“Sekarang papa ingin bertanya sesuatu padamu,” tukas Michael.
“Bertanya? Apa yang ingin papa tanya?” Callista mengerutkan keningnya menatap bingung Michael.
“Kenapa kau ada di tempat dimana kakak mu di serang?” Michael menatap Callista penuh selidik.
Callista mendesah pelan. “
Kini Daniel dan Callista tengah berada di sebuah restoran terekat dengan rumah sakit. Tidak lama kemudian, Pelayan mengantarkan salmon steak dan mashed potato yang di pesan oleh Daniel. Makan telah di hidangkan, Callista langsung menikmati makanan yang sudah tersedia di atas meja makan.“Ada apa kau membawa ku ke sini?” tanya Callista pada pria yang duduk di hadapannya itu.“Aku merindukanmu,” jawab Daniel dengan santai.
Olivia melangkah keluar dari ruang pemeriksaan. Hari ini dia memiliki jadwal yang cukup banyak karena harus menggantikan Callista. Meski lelah, tapi Olivia tidak keberatan sama sekali. Olivia senang jika sahabatnya itu telah menemukan pria yang tepat. Sebelumnya, Olivia sudah membaca artikel tentang sosok Daniel Renaldy. Dan di artikel itu tertulis jelas, Daniel bukanlah pria yang suka memainkan hati wanita. Bahkan Daniel tidak pernah terlibat skandal dengan wanita manapun.“Dokter Olivia?” suara bariton menyapa membuat Olivia menghentikan langkahnya.
Callista masih menyimak dan memperhatikan Olivia dengan serius. “Apa kau ini berkencan dengan Mike?”“CK! Kau yang benar saja Callista! Tadi aku sudah mengatakan Mike Menginterogasiku tentang dirimu. Kenapa kau berpikir aku yang berkencan dengan Mike?” seru Olivia kesal. Callista mendesah kasar. “Kalau begitu
Callista mematut cermin, dia menghela napas berat. Kini tubuhnya sudah terbalut gaun berwarna silver yang sangat seksi. Belahan gaun ini begitu tinggi hingga ke pangkal paha Callista. Sebuah gaun yang begitu indah dan sangat cantik. Callista memoles make up tipis, namun Callista memilih lipstik berwarna merah. Membuat penampilannya jauh lebih sepurna. Malam ini Callista harus menepati janjinya untuk bertemu menghadiri pesta anniversary kedua orang tua Daniel. Callista mememjakan mata singkat, dia sungguh berharap tidak ada media di pesta anniversary kedua orang tua pria itu. Jika saja ada pilihan menolak, maka Callista akan memilih untuk menolaknya. Tapi dia tidak bisa melakukan
Daniel menggenggam tangan Callista masuk ke dalam ruangan dimana orang tuanya berada. Grace jalan beriringan mengikuti Daniel dan Callista. Senyum dibibir Grace terukir ketika melihat kakaknya bersama dengan Callista. Sejak tadi, bahkan para tamu undangan tidak henti menatap Daniel dan Callista.“Pa... Ma...” panggil Daniel yang kini sudah berada tepat di belakang kedua orang tuanya.
Callista melepaskan heelsnya, dan langsung mengganti pakaiannya dengan gaun tidur. Kemudian Callista berjalan menuju ranjang. Menjatuhkan pelan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini adalah hari yang penuh drama. Setelah acara anniversary kedua orang tua Daniel, kali ini Callista tidak bisa tenang. Karena Callista tahu, pada akhirnya dia telah terjebak dalam sebuah lubang yang tidak mungkin dia bisa keluar.Callista memejamkan matanya, dia ingin sekali melupakan kejadian tadi. Kejadian dimana Daniel mencium diriya di hadapan banyak tamu undangan. Demi Tuhan, beruntung tidak ada media. Jika sampai ada media, rasanya Callista memilih untuk membunuh dirinya detik itu juga. Callis
“Anak nakal!” Jessica kembali menyentil kening Callista. “Kau pandai sekali membalikan keadaan. Kenapa kau membandingkan dirimu denganku? Kita itu memilki situasi yang berbeda. Dulu aku sibuk mengurus perusahaan, aku tidak memikirkan pernikahan karena aku terlalu fokus mengembangkan perusahaan keluarga kita.”Callista mendesah pelan. “Aku juga sibuk dengan pekerjaanku ka. Memangnya hanya kau yang memiliki pekerjaan. Aku juga memiliki pekerjaan. Seharusnya aku lebih sibuk, kau tahu ka dokter itu tidak mengenal kata libur. Aku bahkan selalu datang ketika pasien membutuhkanku.”
Sinar matahari pagi begitu cerah. Callista mematut cermin, memoles wajahnya dengan make up tipis. Hari ini dia harus menuruti keinginan Daniel ke perusahaan pria itu. Beruntung Olivia mau menggantikan pekerjananya. Callista mengambil tas dan kunci mobilnya yang terletak di atas meja rias, lalu berjalan keluar apartemen menuju parkiran mobil.Tidak lama kemudian, Callista mulai melajukan mobilnya menuju perusahaan Daniel. Jika saja Callista memiliki pilihan, sudah pasti Callista memilih untuk tidak akan datang ke perusahaan Daniel. Pria itu memang sering sekali memaksa dirinya.