Share

Bab 2 : Hilang?!

Aku berlari cepat menuju kerumunan yang ada di belakang ku dan dengan teliti menelusuri sekitar, aku adalah pelari dan pengamat yang handal jadi aku dengan optimis mencari Matty dengan cermat tanpa menghiraukan perkataan ibu tadi.

"Maatttyy!" teriaku sambil memperhatikan sekitar, banyak sekali orang orang yang mirip sepertinya disini. Namun aku tahu kalau Matty takkan pernah menghiraukan panggilan dariku jadi aku terus berlari menghiraukan orang orang yang mirip dengannya.

Orang orang sekitar jadi tefokus padaku dan iti memudahkan pencarianku dan petugas penjaga datang kepada ku lalu mencoba menenangkan diriku yang tengah panik.

"tenanglah kami akan membantu mencari temanmu" ucap penjaga itu

Aku diajak penjaga menuju ke ruang penjaga sambil panik dan mengocehkan hal yang tak berguna karena panik"tapi dia bukanlah orang yang akan bertahan sendirian di kota besar dan tersesa-" kepanikan ku terhenti melihat Matty tengah duduk termenung di sana. Dia terlihat panik dan juga seperti menunggu ku.

Aku melepas panik ku dan mulai menghela nafas dan memanggil Matty "hey kemana saja kau kukira kau memegang tanganku tadi" Matty menoleh dan langsung berlari ke arah ku dengan kelihatan lega "kupikir aku tak bisa melihatmu lagi uwaaaaa" tangis Marty sambil memelukku.

Setelah beberapa hal terjadi aku dan Matty pun berterima kasih pada petugas penjaga museum dan berkeliling lagi "jangan melepaskan genggaman tangan ku" perintah ku pada Matty dan menggemgam erat tangannya agar tak menghilang lagi.

Tak terasa museum sudah hampir tutup dan para pengunjung diperintahkan untuk meninggalkan museum dengan tertib. Kami mengikuti arahan cahaya sihir yang ada di pojok atas setiap ruangan dan keluar dari sana.

Setelah keluar kami menaiki sapu terbang otomatis yang kami sewa untuk kembali menuju penginapan "tak terasa hari ini sudah hampir berakhir saja" pikirku namun tak sengaja ku ucapkan, Matty melihat kepada ku dengan muka kebingungan lalu tertawa kecil "ada apa?" Tanya ku yang tak sadar "tidak ada tapi memang benar mungkin ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidup kita" jawab Matty "ya, kau benar" ucapku sambil melihat ke langit.

---------------- menuju 5 tahun sejak saat itu -------------

Sudah 5 tahun sejak dibukanya Rean pada umum. Sekarang semua orang sudah terbiasa menggunakan sihir, tepatnya alat alat sihir yang di import dari Rean. Banyak orang-orang yang terbantu karena alat alat sihir ini diantaranya terdapat sapu terbang otomatis yang kami naiki waktu dulu. Itu benar benar menakjubkan karena sekarang sapu itu tak hanya digunakan di Rean.

Matty mengepak barang barangnya kedalam tas nya dan bertanya padaku "apakah kau sudah siap?" Lalu aku menjawab sambil menyiapkan sapu terbang "ya, kita tinggal menaikinya." 

Kita berdua pergi menghadap ibu ku dan berpamitan padanya "hati hati" ujarnya.

Orang tua Matty meninggal tak lama setelah kita mengunjungi Rean pertama kali jadi dia tinggal bersamaku setelah itu. Matty sendiri yang menerima ajakanku untuk tinggal bersama kami. Yaa selama ibuku juga tak keberatan dengan keberadaan Matty karena dia juga tahu keluarga jauh nya tak ada yang mau menerimanya juga jadi tak apa.

Setelah kita tinggal bersama kami mulai bekerja di Rean yang tak lain adalah toko rental sapu terbang otomatis selama 4 tahun aku berada di bagian kasir dan Matty bekerja di bagian kebersihan.

Sampai tahun lalu kita menikmati pekerjaan kita dan menabung uang gaji kita untuk tujuan yang tidak jelas. Pemilik toko rental ini sangat baik kita diberi gaji yang lumayan setiap bulan dan diberi makan 3 kali sehari bahkan dia juga memberikan kita ruangan untuk tidur waktu malam hari. Jadi kita tidak perlu bolak-balik dari rumahku yang ada di luar kota menuju ke Rean yang tentunya memakan waktu banyak. Pertama kali bekerja memang agak aneh namun lama kelamaan kami pun terbiasa dengan pekerjaan ini.

Ngomong - ngomong soal sapu terbang, sapu yang digunakan oleh penduduk Rean berbeda dengan yang digunakan oleh pengunjung luar Rean. Yang membedakannya adalah sapu terbang milik penduduk diterbangkan menggunakan 'Mana' semacam energi khusus yang hanya dimiliki oleh penduduk Rean. Dan sapu terbang otomatis dan alat-alat sihir lainnya adalah teknologi yang dikembangkan oleh peneliti Rean agar penduduk luar kota Rean juga bisa menggunakan 'sihir'. Mereka mengembangkan alat yang disebut dengan 'baterai' yang di dalamnya menyimpan Mana yang cukup untuk digunakan dalam 1 tahun. Inilah mengapa Rean dibuka 100 tahun setelah diberi amanat oleh Daniel tentang membuka peradaban mereka pada dunia. Mereka membuat banyak alat dan juga energi penyokongnya agar alat alat itu bisa digunakan 'hmm ternyata mereka cukup baik' itulah yang kupikirkan setelah mendengar cerita lalu lalang dari pengunjung, penduduk dan pedagang.

Aku melihat waktu pada jam dinding sihir dan sepertinya sudah waktunya makan siang "hei Matty! waktunya makan siang ayo kita pergi ke tempat orang itu" ajakku pada Matty "baiklah aku akan segera bersiap sebentar lagi" jawab Matty sambil menyimpan peralatannya. Sebelum berangkat aku meminta izin terlebih dahulu pada bos "Bos sudah waktunya makan siang, aku dan Matty akan pergi keluar sebentar untuk makan" "baiklah kalian hanya punya waktu sebentar jadi jangan terlalu lama" jawabnya "terimak kasih bos!" teriakku sambil pergi menuju ke restoran kecil di dekat toko rental sapu terbang otomatis.

Sesampainya di restoran itu aku memesan sesuatu dengan kode "yo paman! kami ingin sesuatu yang spesial" "telur?" tanya dia menjawab kode itu "yang sangaaaaat besar" jawabku, dia tersenyum kecil sambil menatapku dan Matty dan menggerakkan kepalanya ke pintu di sebelahnya sambil berkata "masuklah" kami menjawab senyuman paman itu dan pergi menuju ke pintu yang diarahkan oleh paman itu.

Nama paman itu adalah Charles dia pemilik restoran kecil dengan menu makanan terlengkap dan terenak di penjuru Rean, kami mengetahui tempat ini karena suatu saat Bos kami mengajak kami untuk makan ke sini dan paman Charles memperkenalkan kita pada anaknya yang bernama Cindy anak yang pemalu namun memiliki pengetahuan yang banyak dan juga dia seumuran dengan kami berdua jadi kita bisa akrab dengan Cindy.

"Permisi!" ucapku sambil membanting pintu menuju kamar Cindy yang diikuti perkataan Matty dengan nada sopan "permisi". "oh kalian datang juga" jawab Cindy sambil melihat kami "iya, kau sedang apa?" ucapku sambil menanyai Cindy "seperti biasa aku sedang mengamati cerita Daniel dengan cermat" jawab Cindy "Daniel lagi huh?" jawabku dengan nada bosan.

Dan begitulah kami menjalani hari hari kami di kota Rean. disini kita tak hidup menderita bahkan memiliki teman baru dan perkejaan yang layak. Namun pada akhirnya aku, Matty dan Cindy memutuskan untuk memulai perjalanan kita sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status