Share

Pub

Daniel menyipitkan matanya karena cahaya itu sangat terang, sedangkan mana Daniel masih tetap terserap ke dalam pistol dengan cukup deras.

Beberapa saat kemudian, cahaya biru perlahan meredup. Pistol itu kini berwarna biru langit dengan sedikit warna putih di bagian pinggirnya.

"Apakah pistol ini senjata jiwa?… Bukankah ini berarti aku sudah membangkitkan senjata jiwaku sejak awal?" Daniel bingung dan bertanya-tanya.

" Jika aku sudah membangkitkan senjata jiwa sejak awal, bagaimana bisa senjata ini sama seperti pistol yang menembak kepala ku?" Tadinya dia tidak ingin repot-repot untuk memikirkan hal ini. Namun, dengan semua kejadian ini dia menjadi semakin ingin tahu apa yang menyebabkan dia bertransmigrasi.

Daniel membuka kembali buku tentang senjata jiwa. Walaupun dia sudah membacanya berkali-kali, masih ada beberapa bagian yang ia lewati.

"Nah ini dia… 'Masih belum diketahui bagaimana senjata jiwa bisa terbentuk. Namun menurut tebakkan beberapa orang yang meneliti senjata jiwa, jenis senjata jiwa dapat dipengaruhi oleh ketertarikan orang tersebut kepada senjata tertentu. Sehingga senjata itu tercermin di dalam jiwa manusia'... Jika itu alasannya, maka tidak heran aku memiliki senjata jiwa dengan bentuk pistol, karena aku sudah menggunakan pistol sejak remaja" Gumam Daniel sambil membaca buku itu.

Daniel menatap pistolnya dengan senyum di bibirnya. Sekarang harapan itu kembali dan ia tidak akan gagal untuk yang kedua kalinya.

"Rasanya seperti ada ikatan antara aku dan pistol ini. Seolah-olah dia adalah bagian dari diriku" Gumam Daniel sambil memperhatikan setiap bagian pistol di tangannya.

"Tunggu, jika pistol ini adalah senjata jiwa, lalu kristal merah yang ada di dalam jiwa ku apa? Kenapa dia ada disana?" Daniel kembali mengerutkan keningnya, dia masih ingin mengetahui tentang kristal merah darah itu.

"Karena, aku merasa ada keterikatan yang sangat kuat antara jiwaku dan kristal merah itu" Daniel tenggelam dalam lamunan, ia masih penasaran tentang kristal merah semalam.

Setelah beberapa saat melamun Daniel berjalan keluar kamar.

"Ibu aku akan pergi keluar" Kata Daniel sambil berjalan ke arah pintu keluar.

" Jangan pulang terlalu sore" Suara Ellena terdengar dari dapur.

"Iya,Bu" Jawab Daniel.

Daniel berjalan keluar dari rumah, dia masih belum tahu banyak dari kota ini. Dunia yang berbeda berarti memiliki cara yang berbeda, untuk menjadi sukses dia harus beradaptasi dengan cepat.

-

Diluar masih siang, matahari bersinar terang dengan langit yang cerah.

Daniel berjalan,dia berjalan sambil mengamati aktivitas orang-orang disekitarnya. Karena kota ini berada di jalur perdagangan, yang membuat masyarakat kota ini lebih memilih berbisnis seperti bar, penginapan, workshop dan blacksmith yang khusus menjual senjata.

Perdagangan senjata di sini cukup menjanjikan. Karena, tidak ada aturan yang melarangnya, selain itu pekerjaan seperti pemburu dan tentara bayaran sangat diminati yang membuat penjualan senjata selalu stabil dan laku di pasaran.

Daniel masuk ke salah satu pub. Di dalam masih cukup sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang duduk dan meminum bir.

"Silakan pak" Sapa pelayan pub.

"Ambilkan aku satu gelas bir" Kata Daniel sambil duduk.

"Tunggu sebentar" Si pelayan menjawab.

Pelayan itu kembali dengan segelas bir. karena penasaran dengan rasa bir di dunia ini, Daniel langsung meminum birnya.

"Rasanya tidak buruk" Gumam Daniel sambil menatap gela bir.

"Apa kau tau, Baron Edwin diturunkan dari jabatannya" Kata seorang pria paruh baya botak di pojok ruangan.

Mendengar pembicaraan yang menarik, Daniel langsung mendekat dan mendengarkan percakapan mereka

"Bukankah itu hanya rumor, Baron Edwin memiliki kekuatan yang kuat. Bagaimana bisa ia dilengserkan?" Teman di sebelahnya bertanya.

"Apa kau bodoh? Baron Edwin sudah tidak memiliki kekuatan lagi, ia terluka ketika pertempuran lima tahun lalu" Ucap pria paruh baya itu dengan sedikit berbisik.

"Mungkin karena itulah, aku mendengar beberapa perwira dipecat" Gumam pria muda di depan si botak.

"Itu mungkin saja, karena dengan kharisma Baron Edwin takkan sulit jika memiliki bawahan yang setia" Pria paruh baya itu menjawab.

"Kalau begitu siapa yang menggantikan Baron Edwin sebagai jendral tentara?" Tanya pemuda itu.

"Rumornya Baron Hendrick yang akan menggantikan Baron Edwin" Jawab pria botak itu.

"Baron Hendrick? Aku lebih suka Baron Gerwyn. Baron Hendrick terlalu kejam dan sombong" Kata si pemuda mencibir.

"Sssst.. Apa kau ingin mati? Jangan pernah berkata seperti itu" Timpal ria paruh baya sambil memberi isyarat untuk diam.

-

Daniel terus menguping pembicaraan mereka, sekarang ia memiliki sedikit gambaran seberapa rumitnya politik di kota ini.

Politik bisa jadi rumit atau sederhana, akan rumit ketika kedua belah pihak memiliki kekuatan yang sama, atau akan menjadi sederhana jika salah satu pihak memegang kekuasaan yang lebih tinggi.

-

Daniel berjalan keluar dari bar, setelah menghabiskan birnya.

Karena tidak ingin pulang terlalu sore, Daniel memutuskan untuk segera pulang.

Di jalan ada beberapa penjaga kota yang sedang berpatroli, sebenarnya sangat jarang sekali para penjaga ini berpatroli ke daerah kumuh.

Mungkin karena pergantian kekuasaan yang terlalu cepat dan tiba-tiba, membuat Baron Hendrick was-was. Baik itu Baron Gerwyn atau Baron Edwin memiliki pengaruh untuk menggerakkan masyarakat agar membuat keributan.

-

Setelah sampai di rumah, Daniel segera masuk kamar dan melakukan meditasi.

Ada beberapa cara untuk membuat senjata jiwa berevolusi, salah satunya bermeditasi. Karena evolusi senjata jiwa sangat mempengaruhi kekuatan penggunanya.

Selain itu meditasi juga dapat menstabilkan aliran mana dan membuat kontrol pada mana menjadi lebih baik lagi, sehingga pengguna senjata jiwa dapat mengeluarkan mana secara efisien.

-

Daniel bermeditasi sampai seore, dan berhenti ketika Ellena menyuruhnya untuk mandi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status