Share

Dalam Jeratan Bodyguard Tampan
Dalam Jeratan Bodyguard Tampan
Penulis: skybby

Bab 1

"Pah, bodyguard yang ini terlalu tua! Ga nyambung kalau diajak ngobrol."

Anton memijat kepalanya pusing. Sudah 3 kali dalam seminggu ini ia harus mencari bodyguard yang cocok untuk anaknya. Seperti sekarang, gadis itu berdiri di pintu ruang kerjanya sambil memeluk boneka panda.

"Kara mau yang kayak gimana lagi? "tanya Anton.

Kara berpikir sejenak. Ia masuk ke ruang kerja ayahnya lalu duduk disofa.

"Yang muda, jangan terlalu tua,"

Anton menaikkan alis nya sebelah.

"Itu aja? "

Kara mengangguk. Ia melihat ke sekeliling ruang kerja Anton. Rak-rak yang penuh dengan buku, karena dia gemar membaca.

Mata Kara tertuju pada sebuah buku bersampul hitam. Ia berdiri lalu mengambilnya. Itu adalah buku tentang misteri dunia.

"Kara pinjam ini ya, Pah? "tanya Kara yang dibalas anggukan oleh Anton.

Ia memeluk buku dan boneka panda sekaligus lalu berjalan keluar. Tepat di pintu, Kara berhenti lalu menoleh ke arah ayahnya.

"Inget ya, jangan yang tua. Kara gak suka!"

Anton tersenyum simpul dan mengangguk pelan. "Iya, sayang, ". Kara keluar dan menutup pintu, sementara Anton mengambil ponsel dan menelpon seseorang.

"Ganti, cari yang lain," ucap Anton pada seseorang ditelepon. "Yang masih muda."

***

Kara duduk di pinggiran kolam sembari membaca buku yang ia pinjam dari Anton tadi. Tak jauh darinya berdiri seorang lelaki 40 tahunan yang mengawasinya. Dia bodyguard Kara yang sebentar lagi akan digantikan.

Kara sebenarnya tidak suka di tatap dan diawasi seperti itu. Tapi ini adalah aturan dari ayahnya demi keselamatan dirinya juga. Tapi bukankah ini berlebihan? Ini di rumah. Tidak akan ada yang berbuat macam-macam kepadanya.

"Pak Dante bisa pergi aja gak? Kara mau baca buku dengan tenang. Kalau di awasi kayak gitu jadi gak nyaman, "ucap Kara pada lelaki berpakaian serba hitam yang mengawasinya dari tadi.

"Tidak bisa nona, ini tugas saya. "

Kara menghela nafas. Ia bangkit lalu berjalan masuk ke dalam rumah menuju kamar. Percuma menyuruh bodyguard nya untuk pergi, jadi dia mengalah dan memilih masuk kamar saja. Hanya di kamar Kara merasa nyaman karena tidak ada yang mengawasi dan menatap nya terus menerus seperti bodyguardnya.

Gadis itu merebahkan badannya ke kasur. Meletakkan buku ke atas nakas lalu memejamkan matanya. Ia lelah dan bosan dengan kondisi rumahnya seperti ini. Kara ingin bermain keluar dan berbaur dengan teman sebayanya. Bukan berdiam diri dikurung di dalam rumah seperti rapunzel.

Kara tidak di ijinkan keluar rumah. Dari umur 8 tahun dia dikurung di dalam rumah seperti ini. Semua kegiatan ia lakukan dirumah, seperti sekolah. Kara home schooling. Anton sangat melarang Kara keluar rumah, dia tidak ingin sesuatu terjadi padanya. Ia tak mau kejadian yang dialami Erlan, abang Kara terjadi lagi.

Erlan tewas dibunuh oleh saingan bisnis ayahnya. Saat itu usianya baru 15 tahun sedangkan Kara masih 8 tahun, itu yang membuat Anton sangat protektif kepada Kara karena hanya dia yang Anton punya. Setelah Erlan pergi ibunya juga ikut pergi menyusulnya karena terkena serangan jantung.

Kara tidur telentang di kasur sambil menatap langit-langit kamar.

"Bosen, Kara pengen main, "

Sebenarnya Kara punya banyak mainan di kamarnya. Kebanyakan adalah mainan perempuan seperti boneka barbie, puzzle, monopoli, mainan masak-masakan dan masih banyak lagi. Umumnya mainan itu sudah tidak cocok dimainkan oleh perempuan 16 tahun seperti Kara. Tapi Anton masih menganggapnya anak kecil dan tidak mengajarkan hal sesuai usia Kara. Jadi Kara bertingkah seperti anak kecil.

***

"Jadi bodyguard, mau? "

Kaisar menatap lelaki paruh baya di depannya ini dengan tatapan malas.

"Gak," ucap Kaisar lalu fokus menonton televisi. Heru menghela nafas kasar. Ponakannya ini sudah berbulan-bulan menganggur. Setiap hari hanya bermalas malasan dan main. Padahal usianya sudah 25 tahun.

"Yang kamu jaga ini gadis. Anak pengusaha terkenal, Anton Raharja." Heru melanjutkan. "Kalau kamu mau kerja disana ya bayarannya banyak, yakin gak mau?"

Kaisar masih belum menoleh. "Anton nyari yang muda, gagah dan bisa beladiri. Kamu sesuai dengan kriteria nya. Gajinya juga ga main-main, Kai. Dua digit bisa masuk ke rekeningmu, "ucap Heru meyakinkan lelaki itu.

Kaisar menoleh, ia mulai tertarik.

"Om serius kan? "

Heru mengangguk. "Serius lah, kalau kamu mau om bisa langsung hubungin

sekarang, "

Kaisar setuju, Ia juga sedang butuh uang. Pekerjaan ini cukup menggiurkan. Heru tersenyum lalu menepuk bahu ponakannya itu.

"Yasudah om keluar dulu. Nanti om kabarin kapan kamu bisa mulai kerja, "

Heru keluar dari kamar Kaisar. Saat sampai di pintu, lelaki itu menoleh lagi ke arah Kaisar.

"Rumah Anton di luar kota. Kamu mau kan pindah? "

Kaisar mengangguk dengan malas.

"Kamu tinggal di rumahnya, jadi gak usah nyari kos-kosan."

Sekali lagi Kaisar hanya membalas dengan deheman. Heru keluar dan menutup pintu.

Kaisar menghela nafas kasar, di satu sisi ia senang karena mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, tapi di satu sisi dia juga merasa sedikit sedih karena harus pergi keluar kota dan meninggalkan semuanya disini, termasuk Grita pacarnya.

Kaisar mengambil ponsel nya dan menghubungi seseorang.

"Siap-siap, nanti gue jemput."

Di sebrang sana Grita bingung dengan ajakan Kaisar yang mendadak.

"Mau kemana? Mendadak banget, "

"Ga usah buru-buru. 1 jam lagi gue ke rumah, "ucap Kaisar.

"Iya, aku mandi dulu, "

"Hm, "

Panggilan terputus. Kaisar ingin mengajak gadis itu pergi jalan-jalan untuk yang terakhir kali sebelum ia pergi ke luar kota. Ia tahu, setelah bekerja dia tidak akan bisa lagi pergi dengan Grita. Jadi ia akan menghabiskan hari ini bersama Grita.

Kaisar tidak langsung bersiap-siap, masih ada waktu 1 jam lagi sebelum ia menjemput Grita. Ia masih bisa bermalas-malasan.

Pukul 2 siang Kaisar sudah sampai di apartement Grita. Gadis itu keluar dengan senyuman yang selalu menghiasi wajahnya. Grita tampak cantik dengan wide leg pants putih dan kaos putih bergambar serta platform sandal. Sedangkan Kaisar hanya memakai jeans hitam dan hoodie abu-abu.

Kaisar menatap gadis itu sambil tersenyum.

"Hai, cantik."

Grita tertawa. Ia memukul lengan Kaisar.

"Apasih, "

Kaisar memberikan helm ke Grita dan langsung diambil oleh gadis itu. Kaisar mengulurkan tangannya sebagai pegangan agar gadis itu bisa naik ke motornya. Lelaki itu mengendarai honda cbr250 rr.

"Pegangan yang erat nanti lo terbang, "ucap Kaisar sambil tertawa. Gadis itu memukul bahu Kaisar kesal.

"Kaisar ngeselin! "

Grita memeluk Kaisar, motornya pun melaju dengan kecepatan sedang menuju jalanan. Kaisar tidak tahu kemana ia akan membawa gadis ini pergi, ia tidak punya tujuan. Kaisar hanya ingin menghabiskan waktu dengan Grita hari ini.

Di penghujung sore Kaisar mengajak Grita ke danau, tempat favorit mereka. Disana mereka sering bercerita sambil melihat matahari terbenam.

"Kamu tumben hari ini baik banget, kenapa? "

Kaisar menoleh ke Grita sebentar lalu tertawa kecil, matanya kembali menghadap ke depan.

"Salah? "

Grita menggelengkan kepala.

"Enggak. Tapi cuma heran aja sama sikap kamu hari ini. Tiba-tiba ngajak jalan seharian,"

Hening sesaat.

"Gue dapet kerja, Ta"ucap Kaisar memecah keheningan.

Grita tersenyum. "Bagus dong, "

Kaisar menatap gadis di sampingnya ini. "Iya bagus, tapi kerjaannya di luar kota, "

Senyum di wajah gadis itu perlahan hilang.

"Jauh ya?"

Kaisar mengangguk. "Kemungkinan gue balik cuma 2 bulan sekali,"

Grita menunduk. Ia sekarang tahu kenapa Kaisar menghabiskan waktu dengannya seharian ini, karena dia akan pergi jauh.

"Jadi ini alasannya kamu baik banget hari ini? Karena kamu mau pergi?"

"Iya, "

Air mata Grita jatuh. Buru-buru ia mengusapnya. Tapi Kaisar sudah mengetahuinya.

"Kok nangis? " Kaisar menyentuh dagu gadis itu agar mendongak dan melihat wajahnya.

"Kalo kangen kan bisa telfon, gausah nangis ya?" ucap Kaisar sambil mengusap air mata yang turun di pipi Grita.

"Cantiknya Kaisar ga boleh nangis, paham? " Grita mengangguk pelan.

Kaisar tersenyum miring. "Good girl, " ucap Kaisar sambil mengusap rambut Grita.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status