Jatuh tersungkur di hadapan Bowo yang tengah duduk di teras Masjid,dia berhambur mendekati nya tatkala melihat si Bapak,entah kenapa dengan si Bapak ini tiba-tiba jatuh pingsan.
"Pak,Bapak!"Bowo menepuk-nepuk pelan pipi si Bapak,tapi Bapak ini tidak bereaksi apa-apa,Bowo bingung dan meminta pertolongan orang yang melintas di area Masjid,dan tidak berapa lama kemudian ada beberapa orang yang sudah membantu,dengan segera mereka membawa si Bapak ke Rumah Sakit terdekat dengan Komplek Perumahan.Sesampai nya di Rumah sakit si Bapak sudah mendapat perawatan,sedangkan Bowo bingung,dia harus menunggu si Bapak di Rumah sakit sampai sadar kembali."Keluarga pasien!"panggil salah seorang perawat yang sudah berdiri di ambang pintu ruang pemeriksaan,dengan tergopoh Bowo mendekat."Saya bu,"jawab Bowo panik."Kami sudah memeriksa nya dan kondisi pasien baik-baik saja,untung bapak segera membawa nya ke Rumah sakit,dan tolong selesaikan administrasi nya segera,kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat!"perawat itu memberikan penjelasan dan menyodorkan kertas putih berisi tulisan angka-angka,Bowo membaca nya dengan seksama,sejumlah uang yang harus di bayar sudah tertera di situ,dia garuk garuk kepala bingung,dia tidak mengenal si bapak,tapi dia harus membayar biyaya itu semua,sungguh sulit,jangankan untuk membayar biyaya rumah sakit,untuk makan saja dia bingung,Bowo kembali duduk di deretan kursi yang berada di pinggir ruangan,dia memijat kening nya berkali-kali dan ingin menghubungi Parto,tapi dia celingukan mencari-cari di mana ransel nya,dia menepuk jidat nya keras,dia ingat ransel nya tertinggal di Masjid,ponsel nya pun tertinggal karena dia dengan spontan setelah melihat si Bapak itu tadi ambruk dia simpan ponsel itu di atas ransel nya.("Aduh ya Allah kok aku bodo gini,ranselku keri (ketinggalan),duh gimana ini,mana ponselku juga aku tarok di sana,goblok..goblok,")Bowo bicara sendiri dan bingung,dia mondar mandir gelisah gak karuan,sesekali dia gigit bibir bawah nya untuk menghilangkan kekalutan.Saat ini si Bapak sudah di pindah ke Ruang rawat,dan sudah sadarkan diri,seorang perawat memberi tau Bowo bahwa si Bapak sudah sadar,dia pun merasa lega dan bergegas menemui si Bapak."Bapak sudah sadar!"tanya Bowo setengah ketakutan."Iya mas,terima kasih mas sudah bantu saya,kalau gak ada si mas mungkin saya sudah gak tertolong,penyakit jantung saya ini memang sudah parah mas,"ucap si Bapak panjang lebar dengan suara lirih,meski selang infus masih nempel di hidung nya."Sama-sama pak,kita kan sebagai manusia memang sudah seharusnya saling tolong pak,"Jawab Bowo dengan sopan nya."Iya,benar..oh iya nama saya Kusuma,mas nama nya siapa?"tanya pak Kusuma lagi."Saya Bowo pak,"Jawab nya singkat dan agak malu-malu."Mas Bowo,bisa tolong bantu saya sedikit duduk mas!"pinta si bapak."Tapi pak,saya takut,itu selang nya kan masih di hidung bapak,"jawab Bowo ragu-ragu."Ah gak apa-apa mas,"pak Kusuma melepas selang itu dari hidung nya,hal itu membuat Bowo kebingungan."Wah jangan pak,nanti Dokter marah pak!"Bowo dengan spontan berdiri untuk mencegah pak Kusuma melepas selang infus nya,tapi pak Kusuma tetap melepas nya,dan Bowo pun tidak berani mencegah nya lagi,dan lalu dia membantu pak Kusuma berbaring setengah duduk."Nah,begini kan lebih enak kita ngobrol nya mas!"ucap pak Kusuma yang tersenyum lebar,Bowo pun ikut lega."Tapi bapak mesti banyak istirahat,biyar cepat sehat pak!"nasehat Bowo yang membuat pak Kusuma terdiam menatap lekat Bowo,dan tatapan pak Kusuma membuat Bowo bingung,dan salah tingkah"anu..apa saya salah bicara pak,saya minta maaf ya pak!"Bowo ketakutan."Selama ini saya hanya tinggal bersama anak perempuan saya satu-satu nya,dia terlalu sibuk dengan kuliah nya,dia seorang Arsitek,karir nya juga sudah bagus,banyak desain-desain nya yang sudah di pakai di Ibu kota ini,"cerita pak Kusuma panjang lebar."Sekarang apa bapak mau menghubungi anak bapak?"tanya Bowo lagi."Gak usah,nanti biyar supir saya saja yang kesini!"jawab pak Kusuma."Baik pak,sekarang silahkan bapak istirahat ya!"ucap Bowo pelan."Kamu ambil itu kursi,duduk di dekat saya sini,saya tidak mau istirahat,saya mau ngobrol saja sama mas,mas ini asalnya dari mana?"tanya pak Kusuma yang sudah tidak terlihat sakit,Bowo memindahkan kursi yang berada di dekat meja ke samping ranjang pak Kusuma,lantas dia menarik nafas berat."Saya dari kampung pak,"jawab Bowo singkat."Terus di Ibu Kota ini kamu kerja apa?""Saya kuli pak,tapi saya sudah di pecat,"jawab Bowo seraya tersenyum malu-malu."Lho,kenapa kok di pecat?"tanya pak Kusuma kaget."Anu pak,Mandor saya tidak cocok dengan kerjaan saya,"jawab Bowo datar."Kami bisa kerja apa memang nya?""Saya kerja apa saja mau pak,"dalam hati Bowo bingung."Apa saja?"tanya pak Kusuma menegaskan sekali lagi."Iya pak apa saja,"jawab Bowo lagi."Ya udah,kebetulan taman di belakang rumah saya patung-patung nya ada yang rusak,bisa bantu saya memperbaiki?""Tentu saja bisa pak,"dengan semangat Bowo menjawab,karena dia sedang membutuhkan pekerjaan."Baiklah,kalau gitu nanti pulang mas ikut saya ya,soal tempat tinggal tenang saja,saya ada banyak kamar di rumah!"ucap pak Kusuma."Siap pak,tapi maaf ransel tempat pakaian saya tertinggal di Masjid pak!"keluh Bowo."Oh iya,mobil saya juga masih di sana,nanti saya telfon supir saya untuk mengambil mobil sekaligus bawa ransel mas Bowo!"sahut pak Kusuma.Obrolan Bowo dan pak Kusuma semakin nyambung dan asik,hingga pak Kusuma lupa kalau dirinya sedang di Rawat di Rumah sakit,seperti nya cerita perjalanan Bowo hingga sampai di Ibu Kota ini cukup menarik perhatian pak Kusuma.☆☆☆☆Hari ini pak Kusuma sudah membawa Bowo pulang ke Rumah,Bowo yang takjub dengan kemegahan rumah pak Kusuma,dia hanya melongo,rumah pak Kusuma yang memiliki pelataran segede lapangan itu membuat Bowo bingung, di tambah lagi dengan bangunan Rumah yang megah menjulang tinggi juga panjang itu membuat hati Bowo bertanya-tanya"ini orang gali uang nya di mana ya?"Bowo garuk-garuk kepala,kok bisa ya bikin rumah segede ini.Pak Kusuma yang biasanya tertutup dengan tamu-tamu nya,kali ini dia berbeda,dia langsung membawa Bowo masuk kedalam Rumah,dia berfikir Bowo tidak akan mungkin berbuat jahat,karena dia sudah Baik menyelamatkan Nyawa nya.Melihat segala kemewahan yang berada di dalam rumah milik Pak Kusuma,Bowo semakin bingung,pandangan Bowo menyapu bersih seisi ruangan,Lantai Marmer yang kinclong,Lukisan-lukisan bernilai tinggi,guci-guci yang harga nya ratusan juta,juga masih banyak lagi benda-benda unik lain nya.Bowo tidak tau harus berkata apa,dia hanya bisa diam dan menikmati keindahan dan kemegahan yang berada di hadapan nya."Tuan Kusuma sudah pulang,bagaimana kondisi Tuan?"tanya Bik Nah salah seorang Asisten rumah tangga di rumah pak Kusuma.Di rumah pak Kusuma terdapat dua orang Asisten rumah tangga,yaitu Bik Nah yang tugas nya di dapur,dan satu lagi nama nya Bik Tum dia bertugas membersihkan rumah,selain itu ada juga supir nama nya pak To,ada lagi tukang kebun dan juga Satpam."Saya baik-baik saja Bik,oh iya tolong buatkan minum untuk Mas Bowo ya Bik!"perintah pak Kusuma yang langsung di laksanakan oleh Bik Nah."Tidak usah repot-repot pak!"ucap Bowo yang terus merunduk ketakutan."Hanya minuman Mas,tidak ada yang repot kok,ayo silahkan duduk Mas!"pak Kusuma mempersilahkan Bowo duduk,dan Bowo pun menuruti apa perintah pak Kusuma,saat duduk di Sofa yang sangat empuk itu,Bowo merasakan kenyamanan yang luar biasa,berkali-kali dia mengusap dasar Sofa("apik banget (bagus banget)") dalam hati Bowo bergumam sendiri."Saya langsung kerja saja Pak!"ucap Bowo."Istirahat saja dulu,nanti saya kasih tau kerjaan kamu apa,kita ngobrol dulu saja!"sahut Pak Kusuma."Baik pak."Dan Bik Nah datang kembali membawa nampan berisi dua gelas air minum,lalu Bik Nah meletakkan nya di atas meja dan dia pergi lagi setelah mempersilahkan tamu nya untuk minum,di tengah obrolan Pak Kusuma dan Bowo yang asik,tiba-tiba datang seorang gadis yang berperawakan tinggi,putih,montok dan pasti nya cantik,hidung bangir yang indah,serta bibir tipis merona dengan polesan lipstik berwarna pink,dia datang dari luar dengan menenteng gulungan-gulungan kertas Karton yang semua nya itu berisi gambar desain rumah,tergopoh-gopoh gadis itu memasuki rumah,hingga Pak Kusuma dan juga Bowo bingung melihat nya."Papa,...Dia Mili,anak satu-satu nya pak Kusuma,dia baru datang dari Luar kota untuk mengerjakan proyek pembangunan rumah."Hallo anak papa,apa kabar sayang?"Pak Kusuma memeluk erat Mili,begitu juga dengan Mili yang memeluk papa nya dengan manja."Papa kata nya habis masuk rumah sakit ya,kan Mili sudah sering bilang pa,kalau kemana-mana bawa pak To,biyar papa ada yang jagain!"ucap Mili yang kawatir dengan papa nya."Papa baik-baik saja kok sayang,untung ada Mas Bowo ini yang bantu papa,kalau tidak ada dia,mungkin kita tidak berkumpul seperti ini lagi!"sahut Pak Kusuma yang bangga dengan kepahlawanan Bowo.Sedangkan Bowo hanya mesam-mesem sambil tertunduk malu-malu dan gak ada gagah-gagah nya sama sekali."Oh,Mas ini yang nolong papa,terima kasih ya Mas atas bantuan nya!"ucap Mili seraya tersenyum memaksa."Oh nggeh Mbak (oh iya mbak) sama-sama,"jawab Bowo dengan suara terbata-bata."Mas mau minta imbalan apa,karena sudah menolong papa saya!"Mili tiba-tiba bicara asal saja."Tidak Mbak,saya ikhlas kok bantu papa nya Mbak,"jawab Bowo gugup."Mili..,Bowo ini akan papa minta untuk memperbaiki patung-patung di taman belakang,itung-itung papa balas budi ke dia dengan cara memberi nya pekerjaan,"Pak Kusuma menjelaskan nya pada Mili anak semata wayang nya itu."Memang nya dia bisa pa?"tanya Mili seraya dia pandangi Bowo dari atas hingga ke bawah."Dia ini kan kuli,tapi baru di pecat dari kerjaan karena dia berantem dengan Mandor nya,alasan nya apa tapi papa tidak tau."Jadi gini pak,Mandor tempat saya bekerja itu orang nya curang,gaji para pekerja tidak di bayar secara utuh,jadi para pekerja mengeluh,dan saya memberanikan diri untuk protes,eh malah saya di ajak berantem,ya saya tantangin,orang saya laki-laki,"Bowo menceritakan dengan antusias."Oh,jadi Mas ini di pecat karena membela teman-teman nya Mas ya? Bagus sih,tapi kamu harus mengorbankan pekerjaan kamu,"sahut Mili menanggapi cerita Bowo."Itu arti nya dia di pecat bukan salah dia kan?"timpal pak Kusuma."Iya pa,ya sudah kalau begitu,Mili terserah papa saja."Mili awal nya ragu dengan Bowo,karena patung-patung di taman belakang rumah pak Kusuma itu sangat rumit pembuatan nya,setiap lekuk dan ukiran nya membutuhkan sentuhan tangan seniman ukir-ukiran,tapi Mili ingin melihat dan penasaran dengan cara kerja Bowo,dan juga hasil dari pekerjaan Bowo,dan akhir nya Mili setuju jika Bowo ingin membangun kembali patung-patung itu."Oh iya Mas Bowo,..."Panggil saya Bowo aja pak!""Kenapa?""Biyar lebih gampang pak!"jawab Bowo dengan sopan nya."Oh,baiklah Bowo,nanti saya suruh Bik Tum beli baju untuk kamu ya!"pak Kusuma ingat bahwa Bowo tidak memiliki pakaian ganti."Gak usah pak,biyar saja!"sahut Bowo dengan cepat."Papa untuk apa beli baju buat dia?"tanya Mili penuh tanda tanya."Mili..,kasihan Bowo,tas ransel isi pakaian dan juga ponsel dia hilang,dan itu gara-gara nolongin papa,jadi maka nya papa banyak hutang budi sama Bowo!"jawab Pak Kusuma menjelaskan pada Mili."Oh..ya sudah terserah papa,dan sekarang lebih baik papa istirahat saja dulu,ok!"ucap Mili yang masih kawatir dengan papa nya."Papa mau antar Bowo dulu ke kamar nya sayang!"sahut Pak Amarta."Gak usah pa,nanti biyar Mili aja yang kasih tau dia pa!"ucap Mili seraya menuntun papa nya pergi ke kamar tidur.Bowo yang di tinggal sendirian di ruang tamu,dia bingung harus ngapain dan berbuat apa,dia hanya terdiam sambil melihat-lihat sekeliking ruangan itu,jarak beberapa menit saja Mili sudah kembali ke ruang tamu untuk menemui Bowo."Mas mari saya antar untuk melihat taman belakang dan juga kamar nya Mas,siapa nama Mas?"Mili mengingat-ingat nama Bowo."Bowo Mbak!"sahut nya."Yah,itu dia."Mili dan Bowo berjalan beriringan,mereka tampak sedang berbincang,tapi entah apa yang di perbincangkan hanya mereka yang tau."Ini taman nya Mas!"ucap Mili memberi tau Bowo."Wah,gede banget Mbak,"sahut Bowo yang lagi-lagi kagum,karena taman belakang rumah Pak Kusuma sangat luas dan indah,taman yang penuh dengan bunga-bunga beraneka rupa dan warna,patung-patung yang unik dengan ukiran-ukiran indah."Dan itu patung-patung yang harus Mas perbaiki!"Mili menunjuk beberapa patung dengan bentuk seseorang yang membawa Bola dunia di tangan nya,dan juga masih ada patung-patung yang lain nya.Tapi Mak Ijah curiga dengan pakde Jono,karena untuk apa pakde Jono mengambil foto guci-guci di ruang tamu rumah majikan nya itu,Mak Ijah terus melanjutkan pekerjaan nya,seperti biasa Mak Ijah mengelap semua perabot yang berada di ruang tamu itu,lalu menyapu dan mengepel lantai nya hingga bersih,lalu Mak Ijah menyalakan wewangian elektrik yang di pasang di ruang tamu itu,agar ruang tamu selalu harum dan segar.Setelah Mak Ijah selesai membersihkan ruang tamu,dia pun menemui suami nya yaitu pak Tono yang sedang bersih-bersih rumput di halaman belakang."Pak,tau gak tadi Ibu lihat apa?"tanya Mak Ijah serius."Ya mana saya tau Bu,kan dari tadi bapak di sini,"jawab pak Tono yang masih sibuk dengan pekerjaan nya."Ibu tadi mergokin pakde satpam di ruang tamu pak,"sahut Mak Ijah serius."Terus kalau pakde satpam di ruang tamu kenapa Bu?"tanya pak Tono datar."Ya gak apa-apa sih pak,tapi yang aneh nya Ibu lihat,pakde satpam itu mengambil foto guci-guci mahal milik Den Bowo pak,"jawab Mak Ijah
Keesokan harinya setelah solat subuh Bowo pun mengecek kembali pintu gerbang rumah nya yang penyok itu,dia pun berfikir untuk memperbaiki nya dan memasang dengan bahan yang lebih tebal lagi,lalu datanglah pakde Jono yang menghampiri Bowo."Orang-orang itu kurang ajar sekali ya Le,"ucap pakde Jono yang berdiri di samping Bowo sambil menatap pintu gerbang yang penyok itu."Iya pakde,tapi yang buat saya bingung untuk apa mereka melakukan ini semua kepada saya?"sahut Bowo yang bingung dan bertanya-tanya sendiri."coba kamu ingat-ingat lagi,apa ada orang yang pernah kamu sakiti Le?"tanya pakde Jono serius,Bowo pun terdiam sejenak dan dia mengingat-ingat nya,tapi karena tidak pernah ada orang yang dia sakiti,maka dia pun bingung lagi."saya tidak pernah menyakiti siapa pun pakde,"jawab Bowo penuh keyakinan."kamu yakin Le?"pakde Jono pun meyakinkan sekali lagi."iya pakde saya yakin,"sahut Bowo dengan jelas.Dan mereka pun terdiam masih memandangi pintu gerbang itu,terlihat pakde Jono yang
"bagaimana Dok, Abah sakit apa?" tanya Bowo serius."Beliau kurang tidur Mas, dan banyak fikiran,"jawab Dokter Bram serius, mendengar Jawaban Dokter Bram seketika Bowo pun menarik nafas berat."Lalu bagaimana Dok?" tanya Bowo yang meminta solusi pada Dokter Bram."Saya akan berikan obat nya nanti, karena kondisi beliau sangat lemah, maka saya infus gak apa-apa ya Mas?" tanya Dokter Bram yang meminta persetujuan dari Bowo."Ok Dok,lakukan yang terbaik agar Abah sehat kembali Dok!" jawab Bowo tegas."Ok," dan dengan cekatan Dokter Bram pun memasang selang infus di tangan Abah Jaya karena Dokter Bram sudah mempersiapkan semua nya sebelum nya.Terlihat Abah Jaya yang sudah pasrah dengan apa yang Dokter itu lakukan karena beliau sudah merasa tubuh nya sangat lemah, Abah Jaya memang tidak pernah tidur sepanjang malam sejak Bulan sang putri kesayangan nya itu meninggal, beliau tidak henti-henti nya berdo'a dan berzikir setiap hari,beliau meratapi nasib nya yang kini hanya tinggal seorang dir
"Mili juga ikut dalam proyek itu,apa aku gak salah dengar?"tanya Seto kepada kedua teman nya itu."iya bro,mereka satu tim,"jawab Nero yang tau banyak tentang proyek itu."lalu apa peran cowok kampung itu di proyek pembangunan jembatan itu,apa elu tau Nero?"tanya Seto serius."dia punya peran penting di sana bro,"jawab Boy menimpali nya."ya apa peran dia di sana to*ol,"sahut Seto sambil menoel kepala Boy,hingga Boy nyengir kesakitan,karena dia menoel nya dengan kasar."yang gue tau,Bowo itu punya keahlian dalam bidang desain patung dan bangunan yang berskala besar,jadi dia bisa di bilang punya peran utama di proyek itu,"sahut Nero serius."oh,jadi dia punya keahlian,ok lah kalau begitu,kita lihat saja nanti,apa dia akan bertahan sebagai Mahasiswa teladan di kampus ini,"ucap Seto dengan tatapan bengis nya.Entah dendam apa yang Seto pendam kepada Bowo sehingga dia sebenci itu kepada Bowo,setelah itu mereka bertiga pun kembali ke kelas mereka untuk mengikuti mata kuliah.Sementara itu
Keesokan hari nya Bowo bangun seperti biasa nya,dia mulai menjalani aktifitas pagi nya seperti biasa,walau tetap saja bayang-bayang sang istri tercinta masih terus teringat namun dia berfikir untuk tidak terus-terusan larut dalam duka,pakaian rapi dan juga wangi sudah Bowo kenakan pagi itu,karena dia akan menjalani aktifitas nya di kampus lagi."selamat pagi Den Bowo!"sapa Mak Ijah dengan ramah."pagi Mak,"balas Bowo sama ramah nya."pagi ini mau sarapan apa Den?"tanya Mak Ijah yang berdiri di samping Bowo dengan sapu dan lap di tangan nya."saya sarapan di kampus saja Mak,soal nya saya buru-buru,"sahut Bowo sambil merapikan lagi pakaian nya."oh ya sudah kalau begitu Den,hati-hati di jalan ya Den,semangat!"ucap Mak Ijah yang memberikan semangat pada Bowo sang majikan."terima kasih Mak,"sahut Bowo yang tersenyum kepada Mak Ijah.Setelah itu Bowo berpamitan kepada Mak Ijah dan lalu dia melangkah keluar menuju ke garasi Mobil nya,tapi saat sampai di garasi ternyata pakde Jono sudah men
Hari-hari telah Bowo lewati dan minggu pun telah berlalu begitu cepat,tidak mudah bagi Bowo untuk melupakan semua kenangan indah nya bersama Bulan,setiap hari Bowo selalu mendatangi makam istri tercinta nya,sehingga makam Bulan selalu terlihat segar dan wangi karena di taburi bunga-bunga yang harum di setiap hari nya oleh Bowo.[["sayang,Mas yakin kamu sudah bahagia di sana,beristirahat lah dengan tenang sayang,tunggu Mas di surga ya sayang,"]] gumam Bowo dalam hati seraya menaburkan bunga mawar yang telah di beri wewangian.Tak lama kemudian datang juga Abah Jaya yang di temani oleh Bik Inah,dengan langkah yang sudah mulai lemah Abah Jaya di tuntun Bik Inah menuju ke makam."Nak Bowo ada di sini juga?"sapa Abah Jaya yang bertanya dengan lirih dan lalu Bowo pun menoleh kan pandangan nya menuju sumber suara."Abah!"sapa Bowo kembali yang lalu mencium punggung tangan Abah mertua nya itu."sudah lama kamu di sini Nak Bowo?"tanya Abah Jaya."lumayan lama Bah,karena di rumah sedang tidak a
Setelah beberapa menit berlalu,akhir nya Mobil jenazah pun sampai di rumah duka,suasana haru sudah menyelimuti kedatangan jenazah Bulan,begitu juga dengan Abah Jaya yang sudah tidak bisa berkata apa-apa,di temani saudara dan juga sahabat nya pak Kusuma,beliau hanya terdiam dan terus-terusan berzikir agar diri nya kuat.Suara sirine Ambulance yang sebelum nya terdengar sangat lantang,kini suara itu telah terhenti,Abah Jaya mulai keluar dari dalam rumah nya,beliau menghampiri peti jenazah sang putri tercinta nya itu."Anak Abah,Neng cantik!"ucap Abah Jaya yang sudah bercucuran air mata.Setelah itu peti jenazah pun mulai di masuk kan kedalam rumah duka,susana haru sudah mulai terlihat,sahabat dan semua pekerja Bulan sudah menangis sedih,mereka semua meratapi kepergian sang majikan muda nya itu,sungguh hal yang tidak mereka sangka,hari bahagia Bulan berubah menjadi duka cita.makin "Nak Bowo,iklas kan Nak Bulan,agar kepergian nya tidak terbebani,Abah sudah pasrah dengan ini semua,"ucap A
Hari telah berganti,sepekan sudah Bulan terbujur koma di rumah sakit,sejak hari itu juga Bowo belum sehari pun pulang ke rumah nya,banyak dari para sahabat termasuk Bu Salsa dan juga kedua rekan Arsitek nya itu datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bulan,para Asisten rumah tangga mereka pun juga bergantian menjenguk ke rumah sakit."Bowo,kamu harus sabar,kami do'a kan semoga Bulan cepat sadar dari koma nya dan cepat sembuh kembali!"ucap Bu Salsa yang saat itu berada di rumah sakit."Aamiin Bu,terima kasih Ibu dan bapak semua sudah berkenan hadir untuk menjenguk istri saya!"sahut Bowo yang saat itu masih sedih,namun tidak selesu sebelum nya."sama-sama Bowo,kami ini kan rekan kerja Bulan,kami juga sudah sangat rindu dengan kebersamaan kita di proyek,"Tama menimpali nya."betul sekali Bowo,"sahut Boby yang juga membenarkan kata-kata Tama.Suport dan dukungan untuk Bowo telah rekan-rekan nya berikan,begitu juga do'a-do'a yang tiada henti dari para penjenguk,tidak hanya sahabat dan rekan
Sambil menangis dan memukul-mukul kan kepalan tangan nya dengan pelan ke dinding,Bowo pun meratapi nasib pernikahan nya,dia tidak ingin kehilangan orang yang di sayangi untuk kedua kali nya."Nak Bowo sabar ya,semua ini sudah takdir Tuhan Nak!"ucap pak Kusuma seraya mengusap punggung Bowo dengan lembut."Mas harus sabar,Mas tidak boleh seperti ini,lebih baik Mas ambil air wudu dan berdo'a kepada Allah minta kelancaran operasi nya Bulan!"sahut Mili yang ikut memberi kan nasehat kepada Bowo.Mendengar nasehat-nasehat dari orang terdekat nya,lantas Bowo pun mulai menarik nafas panjang dan lalu mengusap air mata nya."Mbak Mili benar,sebaik nya saya ambil air wudu dan berdo'a untuk istriku,saya permisi!"dan Bowo pun melangkah dengan cepat menuju ke Musola yang ada di rumah sakit itu,niat Mili ingin mengikuti Bowo,namun pak Kusuma mencegah nya."jangan Nak,biyar kan Bowo sendiri!"ucap pak Kusuma yang lalu menghentikan langkah Mili."iya Nak,mungkin Bowo butuh sendiri,saya bingung jika suda