Aji mulai kebingungan untuk mencari cara agar pembangunan cepat selesai, tapi dana yang pemilik rumah berikan sudah habis, tinggal sisa untuk para pekerja, mereka di bayar harian, akhirnya pun Aji memilih bahan bangunan dengan kualitas abal-abal, harga nya murah tapi bentuk sama,ide sudah Aji dapatkan,kini saat nya memerintah para pekerja nya untuk mempercepat pembangunan dan lembur.
"Mulai hari ini kalian harus lembur tiap hari,saya tidak mau tau!" perintah Aji dengan suara lantang dan berkacak pinggang."Tiap hari bang?" sahut salah seorang pekerja."Iya,tiap hari dan kalau belum saya perintahkan berhenti, jangan ada yang berhenti!" ucap nya lagi."Apa ini tidak kelewatan bang?"sahut Bowo dengan berani nya."Apa nya yang kelewatan? kalian tinggal kerjain aja apa yang saya perintahkan dan jangan ada yang membantah!" sahut Aji lagi."Bayaran mereka abang korupsi, tapi kerjaan mereka abang tambahi, apa itu nama nya tidak kelewatan,"sahut Bowo yang meletakkan cangkul nya di atas gundukan pasir.Mendengar ucapan Bowo, seketika mata Aji membulat sempurna, wajah nya memerah dan berkacak pinggang menatap geram pada Bowo, sedangkan para pekerja yang lain hanya terdiam melihat perdebatan Aji dan Bowo."Kamu orang baru berani nya menuduh saya seperti itu,apa kamu sudah bosan hidup?"Braakkk...Aji menendang ember di depannya dengan kuat, hingga terpental tepat di depan Bowo, tapi Bowo tidak merasa takut, Bowo justru maju mendekatkan diri pada Aji."Abang tidak terima saya bilang seperti itu, pukul saya, pukul bang!"Bowo membusungkan dada nya dia memasang badan dengan berani nya.Pletakk...Satu pukulan rotan mengenai kaki Bowo, walau hati nya sakit tapi Bowo masih bisa menahan nya, pekerja yang tadi nya terlihat biasa saja,kini mereka ikut menegang juga."Sudah cukup belum bang?" Bowo mengeratkan gigi nya geram."Mau lagi..."Sudah cukup!"Joko mendekati Bowo di susul Parto dan Roni juga pekerja lain nya, mereka menahan tubuh Bowo dan membawa nya mundur dari hadapan sang Mandor."Kalian mau kroyokan, sini kalau berani!"Aji masih menantang."Mas Bowo,sudah ya jangan di bawa emosi!"Parto menenangkan Bowo yang tangan nya masih mengepal seperti ingin menghantam sesuatu,dada nya juga masih ngos-ngosan menahan emosi."Dia sudah keterlaluan mas, dia harus di lawan!"ucap Bowo penuh dendam."Biyar saja mas, jangan di ikuti emosi nya, lihat kaki mas Bowo sudah luka!"Joko menimpali."Demi keadilan, mati pun saya rela mas,"sahut Bowo lagi."Ingat mas,kita punya Allah,biyar saja Allah yang membalas kelakuan itu si Mandor gila,"timpal salah seorang pekerja yang ikut menenangkan Bowo."Astaqfirullahalazim,"Bowo pun mengucap istiqfar berkali-kali setelah mendengar ucapan rekan nya,dia usap wajah nya berkali-kali."Nah,lebih baik kita mulai kerja lagi yok!"sahut Roni yang berdiri mendahului berdiri.Roni mencari-cari sang Mandor,tapi dia tidak menemukan nya,tapi pada saat dia hendak buang air kecil di belakang rumah,dia melihat Aji yang sedang duduk di Pos satpam sendirian,setelah selesai kencing,Roni mendekati sang Mandor."Permisi bang,"Roni merundukkan badan nya dan berdiri di depan sang Mandor."Ngapain kamu kesini?"tanya Aji bingung."Pecat saja itu mas Bowo bang,jangan di biyarin dia ngelawan bang Mandor!"Roni mulai menghasut Aji."Kenapa kamu minta saya pecat dia?"Aji mengkerutkan kening nya."Saya juga gak suka,dia tuh sok pinter,sok jagoan,"jawab Roni tegas."Dia bukan nya satu kampung dengan kamu?""Iya bang,tapi dari awal berangkat sebenar nya saya gak suka,dia itu miskin tapi banyak gaya,"ucap Roni yang kesal,dana ada lagi nih bang,dia bilang abang ini Mandor tapi gak pecus kerja,bisa nya cuma korupsi doang!"Roni membuat Aji geram,dia memasang wajah garang,hasutan Roni seakan tepat sasaran.Aji berdiri dan meludah sembarang,dia ambil tongkat Rotan nya,wajah garang nya semakin terlihat jelas"kurang ajar sekali pria miskin itu,berani-berani nya dia bicara seperti itu di belakangku,"tatapan mata Aji semakin seram tatkala dia menggerutu sendiri,Dia menuju ke kerumunan para pekerja nya lagi."Bowo,sini kamu!"Aji sudah tidak kuat menahan amarah nya.Mendengar panggilan lantang dari Mandor nya,dengan malas Bowo menghampiri Aji sang Mandor."Ada apa lagi bang?"Bowo berdiri di depan Aji."Kamu saya pecat!"Aji sudah termakan hasutan Roni."Salah saya apa bang?"tanya Bowo sinis,teman-teman nya pun ikut bingung."Kamu sudah berani sama saya,itu salah kamu dan saya tidak akan memberi sepeserpun uang gaji untuk kamu!"Aji dengan arogan nya berkacak pinggang."Baik,Bowo melempar cangkul di tangan nya ke atas adonan pasir dan semen,saya akan keluar dari pekerjaan ini,gak apa-apa saya gak di gaji,tapi tolong gaji mereka abang bayar penuh,jadi lah Mandor yang jujur!"Bowo melangkah meninggalkan tempat itu dengan gagah nya,Parto,Joko dan Roni mengejar Bowo."Mas,mas Bowo mau kemana?"tanya Parto khawatir."Gak tau juga saya mas,tapi demi harga diri gak apa-apa saya keluar dari pekerjaan ini,"jawab Bowo lesu."Coba bilang sekali lagi sama bang Aji Mas!siapa tau masih di kasih kesempatan!"sahut Joko."Gak Mas,saya laki-laki,saya bisa hidup di mana saja Mas,Mas Joko,Mas Parto dan Roni,kalian jangan kawatir ya!"ucap Bowo dengan senyum kecut nya."Mas Bowo tunggu saya di Masjid ya!nanti selesai kerja saya temui Mas di sana!"pinta Parto seraya menepuk pundak Bowo."Iya Mas,oh iya,saya minta maaf ya Mas Joko!"ucap Bowo."Gak apa-apa Mas Bowo,Mas ini rajin,pasti Mas cepet dapet kerjaan,"Joko menyemangati Bowo.Bowo pamit pada Joko,Parto dan Roni,sepeninggal Bowo dari hadapan mereka,Roni tersenyum sinis,dia merasa menang telah menyingkirkan Bowo.Sedangkan Bowo,dia bingung harus kemana,uang simpanan nya tinggal sedikit,dia kemasi pakaian nya segera,dia pergi menuju ke Masjid,dia laksanaka sholat Duha,dia berdo'a mohon pada Allah untuk di berikan Jalan rizki yang mudah,dengan segenap Jiwa dan raga Bowo berpasrah diri pada Allah.Setelah dia merasa tenang,di rogoh nya ponsel dari dalam tas,dia menghubungi Ibu nya yang berada di kampung melalui tetangga nya.["Assalamualaikum Bu,pripon kabare (gimana kabar nya) Ibu sehat kan?"] suara Bowo dengan sopan nya.["Walaikumsakam,Ibu sehat Le,kamu gimana di Kota,lancar toh kerjaan nya?"] suara Bu Mini terdengar sumringah,hal itu membuat Bowo lega.["Alkhamdulillah lancar Bu,Ibu masih dagang tape?"] suara Bowo.["Ya masih Le,tapi dikit-dikit,"] suara Bu Mini yang terselip tawa ringan saat bicara.["Iya Bu,jangan capek-capek,kalau Ibu sakit siapa yang ngurusin,Bowo kan jauh Bu!"] suara Bowo yang terus berusaha tegar.["Iya Le,wes tenang aja,anak nya Bu RT tiap hari nganter nasi untuk Ibu,kata nya Ibu gak boleh masak,takut capek kata nya Le,"] masih di sertai tawa Bu Mini bercerita pada Bowo dalam telfon.["Wah ya syukur kalau gitu Bu,nanti kalau Bowo udah sukses,pasti Bowo balas budi sama Bu RT bu,pokok nya Ibu jaga kesehatan ya!"] Pesan Bowo pada Ibu nya.["Iya Le,sukur-sukur jadi jodohmu!"]["Aduh,Ibu ini ada-ada aja,ya wes Bowo mau lanjut kerja ya bu!"] sahut Bowo mengahkiri telfon nya dengan salam.Ada perasaan lega setelah Bowo mendengar kabar Ibu nya baik-baik saja,dia tidak ingin Ibu nya tau bahwa diri nya tidak baik-baik saja,yang terpenting do'a dari Ibu nya,Bowo masih tidak tau harus kemana lagi,dia melamun dan memutar otak nya untuk bisa mendapat pekerjaan yang lain,apa pun akan dia jalani untuk bisa menyambung hidup nya di Kota besar ini.Bruuukkkk...Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah
Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang
"bagaimana Dok, Abah sakit apa?" tanya Bowo serius."Beliau kurang tidur Mas, dan banyak fikiran,"jawab Dokter Bram serius, mendengar Jawaban Dokter Bram seketika Bowo pun menarik nafas berat."Lalu bagaimana Dok?" tanya Bowo yang meminta solusi pada Dokter Bram."Saya akan berikan obat nya nanti, karena kondisi beliau sangat lemah, maka saya infus gak apa-apa ya Mas?" tanya Dokter Bram yang meminta persetujuan dari Bowo."Ok Dok,lakukan yang terbaik agar Abah sehat kembali Dok!" jawab Bowo tegas."Ok," dan dengan cekatan Dokter Bram pun memasang selang infus di tangan Abah Jaya karena Dokter Bram sudah mempersiapkan semua nya sebelum nya.Terlihat Abah Jaya yang sudah pasrah dengan apa yang Dokter itu lakukan karena beliau sudah merasa tubuh nya sangat lemah, Abah Jaya memang tidak pernah tidur sepanjang malam sejak Bulan sang putri kesayangan nya itu meninggal, beliau tidak henti-henti nya berdo'a dan berzikir setiap hari,beliau meratapi nasib nya yang kini hanya tinggal seorang dir
"Mili juga ikut dalam proyek itu,apa aku gak salah dengar?"tanya Seto kepada kedua teman nya itu."iya bro,mereka satu tim,"jawab Nero yang tau banyak tentang proyek itu."lalu apa peran cowok kampung itu di proyek pembangunan jembatan itu,apa elu tau Nero?"tanya Seto serius."dia punya peran penting di sana bro,"jawab Boy menimpali nya."ya apa peran dia di sana to*ol,"sahut Seto sambil menoel kepala Boy,hingga Boy nyengir kesakitan,karena dia menoel nya dengan kasar."yang gue tau,Bowo itu punya keahlian dalam bidang desain patung dan bangunan yang berskala besar,jadi dia bisa di bilang punya peran utama di proyek itu,"sahut Nero serius."oh,jadi dia punya keahlian,ok lah kalau begitu,kita lihat saja nanti,apa dia akan bertahan sebagai Mahasiswa teladan di kampus ini,"ucap Seto dengan tatapan bengis nya.Entah dendam apa yang Seto pendam kepada Bowo sehingga dia sebenci itu kepada Bowo,setelah itu mereka bertiga pun kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah.Sementara itu
Keesokan hari nya Bowo bangun seperti biasa nya,dia mulai menjalani aktifitas pagi nya seperti biasa,walau tetap saja bayang-bayang sang istri tercinta masih terus teringat namun dia berfikir untuk tidak terus-terusan larut dalam duka,pakaian rapi dan juga wangi sudah Bowo kenakan pagi itu,karena dia akan menjalani aktifitas nya di kampus lagi."selamat pagi Den Bowo!"sapa Mak Ijah dengan ramah."pagi Mak,"balas Bowo sama ramah nya."pagi ini mau sarapan apa Den?"tanya Mak Ijah yang berdiri di samping Bowo dengan sapu dan lap di tangan nya."saya sarapan di kampus saja Mak,soal nya saya buru-buru,"sahut Bowo sambil merapikan lagi pakaian nya."oh ya sudah kalau begitu Den,hati-hati di jalan ya Den,semangat!"ucap Mak Ijah yang memberikan semangat pada Bowo sang majikan."terima kasih Mak,"sahut Bowo yang tersenyum kepada Mak Ijah.Setelah itu Bowo berpamitan kepada Mak Ijah dan lalu dia melangkah keluar menuju ke garasi Mobil nya,tapi saat sampai di garasi ternyata pakde Jono sudah men
Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a
Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A
Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan
Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda