Share

Bab 5

Grita berdecak kesal. Kaisar tidak menjawab telepon darinya, tidak seperti biasanya. "Apa Kaisar udah kerja ya? "

Grita memaklumi, mungkin saja Kaisar sudah bekerja dan tidak membawa ponsel.

Gadis itu sudah siap untuk pergi bekerja. Setelah sarapan roti dan susu, Grita pergi menggunakan ojek online menuju kantornya.

Perusahaan tempat Grita bekerja letaknya tidak terlalu jauh dari apartementnya. Hanya memakan waktu 10 menit. Seperti biasa Grita akan tersenyum dan menyapa orang-orang di kantor. Entah ia mengenalnya atau tidak, yang terpenting adalah menjadi pribadi yang ramah.

"Pagi, Ta."

Perempuan berambut pendek sebahu muncul dan menyapa Grita. Itu adalah Luna, rekan kerja Grita.

Grita tersenyum. "Pagi. Nanti makan siang di luar lagi ya, Lun? "

Luna setuju. Mereka lalu berpisah karena ruang kerja mereka berbeda. Ruang kerja Luna ada di lantai dasar sedangkan Grita ada di lantai 3, itu artinya Grita harus menaiki lift untuk sampai di ruang kerjanya.

Grita menunggu lift turun. Tiba-tiba ada seseorang disamping nya. Grita tersenyum dan menyapa seseorang disamping nya ini.

"Selamat pagi Pak Anton, "ucap Grita ramah.

Anton mengangguk kecil.

"Pagi, " ucap Anton datar.

Lift terbuka, Grita dan Anton masuk bersama. Setelah menekan tombol pintu lift pun tertutup. Di dalam lift suasana tampak canggung dan hening. Anton terlihat cuek dengan memainkan ponselnya sedangkan Grita bingung ia harus mengobrol apa dengan atasannya itu, ia ingin menjadi karyawan yang ramah apalagi dengan direktur perusahaan ini.

Kenapa aku canggung gini sih sama Pak Anton? Masa aku harus diem aja gak ngobrol, tapi aura nya Pak Anton dingin nyeremin, kan jadi segan.

Sementara Grita berkecamuk dengan pikirannya sendiri, pintu lift terbuka.

"S-saya duluan ya, Pak, " ucap Grita dengan sedikit membungkukkan badannya.

"Ya."

Grita keluar dari lift dengan sedikit tergesa-gesa. Ia menyempatkan diri berbalik badan dan mengangguk sopan seraya tersenyum pada Anton. Lelaki itu hanya menatap dingin tanpa membalas senyuman Grita.

Begitu pintu lift tertutup, senyum Grita langsung hilang.

"Cuek banget sih pak Anton, mana tatapannya nyeremin lagi."

***

Sekarang Kara tengah berada di kamarnya membaca novel. Setelah bermain dengan Kaisar gadis itu memilih pergi ke kamarnya.

Kaisar ada di lantai bawah bersama para pembantunya yang lain.

Kara mengubah posisi duduknya di sofa.

"Kara masih penasaran deh, masa bang Kaisar bener-bener gak suka sama orang?"

Kara bertanya-tanya pada dirinya sendiri.

"Untuk lelaki 25 tahun emangnya wajar ya gasuka sama perempuan?"

Kara meletakkan novel di sampingnya. Ia mengacak rambutnya sendiri.

"Ih gatau deh! Kara pusing, "

Gadis itu berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar. Ia mau meminjam buku yang ada di ruang kerja Anton yang berada di samping kamarnya. Pintu ruang kerja Anton tidak terkunci, mungkin lelaki itu lupa.

"Tumben gak di kunci, "ucap Kara.

Ruang kerja Anton luas. Untuk ukuran ruang kerja luasnya hampir sama dengan kamar Kara. Perhatian gadis itu teralihkan pada tumpukan buku di rak yang jumlahnya lumayan banyak itu. Anton mengoleksi lebih dari 200 buku dengan berbagai genre. Tapi kebanyakan adalah buku tentang bisnis dan misteri. Anton suka hal-hal berbau misteri.

"Bukunya mana ya? "ucap Kara sambil matanya menelisik buku-buku di rak. Ternyata buku yang Kara cari ada di rak paling atas.

"Kok di atas sih, Kara ngambilnya gimana coba. " Kara berjinjit untuk menggapai buku itu, tapi percuma saja. Lalu ia mencoba untuk melompat, hasilnya sama saja. Dengan tinggi 155 sangat mustahil jika Kara bisa menggapai buku itu.

Kara kesal tapi tetap mencoba mengambilnya dengan melompat. Sebuah tangan tiba-tiba mengambil buku itu. Kara menoleh ke belakang. Kara berhadapan dengan dada bidang Kaisar. Karena tinggi badan Kara hanya sebatas dada Kaisar.

"Kalau kesusahan bilang, nona." Kaisar menyerahkan buku di tangannya kepada Kara. Gadis itu mengambilnya lalu tersenyum.

"Terimakasih, "

Kaisar mengangguk. "Maaf saya masuk tanpa izin. Saya akan keluar, "ucap Kaisar lalu berjalan keluar. Kaisar sebenarnya sedang ingin memastikan bahwa Kara benar-benar ada di kamarnya. Tapi saat ia naik dan menuju kamar Kara, pintu kamarnya terbuka lebar dan tidak ada siapapun di dalamnya. Mencoba untuk tenang, Kaisar menuju ke ruangan di sebelah kamar Kara,berharap Kara ada disana. Benar saja, gadis itu ada di dalam tengah melompat-lompat untuk meraih buku.

Kaisar mengaku bahwa Kara lucu. Wajahnya, sifatnya dan tingkah lakunya benar-benar seperti anak kecil. Benar-benar tidak terlihat seperti remaja 16 tahun karena wajahnya memang seperti anak kecil.

Saat sedang menuruni tangga Kaisar berpas-pasan dengan Bi Ina yang hendak naik ke atas.

"Non Kara ada di kamarnya, Nak? "tanya Bi Ina dengan kedua tangan membawa nampan berisi segelas susu cokelat dingin dan beberapa roti.

"Di ruang kerja pak Anton, Bu. "

Mendengar hal itu Bi Ina bergegas naik ke atas. Dilihat dari wajahnya sepertinya wanita itu tampak cemas dan khawatir. Kaisar tak tahu apa maksudnya, ia memilih cuek dan tak mempedulikannya.

Pintu ruang kerja Anton terbuka sedikit, Bi Ina membukanya pelan. "Non Kara?".

Kara menyaut dari dalam. Bi Ina masuk dan menemukan gadis itu tengah duduk di sofa dekat jendela sambil membaca buku.

"Nona sedang apa disini? "tanya Bi Ina.

Kara menunjukkan buku di tangannya. Bi Ina meletakkan nampan di atas meja samping sofa. Kara menutup buku lalu meletakkannya dan meminum susu cokelat.

Bi Ina duduk di lantai sambil memperhatikan setiap gerakan Kara dari meminum susu sampai memakan roti.

"Nona sudah lama disini? "tanya Bi Ina. Kara menjawab dengan anggukan karena mulutnya penuh dengan roti.

"Jadi Kaisar juga sedari tadi bersama Non Kara disini? "

Kara menelan roti di mulutnya.

"Enggak, "ucap Kara lalu melanjutkan makan roti.

Bi Ina mengubah posisi duduknya. Ia ingin menyampaikan sesuatu pada Kara tapi ia bingung cara mengatakannya.

"Non Kara tau kan kalau gak ada yang boleh masuk ke ruangan kerja tuan, kecuali Non Kara sendiri." ucap Bi Ina, "Bibi sendiri juga sebenarnya gak boleh masuk, apalagi nak Kaisar. "

Kara tak tahu apa maksud pembicaraan Bi Ina. Ia hanya mendengarkannya.

"Bibi hanya menyarankan jangan memperbolehkan siapapun masuk ke ruangan tuan termasuk Kaisar. Dia orang asing, kita tidak tau sifatnya seperti apa."

Kara mengernyitkan keningnya, ia tidak suka dengan ucapan Bi Ina yang mencurigai Kaisar. "Bang Kaisar tadi masuk cuma buat bantuin aku ngambil buku doang kok, dia baik. Gak mungkin dia mau macam-macam, "ucap Kara.

Bi Ina berdiri dari duduknya dan mengambil nampan yang isinya sudah kosong. "Bibi hanya menyarankan saja, Non."

"Kalau Kaisar gak boleh masuk Bibi juga gak boleh, "ucap Kara dengan nada tak suka. Bi Ina mengangguk.

"Iya, bibi tau. "

Bi Ina keluar ruangan. Kara menatap kepergiannya dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia masih bingung dengan ucapan Bi Ina. Apakah wanita itu mencurigai Kaisar sebagai orang asing yang akan berbuat jahat pada dirinya dan keluarganya?.

Tapi Kara yakin Kaisar bukanlah orang jahat seperti yang Bi Ina kira. Kara harap perkiraannya tentang Kaisar benar.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status