Home / Zaman Kuno / Dari Pecundang Jadi Pahlawan / Bab 13. Pertarungan dengan Kapten

Share

Bab 13. Pertarungan dengan Kapten

Author: Casanova
last update Last Updated: 2025-09-04 18:11:32

Sorak-sorai para pengawas dan pekerja tambang menggema gegap gempita. Kerumunan itu menciptakan lingkaran manusia yang jadi pembatas hidup, mengelilingi Harvey dan sang Kapten di tengah. Para budak diliburkan pagi itu. Kapten sangat ingin memberikan “hiburan” pada mereka.

“Budak melawan Kapten?” salah seorang pengawas tertawa keras. “Ini akan jadi pertunjukan paling menggelikan!”

“Kurasa itu hanya akan berakhir brutal!” Rekannya menimpali.

“Mari kita taruhan,” ajak salah seorang memanaskan situasi. “Apakah dia mati, atau sekarat dihajar Kapten?”

“Mati!” Seseorang menyerahkan sekeping uang pada rekannya yang membuka pertaruhan dadakan.

“Sekarat!” Yang lain ikut serta.

Pertaruhan makin meramaikan suasana yang tak biasa di tambang itu.

Di tempatnya, Kapten mengayunkan tongkat besinya, memutarnya sekali di udara hingga terdengar suara mendesis. Senyum sinis melekat di bibirnya. “Kau benar-benar tak tahu tempatmu. Aku akan memberimu pelajaran berharga, agar kau tak lupa statusmu di sini!

H
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 14. Pendukung Jenderal Ravian

    Harvey diseret melewati koridor panjang tambang yang beraroma segala macam. Saat ia masuk ke dalam area kerja, puluhan budak lain menoleh ke arahnya. Itu pemandangan yang mengejutkan: puluhan pria dengan rantai di kaki mereka, tubuh penuh luka, wajah pucat dengan ekspresi datar dan lelah. Harvey melihat mereka seperti robot yang bergerak berdasarkan perintah.“Kerja! Atau kelaparan!” teriak seorang pengawas, kasar. Peringatan itu ampuh membuat semua orang kembali menggenggam alat untuk mengikis dinding gunung.Harvey tahu, ia baru saja dilempar ke neraka yang sesungguhnya. Sebuah pukulan di punggung, membuatnya terhuyung ke depan. Sebuah alat penggali dihentakkan ke dadanya. Sedikit sakit, tapi teriakan pengawas bermata tajam itu, memaksanya melupakan rasa sakit dan perih di sekujur tubuhnya.“Kerja!”Pria itu menunjukkan satu area tersendiri untuk dikerjakan Harvey. Jauh dari yang lain. Kejadian sebelumnya jadi pelajaran berharga untuk tidak tidak membiarkan Harvey dekat dengan peker

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 13. Pertarungan dengan Kapten

    Sorak-sorai para pengawas dan pekerja tambang menggema gegap gempita. Kerumunan itu menciptakan lingkaran manusia yang jadi pembatas hidup, mengelilingi Harvey dan sang Kapten di tengah. Para budak diliburkan pagi itu. Kapten sangat ingin memberikan “hiburan” pada mereka.“Budak melawan Kapten?” salah seorang pengawas tertawa keras. “Ini akan jadi pertunjukan paling menggelikan!”“Kurasa itu hanya akan berakhir brutal!” Rekannya menimpali.“Mari kita taruhan,” ajak salah seorang memanaskan situasi. “Apakah dia mati, atau sekarat dihajar Kapten?”“Mati!” Seseorang menyerahkan sekeping uang pada rekannya yang membuka pertaruhan dadakan.“Sekarat!” Yang lain ikut serta.Pertaruhan makin meramaikan suasana yang tak biasa di tambang itu.Di tempatnya, Kapten mengayunkan tongkat besinya, memutarnya sekali di udara hingga terdengar suara mendesis. Senyum sinis melekat di bibirnya. “Kau benar-benar tak tahu tempatmu. Aku akan memberimu pelajaran berharga, agar kau tak lupa statusmu di sini!H

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 12. Hukuman

    Pekerja yang tadi dipukuli telah mengalami banyak luka dan nyaris pingsan di sebelah pengawas yang lengannya bersimbah darah. Lalu terdengar suara dan derap langkah ramai menuju ke tempat mereka. Itu adalah para petugas dan pengawas tambang yang memeriksa apa yang terjadi di dalam.“Siapa—”Pengawas itu tak perlu bertanya lagi. Dia bisa lihat kalau Harvey yang telah melakukan tindakan seberani itu. Alat penggali itu masih digenggamnya kuat dan sorot mata penuh kebencian.“Kau sudah bosan hidup, rupanya!”Kemudian tiga pengawas menedang dan memukuli Harvey tanpa ampun. Tak ada pekerja lain yang peduli. Semua membalikkan badan dan kembali bekerja. Harvey mengingat itu dengan api amarah.***Guyuran hujan membuatnya sadar dan mencoba membuka mata. Tubuhnya menggigil keras. Tanda dia sudah lama terpapar hujan dan angin dingin. Rasa nyeri dan senut-senut di wajah, serta kesulitannya membuka mata, meyakinkannya bahwa wajahnya sudah tak berbentuk saat ini.“Kau gigih juga. Seperti kucing yan

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 11. Budak Tambang

    “Bangun! Kerja!”Petugas tambang menggebrak pintu ruangan itu. Membuat semua yang sedang istirahat terbangun dengan wajah terkejut. Begitu pula Harvey. Dia memang sudah cukup istirahat. Tapi tubuhnya makin lemah, sebab tak diberi makan sejak dia tersadar kemarin. Harvey juga tak melihat orang-orang sakit lain mendapatkan makaan kemarin.“Aku lapar, bisakah--”“Kerja dulu, baru makan!”Teriakan itu disertai pemukulan kayu ke dinding batu, membuat hati yang lemah, merasa kecut dan takut.Beberapa orang yang sudah sadar dan sanggup berdiri, segera berdiri. Kemudian berjalan secara otomatis ke pintu. Patuh tanpa suara. Harvey digebah untuk bangun, meski terhuyung-huyung.“Tak ada makan siang gratis! Semua harus kerja untuk makan!”Teriakan itu kembali terdengar dari ruangan berdinding batu lainnya, saat Harvey berjalan mengikuti barisan orang-orang. Mereka digiring ke mulut gua batu yang dapat dipastikan bahwa itu adalah pintu tambang. Beberapa orang keluar dari dalam sana dengan wajah ko

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 10. Kesadaran

    “Luka-lukanya sangat parah.”Seorang pria dengan penutup kain penutup wajah, yang berjongkok di sisi Harvey menggelengkan kepala. “Akan kulakukan sebisanya, dan tunggu hingga dua hari. Jika dia bisa melewati masa kritis ini, Maka kau bisa mempekerjakannya.”“Ini! Lakukan yang kau bisa!” Petugas tambang menyerahkan beberapa keping uang pada pria yang sudah kembali berdiri.“Aku akan kembali membawa beberapa keperluan khusus untuknya.”Petugas mengangguk sebelum orang itu pergi. Petugas itu lalu menoleh pada Harvey dan meludah sebal. “Merepotkan! Membuang-buang uang saja!” Lalu petugass itu juga pergi dan meninggalkan orang-orang sakit di sana.Hari ketiga perawatan.Harvey bangun dengan kernyit di dahi, disusul suara meringis. DIa mengamati tempat di mana dia baangun. Tempat kusam, buram, dikelilingi dinding batu kasar, seperti semacam gua buatan.“Tambang!”Pria itu akhirnya kembali mengingat tempat terakhir sebelum dirinya pingsan karena rasa sakit, kelaparan, dan kelelahan.“Aku mas

  • Dari Pecundang Jadi Pahlawan   Bab 9. Tambang

    “Keluar!”Penjaga menyeret tubuh Harvey, yang karena cedera, masih tak dapat berdiri dengan baik. Tapi tangannya tetap sangat terampil menyingkirkan kaki-kaki penjaga yang mencoba untuk menendangnya lagi.“Budak sialan! Kau terima lah nasib burukmu!” umpat seorang pria yang telah menunggu di luar ruang tahanan.“Seret dia!” perintah pria berwajah bulat kemerahan yang berdiri lebih jauh dan mengawasi dengan sorot mata penuh dendam. “Biar dia membusuk di sana!”Harvey kembali diseret. Tali yang mengikat tangannya terpaut pada belakang sebuah gerobak yang ditarik kuda. Dua penjaga melompat naik dan mulai menjalankan gerobak. Cukup cepat, hingga memaksa Harvey berjalan lebih cepat lagi agar tidak sampai jatuh dan terseret sepanjang jalan berbatu kasar.“Kalian tak manusiawi!” sungut Harvey yang harus menahan rasa nyeri hebat di dada. Dia yakin bahwa luka dalamnya sangat parah hanya dengan melihat membekas noda kebiruan di bidang dadanya.Bidang dada? Harvey terkejut saat menyadari. Tubuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status