan tubuhnya. Baru saja ia hendak menutup mata, ponsel nya berbunyi. Ada telepon yang masuk. "Hm? " Kaisar menjawab dengan malas. "Kamu udah selesai kerja?"Itu Grita, pacar Kaisar. "Udah," "Langsung istirahat, jangan begadang. "Kaisar membalas dengan deheman. Lelaki itu mengantuk. "Kita bisa ketemu kapan, Kai?""Ga tau. Ga ada cuti."Terdengar helaan nafas dari Grita. "Segitunya? Kamu kerja apa sih?"Kaisar memang tidak memberitahukan pekerjaannya kepada siapapun, termasuk Grita. Ia hanya mengatakan bahwa ia bekerja di luar kota. Itu saja dan Grita sudah percaya. "Ga perlu tau. Udah dulu, gue mau tidur, " ucap Kaisar malas. "Iya. Good night, Kai. " Kaisar mematikan telepon. Ia meletakkan ponsel ke atas nakas. Pikirannya masih tertuju pada ucapan tadi saat bersama Kara. Tentang ia yang mengajukan diri untuk menemani
"Abang Kai! "Kaisar menoleh ke sumber suara. Ia melihat Kara tengah tersenyum lebar dan berjalan ke arahnya. Kaisar terkejut, masih tak percaya dengan ucapan Kara. "Ya, nona? ""Nanti ikut aku ke suatu tempat, mau ya?"ajak Kara. "Kemana?"tanya Kaisar. "Ada deh. Nanti juga tahu, " ucap Kara. Kaisar tidak langsung mengiyakan permintaan gadis itu. "Tuan Anton tidak mengijinkan Nona pergi keluar rumah, "ucap Kaisar tegas. Kara menghela nafas kasar. "Nanti aku bujuk papah, "ucap Kara. "Tidak bisa. Tetap di rumah, ini demi keselamatan Nona, " ucap Kaisar tegas. Ia sebisa mungkin bekerja secara profesional. Anton pernah mengatakan padanya bahwa sebisa mungkin untuk memastikan Kara untuk tetap di dalam rumah. Walaupun sudah punya bodyguard yang bisa menjaga Kara, Anton tetap tidak mengijinkan gadis itu pergi dari rumah. Hanya tadi pagi Kara keluar rumah untuk jogging. Itu pun tanpa persetujuan dari Anton. Karena Kara tahu jika ia meminta ijin, Anton tidak akan memperbolehkannya. Kai
Grita berdecak kesal. Kaisar tidak menjawab telepon darinya, tidak seperti biasanya. "Apa Kaisar udah kerja ya? "Grita memaklumi, mungkin saja Kaisar sudah bekerja dan tidak membawa ponsel.Gadis itu sudah siap untuk pergi bekerja. Setelah sarapan roti dan susu, Grita pergi menggunakan ojek online menuju kantornya. Perusahaan tempat Grita bekerja letaknya tidak terlalu jauh dari apartementnya. Hanya memakan waktu 10 menit. Seperti biasa Grita akan tersenyum dan menyapa orang-orang di kantor. Entah ia mengenalnya atau tidak, yang terpenting adalah menjadi pribadi yang ramah. "Pagi, Ta."Perempuan berambut pendek sebahu muncul dan menyapa Grita. Itu adalah Luna, rekan kerja Grita. Grita tersenyum. "Pagi. Nanti makan siang di luar lagi ya, Lun? " Luna setuju. Mereka lalu berpisah karena ruang kerja mereka berbeda. Ruang kerja Luna ada di lantai dasar sedangkan Grita ada di lantai 3, itu artinya Grita harus menaiki lift untuk sampai di ruang kerjanya. Grita menunggu lift turun. Tiba
Kara kesepian, sungguh. Cuma dia satu satunya perempuan muda di rumah ini. Kara ingin merasakan punya banyak teman, bermain bersama, dan melakukan apapun bersama teman juga. Kara pasti punya banyak teman andaikan dia bersekolah. Ramah, murah senyum, pintar dan cantik siapa memangnya yang tidak mau berteman dengan Kara? Dia pasti menjadi primadona sekolah, andaikan saja. "Non, jangan ngelamun. Nanti kesambet setan lho!"Entah darimana datangnya, tiba-tiba saja Bi Ina sudah ada di samping Kara. Mereka berada di ruang keluarga, Kara duduk di sofa sementara Bi Ina duduk di bawah. Gadis itu sudah berulang kali meminta wanita itu untuk duduk diatas, tapi Bi Ina mengatakan bahwa itu tidak pantas dilakukannya karena ia hanya seorang pembantu. "Mikirin apa, Non cantik? "tanya Bi Ina. Kara tersenyum. Ia mau menceritakan semua keluh kesahnya ke Bi Ina. Karena hanya dia lah satu-satunya orang yang bisa ia ajak mengobrol dan curhat di rumah ini."Kara bingung. Kenapa papah gak ngebolehin aku bu
Sepertinya tak ada pekerjaan yang lebih menyenangkan selain pekerjaan Kaisar. Saat Heru menawarkan pekerjaan ini kepada Kaisar, terlintas di pikirannya bahwa bekerja sebagai bodyguard identik dengan berkelahi dengan musuh, kehidupan yang gelap, serta ancaman musuh. Tapi prediksi Kaisar salah, ia dipekerjakan untuk menjadi teman bermain. Ya, teman bermain. Di satu sisi Kaisar merasa senang karena pekerjaan nya mudah tapi gajinya besar. Tapi di lain sisi ia merasa aneh dan kurang nyaman jika bermain seperti anak kecil dengan Kara. Dia sudah dewasa, 25 tahun sudah tidak cocok untuk bermain masak-masakan dan monopoli, 'kan? Bodyguard juga identik dengan jas hitam serta kacamata hitam. Tapi Kaisar hanya memakai kaos biasa. Lelaki itu tidak terlihat seperti sedang bekerja, ia nampak seperti orang biasa yang kerjaannya cuma di rumah saja. Memang dari awal Anton mengatakan padanya untuk bersikap seperti orang biasa saja atau berpura-pura menjadi bagian dari keluarganya. Alasannya adalah unt
Sudah waktunya makan malam, Kara dan Anton sudah berada di meja makan. Para pembantu menyiapkan berbagai makanan di atas meja. Berbagai lauk tersedia untuk memanjakan lidah mereka berdua. "Homeschooling kamu gimana? Lancar, kan? "tanya Anton. Kara mengangguk. "Lancar kok, ""Gimana dengan Sean?""Sean baik, dia pinter ngajarinnya,"ucap Kara. Selain pintar Sean juga baik. Ia ramah dan murah senyum, membuat siapapun merasa nyaman berada di sampingnya termasuk Kara.Anton lega, ia tak salah mencari guru private untuk anaknya. Setidaknya ia tak akan pusing-pusing mencari guru baru untuk anaknya. Anton memakan hidangan didepannya dengan lahap. Kara nampak tak selera makan, ia hanya mengaduk-aduk makanannya. Anton sadar dengan hal itu. "Kenapa, Kara? Makanannya tidak enak?"tanya Anton. Kara menggelengkan kepalanya. "Ada yang mau Kara tanyain sama Papah, ""Tanya apa?"Kara nampak ragu untuk bertanya, tapi ia sangat penasaran dengan hal yang ingin ia tanyakan ini. Kara memberanikan di
Grita tengah duduk di halte bis. Ia memilih berjalan dari kantor menuju halte untuk menaiki bis ketimbang menaiki ojek online seperti biasanya. Karena biaya naik bis lebih murah daripada naik ojek online. Grita sedang menghemat uangnya, dengan sisa uang di dompet ia berharap masih bisa bertahan hidup untuk sebulan ke depan. Walaupun sudah malam, masih ada beberapa orang yang menunggu di halte. Ya setidaknya Grita tidak menunggu bis sendiri. Ponsel Grita berbunyi, ada panggilan telefon masuk. "Halo, ibu."Terdengar sautan dari telefon. "Kak, ini Aya. "Bukan suara ibunya. Yang terdengar adalah suara remaja perempuan bernama Aya yang merupakan adik kandung Grita. "Kenapa, Ya? Tumben nelfon."Aya tak langsung menjawab, ada jeda beberapa detik sampai ia menjawabnya. "Ibu masuk rumah sakit, "Grita terkejut."Hah? Ibu sakit apa? "Terdengar suara Aya menghela nafas, suaranya gemetar menahan tangis. "Kanker kelenjar getah bening stadium tiga. "Lagi, Grita di buat terkejut dengan u
Pagi ini di kediaman Anton dihebohkan dengan adanya kotak hitam misterius yang tergeletak di depan gerbang. Pak Adi, selaku satpam rumah yang pertama kali menemukannya. Awalnya pak Adi pikir kotak tersebut adalah paket yang dipesan oleh orang rumah. Tapi ketika dilihat tidak ada nama pengirim dan untuk siapa paket misterius itu. Jadi pak Adi membawanya ke pos tanpa memberi tahu orang rumah terlebih dahulu. Lalu orang kedua yang mengetahuinya adalah Kaisar. Ia bersama pak Adi memeriksa kotak misterius itu. "Buka aja, Pak, "ucap Kaisar.Pak Adi menolak. "Jangan! Kita belum tau untuk siapa paket ini. ""Ya kalau gak dibuka gimana kita bisa tau buat siapa paket ini. Siapa tau ada petunjuk di dalamnya,"Pak Adi terus menolak dengan alasan takut kalau di dalam kotak itu ada bom. Alasan yang tidak masuk akal karena kotak itu sangat ringan seperti tidak ada isi di dalamnya. Bi Ina yang sedang mengantarkan sarapan kepada satpam akhirnya mengetahui keberadaan kotak misterius tersebut. Wanit