Share

Bab - 06. Bowo kehilangan orang yang paling di cintai

Bowo sudah mulai mengerjakan renofasi taman seperti yang di instruksikan oleh Mili anak Pak Kusuma,dengan penuh semangat dan keseriusan Bowo mengerjakan tugas nya,meski dia seorang diri,tapi semangat nya luar biasa,Bowo yang tidak memiliki keahlian di bidang ukiran tapi dia mampu mengerjakan nya dengan baik dan rapi,bahkan Bowo juga menata taman dengan indah dan rapi.

Mili yang saat itu sedang berada di balkon kamar nya,dia terkejut melihat perubahan taman belakang yang begitu rapi dan indah ketika di lihat dari atas,Fikiran Mili pun mulai menebak-nebak,apa iya kalau Bowo itu hanya lulusan SMK (sekolah menengah kejuruan)?,Mili pun penasaran dan turun untuk menemui Bowo.

Sesampai di bawah,Mili tidak menemukan Bowo,dia mencari-cari ke sudut-sudut taman,dan ternyata Bowo sedang ngulik sesuatu di belakang tembok sebuah patung.

"Mas Bowo lagi ngapain?"tanya Mili yang lagi-lagi tertegun melihat hasil karya Bowo,ternyata si Bowo sedang membuat Lukisan pegunungan.

"Eh Mbak Mili,ini saya lagi bikin gambar Mbak!"jawab Bowo yang senyum-senyum tersipu.

Mili terdiam,dan hanya memperhatikan hasil dari Lukisan yang Bowo buat,dia melihat nya dengan detail.

"Mas Bowo serius lulusan SMK?"tanya Mili serius.

"Iya Mbak,maka nya saya cuma bisa kerja jadi kuli,"jawab Bowo dengan sopan nya.

"Mas Bowo punya bakat lho sebenar nya,kenapa gak di kembangin saja Mas?"lagi-lagi Mili mengajukan pertanyaan yang membuat Bowo bingung menjawab nya.

"Anu Mbak,saya sih mau mengembangkan,tapi kan butuh biaya banyak,Ibu saya sudah tua Mbak,jadi saya tidak mau ngebebani orang tua saya,"jawab Bowo yang menjelaskan keadaan nya di kampung.

"Oh,orang tua Mas sama siapa di kampung?"tanya Mili penasaran.

"Sendiri Mbak,Ibu saya sudah sepoh(tua) Mbak,"jawab Bowo yang tiba-tiba teringat Ibu nya di kampung.

"Kasihan ya!"sahut Mili sedih.

"Saya orang gak punya Mbak,rumah saya di kampung cuma rumah reot dari  bambu,tapi walau begitu saya tetap bersyukur,ini makanya saya kerja di Kota biyar bisa bantu Ibu saya Mbak!"ucap Bowo melas.

"Kamu hebat Mas Bowo,jarang lho ada pemuda yang mau bekerja keras seperti Mas ini,"

"Ya kalau saya gak bekerja keras,saya mau makan apa Mbak,"sahut Bowo lagi.

"Iya,bener banget Mas."

Bowo dan Mili mulai menikmati obrolan mereka,mulai dari cerita tentang pengalaman bekerja,keluarga,hingga hubungan asmara Bowo yang selalu gagal gara-gara dia orang tidak punya,semua Bowo ceritakan pada Mili anak Pak Kusuma.

Kali ini Mili merasa puas dengan kerjaan Bowo,padahal sebelum nya dia sangat menyepelekan Bowo,karena Mili melihat dari tampang dan penampilan Bowo saja.

Setelah berbincang cukup lama,Mili pun pamit pada Bowo untuk kembali ke dalam rumah,sedangkan Bowo kembali melanjutkan pekerjaan nya,Mili menghampiri papa nya yang sedang istirahat di kamar,dengan sangat hati-hati Mili membuka pintu kamar Pak Kusuma,dia fikir papa nya sedang tertidur pulas,tapi nyata nya Pak Kusuma sedang di teras balkon memperhatikan Mili dan Bowo.

"Lho papa kok gak tidur?"sapa Mili yang membuat papa nya langsung menoleh.

"Papa sedang menikmati udara segar dan pemandangan yang indah sayang,"jawab Pak Kusuma seraya tersenyum.

"Pemandangan indah apa pa?"tanya Mili yang penasaran dan ikut melongok dari Balkon,dan yang terlihat adalah Bowo yang sedang bekerja,"maksud papa Mas Bowo itu pemandangan yang indah ya ..pa,ck..ck..ck..,"Mili pun berdecak.

"Iya,tapi ketika tadi Bowo berdua dengan kamu sayang,"jawab Pak Kusuma seraya terkekeh.

"Iihhh..papa,apaan sih papa ini,oh iya pa,...Mili mengajak papa nya duduk di kasur empuk milik papa nya dan setelah kedua nya duduk,Mili mulai bicara lagi,"papa tau gak hasil kerjaan Mas Bowo,keren banget pa,dia juga pandai melukis lho pa,taman dan patung-patung koleksi papa,setelah ini akan terlihat lebih indah dan rapi dari sebelum nya!"ucap Mili panjang lebar memberi tau papa nya.

"Sudah papa duga,dia itu pandai,hanya saja dia tidak bisa berkembang karena keterbatasan Ekonomi nya,"sahut Pak Kusuma.

"Apa mungkin kita bisa bantu dia pa?"Mili mengusulkan dengan nada bicara agak ragu.

"Bisa,kita pasti bisa bantu dia,"sahut Pak Kusuma dengan semangat.

****

Sejak saat itu Bowo mulai mendapat perhatian lebih dari Pak Kusuma dan Mili,karena Pak Kusuma ingin membantu Bowo untuk melanjutkan Kuliah di sebuah universitas ternama di Ibu Kota itu.

"Saya tidak mimpi kan pak ini?"tanya Bowo yang berkaca-kaca.

"Tentu tidak,kamu akan saya bantu untuk mengembangkan bakat kamu,ambillah Kuliah jurusan Arsitektur,dan kamu nanti bisa bekerja sama dengan anak saya Mili!"ucapan Pak Kusuma membuat Bowo sujud syukur dan menangis.

"Alhamdulillah ya Allah,terima kasih Pak,dan Mbak Mili,"tak henti-henti nya Bowo mengucap syukur kepada sang Khalik.

"Besok biyar pak supir mengantar kamu untuk mengambil Ijazah dan bawa Ibu kamu ke sini!"dengan senyuman Pak Kusuma pun meminta Bowo agar membawa Bu Mini untuk ikut serta ke Jakarta.

"Jadi saya boleh bawa Ibu saya juga Pak?"tanya Bowo dengan senyum merekah di bibir nya.

"Iya Bowo."

Mendengar jawaban Pak Kusuma Bowo kembali bersujud syukur dan berdo'a,dia sangat bahagia,karena dia akan tinggal bersama Ibu nya,dan Bu Mini  tidak perlu lagi berjualan tape keliling.

****

Pagi itu angin berhebus sangat kencang ketika Bowo memasuki Kota tempat tinggal nya,Bowo yang di antar Pak To supir pribadi Pak Kusuma,dia merasa gelisah.

"Angin nya kok kenceng amat ya Mas!"ucap pak To yang sedikit agak ngeri.

"Iya pak,kita berhenti dulu aja pak di depan toko yang kosong itu!"sahut Bowo yang juga merasa kawatir.

"Baik Mas,untung nya gak hujan ya Mas,"ucap pak To yang sudah menepikan mobil nya di depan sebuah Toko yang sudah tutup.

"Iya pak,tapi tumben amat ini angin kenceng begini,biasa nya gak begini,"sahut Bowo yang urung saat hendak menyalakan rokok nya,karena api dari pemantik mati terus di terpa angin.

"Apa masih jauh rumah nya Mas?"tanya pak To.

"Masih 1 jam lagi pak,kan saya bukan di kota nya,tapi saya di plosok pak!"jawab Bowo yang meringis karena ngeri melihat kencang nya angin.

"Oh, iya Mas."

Hampir 30 menit mereka berdua menepi,dan akhir nya sedikit demi sedikit angin itu mulai berhenti dan keadaan Normal kembali,pak To dan Bowo pun melanjutkan perjalanan mereka menuju kampung tempat kelahiran Bowo.

Satu jam sudah berlalu dan sampailah Bowo di kampung halaman nya,dengan perasaan senang Bowo menyiapkan semua oleh-oleh yang di bawa nya untuk Bu Mini dan juga tetangga nya.

Tapi mobil yang Bowo kendarai seketika berjalan agak lamban,karena mereka melihat deretan bendera kuning di sepanjang jalan,seribu tanya terbersit di dalam benak Bowo,siapa kira-kira yang meninggal di kampung nya itu?...

Kampung nya Mas ada yang meninggal ya?"tanya pak To agak ragu.

"Iya pak,tapi siapa ya yang meninggal?"jawab Bowo yang bertanya-tanya juga.

Perasaan hati Bowo mulai tidak karuan,dia melihat para pelayat itu menuju ke arah rumah nya,dada Bowo mulai sesak ketika semakin dekat dengan rumah nya.

"Ibu..? ini tidak mungkin,"gumam Bowo.

"Kita berhenti di mana Mas?"tanya pak To.

Orang-orang di sekitar sudah mulai mengalihkan perhatian nya pada mobil mewah yang Bowo kendarai,semakin dekat mobil Bowo dengan pelataran rumah nya,Bowo sudah tidak tahan penasaran ingin tau siapa yang meninggal.

"Berhenti pak!"Bowo langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah nya,seketika tangis Bowo tumpah ruah,hati nya serasa di sambar petir di siang hari,dada nya berdegup kencang,pikiran nya sudah tidak karuan.

"Ibu...Innalillahi wa inna ilaihi rojiun,Ibuuuu...,Bowo berhambur mendekati Jenazah Ibu nya yang sudah terbujur kaku,maafin Bowo Bu,maafin Bowo...,"tangis Bowo pecah sejadi-jadi nya seraya memeluk Jenazah Ibu nya.

Bowo tersungkur di samping Jenazah Ibu nya,dia merutuki diri nya sendiri yang begitu bodoh karena telah meninggalkan Ibu nya seorang diri.

"Mas harus sabar,ini sudah kehendak yang Kuasa,ikhlaskan ya Mas!"pak RT di kampung itu menenangkan Bowo yang masih sesenggukan,walau dia laki-laki,tapi tetap saja kehilangan orang tua pasti sedih,jadi jika Bowo menangis itu sah-sah saja.

"Mas Bowo apa sudah lupa sama Mbok Mini,sampai sakit saja Mas gak pulang,"ucap Lastri anak pak RT.

"Bukan saya lupa Mbak,tapi ponsel saya hilang,tas pakaian saya juga hilang,saya bingung tidak punya nomor telefon siapa-siapa!"sahut Bowo yang menyesali kecerobohan nya sendiri.

"Ya sudah,cerita nya nanti saja,sekarang kita urus dulu Jenazah Mbok Mini!"kata pak RT yang memutus obrolan Bowo dan Lastri.

"Baik pak."sahut Bowo seraya dia seka air mata nya.

Suasana rumah Bowo semakin siang semakin ramai pelayat,Jenazah Bu Mini sudah mulai di makamkan,Bowo sudah tidak bisa berfikir apa-apa lagi,penyemangat hidup nya kini telah tiada,senyum ramah Bu Mini kini sudah tiada,wajah keriput nya kini sudah abadi di Alam sana,kini Bowo hanya tinggal sendiri.

Suasana pemakaman mulai sepi,para pelayat mulai meninggalkan area pemakaman,tapi Bowo masih tinggal dan berdiam diri di samping pusara Ibu nya.

"Bu..,maafkan Bowo,karena Bowo tidak menjaga Ibu dengan baik,padahal Bowo mau bawa Ibu ke Jakarta dan tinggal di rumah bagus,kenapa Ibu malah tinggalin Bowo sendiri,tapi Bowo berjanji,Bowo akan tunjukkan pada orang-orang kalau Bowo bisa sukses Bu,Bowo yakin Ibu senang melihat Bowo dari sana,"Bowo terus saja berbicara di depan pusara Ibu nya sambil dia usap-usap papan yang bertuliskan nama Ibu Mini.

Orang-orang di kampung Bowo mulai kasak-kusuk membicarakan Bowo yang pulang dengan mobil mewah,omongan-omongan yang bersifat poaitif dan negatif pun mulai terdengar,ada yang bilang Bowo cari pesugihan,ada yang bilang kalau Bowo ngrampok,jual Narkoba dan banyak lagi tuduhan-tuduhan yang di tujukan ke Bowo.

****

Malam itu warga sudah berkumpul di rumah Bowo untuk mengadakan acara Tahlilan,pak To pun ikut serta,Tahlilan berjalan dengan lancar dan seperti biasa jika ada yang meninggal pasti orang-orang di kampung akan berkumpul untuk melekan (begadang),tapi kali ini berbeda,orang-orang justru pulang lebih cepat dan di rumah Bowo kini hanya tinggal pak RT dan tetangga rumah Bowo yang sudah tua juga pak To supir pribadi pak Kusuma.

"Kenapa warga pulang cepat ya pak?"tanya Bowo pada pak RT.

"Mas sabar ya!,warga sekitar sini itu pikiran nya negatif sama Mas,karena Mas Bowo tiba-tiba pulang bawa mobil bagus!"jawab pak RT lirih.

Hening sejenak,yang ada hanya kepulan asap rokok yang memenuhi ruangan itu,sampai akhirnya Bowo buka suara lagi.

"Jadi mereka curiga saya gak bener ya pak?"jawab Bowo dengan raut wajah melas.

"Iya Mas,tapi sudahlah tidak usah di dengar!"sahut pak RT yang menenangkan Bowo,mendengar ucapan pak RT seketika Bowo menggelengkan kepala nya heran dengan pemikiran orang-orang di kampung nya.

"Mobil itu bukan punya saya pak,itu punya majikan saya!"ucap Bowo memberi tau pak RT dan orang-orang yang ngobrol di rumah Bowo.

Bowo mulai menceritakan apa yang terjadi pada nya selama di Ibu kota,termasuk pisah nya dia dengan Parto dan Roni,dengan jelas dan gamblang Bowo bercerita,dan meluruskan semua kesalah pahaman warga,hal itu pun di benar kan oleh pak To supir yang mengantar Bowo pulang.

"Jadi Mas Bowo mau ke kota lagi?"tanya pak RT.

"Iya pak,dan tolong sampaikan maaf saya pada warga karena sudah membuat mereka salah paham!"ucap Bowo dengan nada sopan.

"Iya Mas,tapi kalau sukses jangan lupa sama kita Mas!"sahut pak RT sedikit di sertai candaan.

"Ini kampung kelahiran saya pak,sampai mati saya tidak akan lupa,"sahut Bowo lagi.

"Betul banget Mas,lha tapi rumah nya jadi kosong Mas!"ucap pak RT.

"Saya mau mewakafkan rumah ini untuk di bangun Mushola saja pak,dan saya mewakafkan atas nama Ibu saya!"

Pak RT dan beberapa orang di situ saling pandang,dan seakan tidak percaya dengan apa yang Bowo ucapkan.

"Mas Bowo serius?"tanya pak RT meyakinkan sekali lagi.

"Saya serius pak,dan biyar ini menjadi amalan Ibu saya,"jawab Bowo yakin.

"Alhamdulillah ya Allah,semoga apa yang menjadi niat Mas Bowo dan Almarhum Mbok Mini bisa menjadi berkah untuk kelancaran usaha Mas Bowo nanti nya,"

"AAMIIN...

Serempak mereka mengamini apa ucapan pak RT,kenapa Bowo berfikir seperti itu,karena Bowo ingin membalas budi kepada Ibu yang telah merawat nya sejak kecil.

****

Niat baik dan ketulusan Bowo pun di sampaikan oleh pak RT kepada warga,dan mereka para warga menerima dengan baik niat tulus Bowo,meski ada saja yang mencibir tapi itu sudah biasa,karena pemikiran orang itu berbeda-beda,Bowo pun tidak ingin ambil pusing.

Setelah semua selesai Bowo pun kembali ke Ibu kota dengan membawa kenangan indah bersama Ibu nya,dia bawa foto hitam putih milik Ibu nya yang hanya tinggal satu-satu nya yang tertinggal di rumah.

"Mas yang sabar ya!"ucap pak To yang fokus melajukan mobil nya.

"Pasti pak,saya sudah ikhlas pak,karena Allah lebih sayang sama Ibu saya,"sahut Bowo dengan raut wajah  yang tampak lesu.

"Syukurlah Mas kalau sudah ikhlas,fokus saja sekarang pada cita-cita Mas Bowo!"pak To memberi semangat pada Bowo.

"Iya pak, pasti."

Bowo menghela nafas lega,walaupun kini dia hidup sendiri,tapi buat nya itu tidak jadi masalah,karena dia seorang lelaki,jadi dia harus kuat.

Perjalanan Bowo dan pak To masih membutuhkan banyak waktu lagi untuk sampai di tempat tujuan,Bowo yang sudah kelelahan pun dia tertidur pulas,dan membiyarkan pak To sendiri menikmati lampu-lampu sorotan mobil yang melintas berlawanan arah dengan nya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
hanny putri
cerita natural mengalir enak dibaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status