Rasa nyeri menyerang bagian bawah tubuhnya ketika Jenna membuka mata. Dia mendesis dengan kening berkerut."Sakit," keluhnya dengan wajah meringis. "Mamaaa.""Sayang, maafkan aku. Masih sakit banget ya?"Bukannya sang ibu yang memenuhi pandangan Jenna, melainkan Kala. Dia langsung menepis tangan pria itu tanpa sadar."Jangan deket-deket! Kamu jahat!" teriaknya. "Mamaaa! Kala jahat!""Jen, jangan begitu sama suami kamu," tegur Bu Via yang ternyata berdiri di sisi ranjang Jenna yang lain. Tidak, lebih tepatnya ranjang rumah sakit.Jenna melihat tangannya yang diinfus dan bajunya yang sudah berganti dengan pakaian rumah sakit."Aku minta maaf. Tapi itu kan...""Aku kan udah bilang, berhenti dulu! Sakit banget tahu nggak! Nanti dilanjutin lagi kalau aku udah nggak merasa sakit lagi," sentak Jenna dengan wajah kesal.Kala membelalak. "Mana bisa begitu? Kepalanya udah masuk. Nanggung dong.""Aku nggak mau tahu! Rasanya kayak dibelah hidup-hidup! Kamu jahat banget sih? Kamu sebenarnya pakai
Sesuatu yang tidak Rangga pahami ketika beranjak dewasa adalah, tidak semua hal berjalan sesuai dengan rencana yang selama ini telah disusun secara matang. Semua yang kita lakukan akan mendapatkan konsekuensinya. Entah itu baik, atupun jahat.Selama hidup, orangtua Rangga tidak peduli dengannya. Tidak mau tahu apakah dia sudah terdidik dengan baik atau memberi tahu bagaimana caranya dunia bekerja.Yang hanya Rangga tahu adalah bagaimana caranya bersenang-senang dan melakukan apapun semaunya. Tapi, dia tidak akan menyangka bahwa kesenangannya selama ini harus berakhir secara mengenaskan. "Mas, aku melihat Pak Kala dan Pak Bayu di depan ruangan IGD." Fera menatap Rangga dengan ragu.Senyum puas tersungging di bibir Rangga. Merasa bahwa Tuhan begitu adil karena akhirnya Kala mendapatkan balasan setelah membuatnya celaka.Setelah dipecat, Rangga langsung keluar dari hotel dengan hati dongkol bukan main. Dia berjanji akan membalas rasa sakit hatinya karena dipermalukan. Tapi di tengah per
Sejak dulu, Kala selalu diiming-imingi dengan surga dunia oleh teman-temannya. Surga dunia yang mereka raih dari berhubungan badan dengan kekasih mereka di luar ikatan pernikahan. Bukan hal yang tabu lagi, mengingat orang-orang di negara ini sudah dipengaruhi oleh budaya barat.Tapi bagi Kala, dia tidak mau mencoba-coba surga dunia yang terlihat menggiurkan itu dengan sembarang wanita. Meskipun dia dan keluarganya memiliki darah kaukasoid, tapi tidak ada satupun dari orangtuanya dan paman-pamannya yang melakukan seks di luar nikah.Well, kecuali Om Aleksei. Pria yang begitu memuja ibunya Kala, yang notabene adalah adiknya sendiri. Ayahnya kerap marah-marah jika Om Alek berkunjung karena rindu dengan ibunya.Bukan apa-apa, Kala dan keluarganya tidak ingin sejarah kelam dari kakek-neneknya terulang kembali. Berhubungan dengan mantan kekasih, yang berdampak pada hancurnya ikatan pernikahan mereka dan pertumpahan darah yang melenyapkan Angelica, ibunya Om Ethan, alias sang pelakor. Dan te
Rasa panik seringkali membuat seseorang melakukan tindakan yang bodoh. Termasuk Jenna. Tangannya refleks meraih pegangan pintu, namun langsung ditepis oleh Kala."Mau ngapain?"Jenna melepaskan bekapan tangan Kala di mulutnya. "Mau ngecek pintunya udah terkunci atau belum. Kalau mereka masuk ke sini gimana? Aku takut."Kala berdecak. Pria itu menarik tangan Jenna menjauhi pintu dan membawanya ke ranjang. Seluruh tubuh Jenna gemetaran. Bayangan Septi yang dibius oleh para pria itu membuatnya benar-benar ketakutan. Kalau saja dia tidak ditarik oleh Kala, mungkin dia yang akan berada di posisi itu."Sebentar, kok baju yang dipakai Septi itu kayak punyaku ya? Aku baru ingat kalau baju itu cuma ada satu dulu." Jenna mendongak untuk menatap Kala yang masih berdiri.Pria itu terlihat menimbang-nimbang sesuatu, sebelum akhirnya ikut duduk di sebelahnya."Pertanyaan yang jauh lebih penting adalah, kenapa kamu tetap nekat datang setelah tahu Meta itu gimana? Kamu mau digilir rame-rame sama mere
Sudah siang hari, tapi Jenna masih belum beranjak dari ruang tamu. Sesekali dia melihat ke arah pintu yang sengaja dibuka, lalu kembali melihat layar ponselnya yang sepi. Tidak ada tanda-tanda Kala mengirimkan pesan. Tidak juga ada tanda-tanda pria itu datang.Dulu, meskipun Jenna sudah terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Kala, pria itu tetap bandel mengiriminya pesan dan itu sangat mengganggunya. Jadi, dia mengarsipkan chat Kala agar bisa hidup dengan tenang.Tunggu, arsip?"Ya Tuhan! Bego banget aku," gumamnya.Dia buru-buru menekan simbol arsip dan memindahkan chat Kala ke luar. Ada ribuan pesan yang menumpuk, membuat matanya membelalak."Gila, banyak banget?" Kalau saja dia sedang berada di rumah Kala, maka dia tidak perlu repot-repot untuk menunggu pria itu. Buat apa? Tapi, dia tiba-tiba saja terbangun di rumah orangtuanya setelah diantarkan pulang oleh Om Ethan. Kenapa Kala tidak mencarinya? Atau paling tidak, menelponnya atau mengiriminya pesan. Tidak biasan
Selama bertahun-tahun, Rangga selalu mendengar cerita tentang Kala dari mulut Meta. Kala yang tampan, Kala yang seksi, Kala yang keren, Kala yang begini begitu, dan itu benar-benar membuatnya muak. Belum lagi ditambah dengan cerita dari Jenna mengenai betapa bencinya gadis itu pada Kala.Rangga pernah melihat foto pria itu di ponsel Meta yang diambil secara diam-diam. Dan sekarang, dia berhadapan langsung dengan pria tengil yang membuatnya jengkel. Apa keistimewaan laki-laki yang satu ini, sampai-sampai selalu menjadi topik bahasan dari dua gadis?Dan kemarin, Meta nekat ingin menjebak Kala dengan menggunakan obat perangsang. Dia tidak mengerti kenapa gadis itu tetap saja mengejar-ngejar Kala. "Rangga Aditya. Umur 28 tahun. Sering tidak masuk kerja tanpa alasan dan selalu bebas dari hukuman, karena memiliki affair dengan Bu Fera. Apa aku benar?"Seringai Kala membuat darah Rangga langsung mendidih. Sekarang, dia paham kenapa Jenna membenci pria ini. Wajah tengil Kala membuat orang la