Share

Bagian 169

Author: Puziyuuri
last update Last Updated: 2025-10-26 13:46:08

Kiria menghampiri Agung yang baru memasuki ruangan. "Apa maksud, Ayah?" tanyanya.

Agung hendak bicara. Namun, Sumi yang melihat wajahnya langsung menjerit histeris. Wanita itu menghambur ke arah Agung dengan wajah banjir air mata.

"Anda! Anda yang menolong saya dulu! Anda yang saya titipkan Nona!" seru Sumi antusias.

Alina merasakan debaran jantungnya semakin keras. Dia mendekat dengan langkah gemetar. Rasa-rasanya jarak dengan putrinya hanya tinggal sejengkal.

"Apa maksud, Bi Sumi? Apa Bibi mengenal bapak ini?"

"Iya, Nyonya. Bapak inilah yang menolong saya dulu, Nyonya. Bapak ini yang bertukar bayi dengan saya! Nona saya titipkan dengan beliau!" cerocos Sumi.

Alina menutup mulutnya. Gejolak dalam dada menyeruak. Dia mengenggam tangan Agung dengan gemetar.

"Pak, tolong katakan di mana putri saya ...."

Namun, justru Arya yang tengah merangkul bahu Kiria menyahut, "Dengan fisik yang semirip ini dengan Tante, masa masih belum dikenali juga?"

Kiria mencubit lengan Arya. "Ish! Janga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 172

    Arya dengan sigap menahan tubuh Kiria. Kepala sang istri yang lemas terkulai di bahunya. Lengan kokoh Arya melingkar pelan di pinggang Kiria, lalu menggendongnya. Dia melangkah cepat menuju pintu. "Kau mau bawa ke mana putriku?" sergah Bram seraya menarik lengan baju Arya. "Tentu saja, ke rumah sakit. Lepaskan saya, Pak Bram! Ria harus segera diperiksa dokter.""Tidak perlu."Arya, Kanania, dan Alina kompak melotot. Bram tak peduli. Dia menekan salah satu tombol di remote kontrol yang ada di meja. Terdengar suara berderak. Mereka pun kompak mengalihkan pandangan. Dinding yang tadinya dihiasi lukisan mahal bergerak ke arah berlawan. Ruangan serba putih dengan aroma antiseptik terpampang di depan sana. Seorang pria tampan berjas putih menghampiri Bram dan bertanya dengan santun, "Apakah Pak Bram merasa tidak enak badan hari ini?""Bukan aku, tapi putriku."Bram memberi isyarat pada Arya agar membawa Kiria memasuki ruangan. Arya menurut, lalu meletakkan istrinya di ranjang pemeriksaa

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 171

    "Kamu siapa?!" seru Bram setelah terpaku cukup lama. Riani masih melongo. Bahkan, air matanya tidak lagi mengalir saking kagetnya. Riani tahu tentang Bram dari Kanania. Putri bungsunya itu memang sangat mengidolakan sang raja akting. Melihat Bram yang begitu dielu-elukan kaum hawa menjadi pelaku penculikan, Riani tentu langsung syok. Dia mencoba mereka-reka kembali kegiatan seminggu bahkan sebulan belakangan. Mungkinkah seorang rakyat biasa sepertinya bisa bersinggungan dengan publik figur sebesar Bram? "Atau Nia pernah menyinggungnya?" gumam Riani dalam hati. "Tidak! Tidak mungkin! Nia, kan, penggemar berat pasti berhati-hati. Bahkan kata Nia, Bram tidak marah saat Kiria tidak sengaja jatuh ke pelukannya."Riani mengelus-elus dagu sendiri. Dia sesekali mengangguk-angguk. Riani tak menyadari wajah Bram yang sudah dipenuhi amarah. "Kamu siapa?! Kenapa bisa ada di sini!" seru Bram. Riani seketika terlonjak. Hampir saja, dia terguling dari kasur. Untunglah, tangannya sempat berpegan

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 170

    "Nia, tenang dulu. Jelaskan pelan-pelan," bujuk Agung. Kanania masih terisak untuk beberapa saat, lalu melanjutkan ceritanya, "Aku baru pulang sama Ibu dari belanja. Tiba-tiba ada banyak mobil di halaman. Banyak preman keluar dari sana langsung membawa Ibu," cerocos Kanania. "Iya, Nia. Ayah mengerti. Kami akan segera pulang."Kanania tak menjawab, hanya terdengar isakannya. Agung pun berniat pulang. Kiria, Arya, dan Alina ikut serta. Saat mereka tiba, rumah Agung sudah dalam keadaan berantakan. Kanania terduduk di teras dengan wajah berurai air mata. Begitu melihat ayahnya, dia seperti mendapat kekuatan, memeluk sang ayah dan menangis histeris. "Yah! Kita harus cepat lapor polisi! Jangan sampai Ibu kenapa-kenapa!" seru Kanania panik. "Iya, Nia. Ayo kita ke kantor polisi!" Agung sudah menarik tangan Kanania menuju mobilnya. "Tunggu, Yah!" sergah Arya. Langkah Agung dan Kanania terhenti. Mereka menatap Arya dengan alis berkerut. Arya menghela napas. "Penculik ini tiba-tiba berak

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 169

    Kiria menghampiri Agung yang baru memasuki ruangan. "Apa maksud, Ayah?" tanyanya. Agung hendak bicara. Namun, Sumi yang melihat wajahnya langsung menjerit histeris. Wanita itu menghambur ke arah Agung dengan wajah banjir air mata. "Anda! Anda yang menolong saya dulu! Anda yang saya titipkan Nona!" seru Sumi antusias. Alina merasakan debaran jantungnya semakin keras. Dia mendekat dengan langkah gemetar. Rasa-rasanya jarak dengan putrinya hanya tinggal sejengkal. "Apa maksud, Bi Sumi? Apa Bibi mengenal bapak ini?""Iya, Nyonya. Bapak inilah yang menolong saya dulu, Nyonya. Bapak ini yang bertukar bayi dengan saya! Nona saya titipkan dengan beliau!" cerocos Sumi. Alina menutup mulutnya. Gejolak dalam dada menyeruak. Dia mengenggam tangan Agung dengan gemetar. "Pak, tolong katakan di mana putri saya ...."Namun, justru Arya yang tengah merangkul bahu Kiria menyahut, "Dengan fisik yang semirip ini dengan Tante, masa masih belum dikenali juga?" Kiria mencubit lengan Arya. "Ish! Janga

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 168

    Wanita bernama Sumi itu menghambur ke arah Alina dan memeluk dengan erat. "Nyonya ... Nyonya ... akhirnya saya bisa ketemu Nyonya lagi," isaknya. Alina sempat termangu beberapa saat. Namun, perlahan dia balas memeluk Sumi. Tangannya mengusap lembut punggung yang gemetar. Johan seketika menelan ludah. Wajahnya memucat. Namun, dia dengan cepat mengubah ekspresi menjadi gusar. Telunjuknya mengarah lurus pada Sumi. "Dasar maling! Beraninya kamu kembali setelah kabur bawa perhiasan majikan!" bentak Johan dengan mata melotot. Alina melepaskan pelukan Sumi. Dulu, mantan asisten rumah tangganya ini memang tiba-tiba menghilang. Bersamaan dengan itu, dua set perhiasannya juga raib. "Saya maling? Keji sekali. Tuduhan Tuan!""Perhiasan istriku hilang saat kamu kabur," cecar Johan. Sumi terbahak-bahak. Senyuman sinis terukir di sudut bibirnya. Johan mengepalkan tangan melihat sorot mata yang mengejek. "Alina lihatlah dia! Apa kamu masih mau memelihara maling?"Alina tak menyahut. Dulu, saat

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 167

    "Ini ... tidak mungkin. Dokter, apa Anda tidak salah? Golongan darah putriku AB, bukan O," sergah Alina. "Maaf, Ibu. Kondisi saat ini sangat mendesak, kami tentu harus memeriksa golongan darah pasien dengan benar.""Tapi, saya memiliki golongan darah–""Dok, istri saya masih syok. Saya akan segera mencari donor darah untuk putri kami," potong Johan cepat. Alina masih ingin bicara. Namun, dokter sudah kembali masuk ke ruang operasi. Sementara itu, Johan malah pergi meninggalkannya sendirian di tengah kebingungan itu. Kiria dan Arya yang sejak tadi hanya memperhatikan dari jarak tertentu akhirnya memutuskan mendekat. Kiria memapah Alina yang hampir oleng menuju kursi tunggu di koridor. Dia membantu wanita itu duduk dan menunggu hingga Alina menjadi lebih tenang. "Yang sabar, ya, Tante," hibur Kiria. Alina mengangguk lemah. "Ini memang salahku. Aku terlalu sibuk bekerja, tidak terlalu memperhatikan cara didik Johan yang salah. Atasya jadi anak yang angkuh dan keras kepala."Kiria me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status