"Tu- tunangan? Kalian berdua?" Liona gagap, tubuhnya mendadak lemas."Iya, dia tunanganku. Ayo, aku tunjukan rumahku agar kamu bisa melihatnya dulu." ajak Tania membuka pintu masuk unitnya.Liona melihat wajah Arka penuh tanya, kenapa ia tak mengatakan apapun dan hanya memaku seperti orang bodoh."Maaf, aku harus pergi." Liona tak kuat, ia berlari memasuki lift. "TUNGGU, LIONA." Arka berteriak memanggil Liona."Kamu kenal dia?" dan Arka segera lari mengejarnya."LIONA TUNGGU DULU" sayangnya pintu lift tertutup sebelum Arka sempat masuk."Sialan." ia berlari ke tangga darurat dan berhenti di setiap lantai namun tak kunjung bertemu dengan Liona. Rupanya Liona pergi lebih cepat darinya, ia harus lebih mempercepat langkah."Liona berhenti, aku bisa jelaskan semuanya." Ia memanggilnya dari jarak sejauh itu untuk memanggil Liona yang terus berlari menjauh dan masuk ke dalam taxi."Ayo jalan pak." titahnya pada supir taxi.Ia menangis dalam perjalanan, tak peduli bahwa masih ada supir taxi
"Aku selalu tahu dimana kamu berada, karena aku memperhatikanmu. Ayo kita pulang, jangan terlalu lama bermain di luar." Arka memposisikan duduknya semakin dekat."Jangan berpura- pura seperti tidak ada yang terjadi." Liona bangkit dari rumput dan bergegas pergi yang tentu saja segera di ikuti Arka dengan cepat."Kamu bahkan belum dengar penjelasanku, dengar dulu." Ia menghadang langkah Liona yang sembarang. "Itu sudah sangat jelas, kalian bertunangan kan? Aku pernah lihat cincin itu di kamarmu, yang dengan bodohnya aku kira bahwa itu untukku. Betapa menyedihkannya bukan? Cukup Arka, aku rasa aku tidak tahan lagi jika kamu terus membohongiku." Liona menepis pegangan Arka, namun Arka beralih memeluk tubuh Liona sampai membuat Liona berontak."Ini salahku karena aku menyembunyikannya darimu, tapi percayalah bahwa aku melakukan ini untuk melindungimu. Kamu ingat insiden saat kamu keracunan makanan, itu ulah Papa dan juga kebakaran tempo lalu, itu juga dia. Dia melakukannya untuk menganca
[21+ Harap bijak saat membaca]"Nyalimu besar juga ternyata, ayo mengaku kalau kamu yang mengambil Video itu. Hanya kamu yang punya akses ke ruanganku." Arka mencekal pergelangan tangan Nadine sampai dirinya meringis kesakitan."Sa- saya terpaksa pak. Saya cuma di suruh orang Pak. Sa- sakit." Saat Arka mengeratkan cekalannya di tangan Nadine."Arka, dia kesakitan Arka." cegah Liona yang dari tadi berada di sampingnya."Biarkan dia merasakan resikonya, dia sudah lancang." ucap Arka. "Siapa yang menyuruhmu? Katakan cepat!" Lagi- lagi Arka menggertak Nadine dengan membentaknya."Pak Rama, dia menyuruhku memata- matai kalian. Tolong lepaskan aku Pak." Nadine memohon."Sialan." umpatnya."ANDRE." Arka memanggil bawahannya."Urus dia sekarang juga, ini hari terakhirnya bekerja di sini." Lalu pergi dan menuntun Liona untuk mengakhiri pertunjukan yang sedang di tontonnya."Arka, dia akan kehilangan pekerjaannya." protes Liona."Orang macam dia tidak pantas mendapat pembelaan darimu Liona, di
"Kamu bilang akan memuaskanku kan? aku belum puas sama sekali." Liona sudah melakukan sebisanya, bahkan saat Arka semakin brutal terhadap tubuhnya. Liona sudah sangat kelelahan menyeimbangi permainan Arka. Ia tak sanggup lagi."Hik..hik.." tangisnya mulai terdengar sendu, Liona menutupi wajahnya dengan kedua tangannya."Kamu tahu aku benci melihatmu menangis seperti ini." pungkas Arka sambil melepas tangan Liona dari wajahnya."A- aku minta maaf." lirih Liona menatap mata tajam yang masih berada di atasnya.Kemudian bibir yang beru saja berucap maaf itu di raup kembali oleh Arka, kali ini Arka memelankan ritme nya. Arka melumat dengan lembut bibir Liona.Saat pagutan itu di lepas, Arka mengusap air mata di pipi yang memerah itu. Lalu mengecup kembali bibir yang masih bengkak. Ia turun dari tubuh Liona dan memposisikan untuk mengisi bagian kosong di sampingnya."Letakan kepalamu di sini." sambil menepuk bagian dadanya. Lionapun menurut, ia sangat lelah, dirinya ingin segera mengakhiri
"Tasya, apa yang kamu lakukan?" Bily panik dan langsung menaikan kembali kain yang sengaja di lepas Tasya."Kenapa Bil? Apa aku gak bikin kamu tertarik lagi? Bahkan kamu menolak tubuhku, ada apa sebenarnya hah?" Marah dan merasa rendah, Tasya bisa merasakannya begitu dominan. Ia benar tak mengenal kekasihnya lagi."Kamu mengabaikanku, apa aku di matamu sekarang Bil? Aku harus gimana lagi agar kamu bisa balik kaya dulu lagi." bahu itu di guncang kuat menuntut jawaban."Sya, aku minta maaf." ucap Bily.Tasya menggelengkan kepala, matanya sudah berair, Tasya tahu kalimat itu tidak akan berakhir baik dari bibir Bily."Aku mencintai orang lain." Kesakitan itu merambat dari pangkal hatinya, mengurut setiap sendi di tubuh Tasya. "Jadi selama ini kamu udah gak cinta aku? Sejak kapan Bil, siapa orang itu? Siapa yang kamu cintai sekarang. Aku tahu, pasti Liona kan? JAWAB AKU BIL, JAWAB." Tangisnya pecah, seharusnya sejak dulu ia mulai curiga dengan Liona tapi Tasya selalu berusaha untuk perc
"Bisakah kita coba sekali lagi? Maksudku hubungan kita." Arka masih menatap bagian samping wajah Liona yang baru saja berpaling darinya."Semuanya udah berakhir, aku gak mau bahas tentang kita lagi." Liona tetap menatap lurus ke depan."Tapi aku-""Kalo kamu gak bisa anterin aku sekarang, aku bisa minta Livy jem-""Oke, kita pergi. Aku anterin kamu. Maaf, aku bicara ngelantur." Arka kemudian menyalakan mobilnya menuju kediaman Livy.Sesampainya di rumah, Livy segera menyuguhi Liona dengan banyak pertanyaan."Na, kenapa baru pulang jam segini? Lo dari mana aja seharian? Baju lo, kenapa berantakan gini? Lo abis nangis?" Livy memeriksa seluruh penampilan temannya. "Gue gakpapa, maaf gue telat." Liona tak bicara banyak pada temannya tentang apa yang baru saja ia alami malam ini."Lo yakin gakpapa?" Liona mengangguk."Yaudah, sekarang lo istirahat. Besok lo bisa ikut gue ke kantor." "Maksudnya?" "Gue udah bicara sama atasan gue untuk masukin lo di kantor, dan kebetulan memang ada pos
"kapan terakhir kali kalian berhubungan?" tanya Bily di sela- sela menunggu hasil tes."Aku udah gak pernah lagi ketemu dia setelah aku putus, itu udah hampir tiga bulan lalu." "Bukan itu yang aku maksud, kapan terakhir kali kalian tidur bersama?" Liona menatap Bily yang begitu bersikuku terhadap hal ini."Haruskah kamu bertanya hal itu?" "Jawab saja Liona, aku tahu dia sering menidurimu." Pilihan kalimat Bily sedikit menyakiti Liona."Kamu berkata seolah- olah aku jalang, aku tidak seperti yang kamu bayangkan." "Yahh memang, maksudmu lebih buruk dari dugaanku kan? Kamu memilih berhubungan dengan orang seperti dia dan menanggung resikonya." ceramah Bily."Aku gak nyangka kamu mengatakan ini Bil." "Lalu apa yang lebih pantas dari kalimat itu untuk wanita yang hamil di luar nikah? Katakan, apa kalimatku salah?" Liona terpojok."Yahh, kamu benar. Aku memang seperti jalang." Setelah beberapa saat, Bily menyuruh Liona melihat hasil tes dari benda itu yang sukses membuat wajah Liona te
"Jadi yang kita tunggu dari tadi itu dia? Kamu cepat sekali menemukan pekerjaan rupanya." Tania menunjuk Liona dengan sudut matanya."Benar, syukurlah kalau kalian sudah saling mengenal sebelumnya. Dia yang akan membantuku menangani persiapan pernikahan kalian mulai dari sekarang." ungkap Danu memperkenalkan."Owhh baguslah kalau begitu." sudut bibir Tania terangkat samar."Na, apa kamu membawa lampiran kemarin?" Tapi Liona tidak menyahut di sampingnya, Danu melirik dan memanggilnya lagi."Na, kamu bawa kan?" "A..a.. yahh, aku bawa." ia langsung merogoh tas nya dan mengeluarkan sebuah file."Ini konsepnya, kalian akan berjalan dari sini dengan beberapa interior bernuansa clasik. Lalu-""Aku ingin semuanya mewah, bukan sederhana seperti ini. Kamu tidak tahu siapa aku dan calon suamiku. Jangan membuat aku malu di depan tamu- tamuku. Iya kan sayang." tekan Tania.Arka tak fokus lagi pada kertas di depannya, wajah sendu dan pucat di samping dirinya lebih menarik minatnya untuk di lihat.