Share

Bagian 56

Penulis: Puziyuuri
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 21:42:31

Percikan wine membasahi sprei. Mantan manajer terus memaksa. Napasnya yang bau jengkol terasa menampar wajah. Kiria tak tahan lagi. Muntahan sambal goreng ati bercampur wine pun menyembur dari mulutnya, mengotori wajah dan seluruh tubuh mantan manajer genit.

"Perempuan sial*an! Apa yang kau lakukan?" umpatnya.

"Hoek hoek!" Kiria terus memuntahkan isi perutnya di lantai. Setelah puas muntah, dia balik mengomeli si manajer, "Jangan salahkan aku! Salahkan parfummu yang menyengat dan mulutmu yang bau jengkol itu. Ya ampun menjijikan sekali!"

"Kamu!"

"Apa? Hah? Makanya mandi yang benar? Badan bau kambing begitu sok kegantengan!"

"Kamu! Kamu! Benar-benar!"

Mantan manajer menunjuk Kiria dengan tangan gemetar. Amarahnya meluap. Perasaan pria itu menjadi buruk. Dia mendengkus, lalu pergi ke kamar mandi.

Kiria menghela napas lega. Perutnya masih terasa tak nyaman. Namun, aroma busuk si manajer sudah mulai mereda.

"Ck! Bau muntahku saja masih lebih mending dari dia," keluh Kiria.

Oleh karena si
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 61

    "Apa? Anak pungut?"Kiria mengalihkan pandangan pada Agung. Sorot matanya begitu tajam, menusuk, mencari kebenaran. Agung menghela napas. Dia mendekap sang putri dengan erat, sembari menggumamkan maaf beberapa kali."Kami memang mengadopsimu, Kiria. Tapi, bagi kami, kamu sama saja dengan anak kandung. Ibumu sudah menyusui kamu sejak bayi," jelas Agung."Halah! Memang kenapa kalau disusui? Tetap saja asal usulnya tidak jelas! Jangan-jangan anak haram yang dibuang di tempat sampah lagi," maki Mira. "Jangan mimpi kamu bisa bersaing dengan cucuku!""Cukup, Bu!" tegur Agung.Mira hendak berbicara lagi. Namun, Kanania kembali menatapnya penuh kebencian. Mira menggeleng tak percaya, hingga Kanania tiba-tiba melangkah ke arahnya."JIka hanya membuat keadaan semakin kacau, sebaiknya Nenek tinggal di kamar saja," sindir Kanania."Nia, kenapa kamu ... argggh!"Mira memegangi dadanya yang mendadak sakit. Tak ingin ibunya membuat masalah semakin besar, Agung memaksa Mira masuk ke kamar. Setelah me

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 60

    "Huaaa, Kakak jangan pergi! Kakak temani adek!" jerit bocah perempuan berumur 4 tahun itu.Dia terus memegangi lengan remaja perempuan berkepang. Si balita memang sangat dekat dengan kakak perempuan yang terpaut usia 10 tahun tersebut. Dia terus menempel manja dan enggan berpisah. Oleh karena itulah, dia marah ketika sang kakak ingin pergi sekolah.Si kakak perempuan berjongkok, menyamakan tingginya dengan sang adik. Dia mengusap kepala mungil dengan lembut. Jemarinya menyeka air mata dan ingus di pipi gembul."Nia, Sayang. Kakak mau pergi sekolah. Nanti, kita main lagi habis kakak pulang sekolah, ya," bujuk sang kakak lembut."Enggak mau! Nia mau ikut Kak Ria! Nia mau ikut sekolah!"Si balita menggembungkan kedua pipi. Sang kakak mencubit pipinya gemas. Dia mendadak ingin bolos saja. Namun, belum kesampaian ide nakalnya, sang ibu muncul sambil mendelik tajam dengan tangan menyilang di depan dada."Ria, cepat itu udah ditungguin Ayah lho.""Tapi Nia nangis, Bu.""Nanti ibu yang bujuk.

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 59

    "Tidak, Kiria! Adikmu sudah keterlaluan kali ini!" sergah Arya. "Iya, Ketua. Dek Nia harus diberi pelajaran," timpal Arlita. Dia meninju meja. Rasa geram tak bisa ditahannya ketika meliat ketua tim yang begitu rasional dan tegas bersikap lunak terhadap tindak kriminal. Apa yang sudah dilakukan Lusi dan Kanania dapat dipidanakan. Arlita tak sabar rasanya hendak memenjarakan mereka. Kiria menggeleng. Arya dan Arlita kompak melotot. Mereka mencoba meyakinkan Kiria untuk bersikap lebih tegas pada Kanania. "Kalau tidak diberi pelajaran, entah kejahatan seperti apa lagi yang bisa dilakukannya padamu, Ketua! Jangan-jangan dia mau bunuh Ketua lagi!" seru Arlita dengan menggebu-gebu. Arya mencoba melunakkan suaranya. "Kiria, tolong jangan melakukan sesuatu yang akan membahayakanmu."Kiria memejamkan mata sejenak. "Jika Nia terbukti terlibat, orang tua kami juga akan terkena imbasnya." Dia menghela napas berat. "Biar aku selesaikan secara pribadi saja di rumah. Ayah dan ibu tidak aka

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 58

    "Ada apa lagi, Sandi? Apa orang-orangmu tidak bisa mengatasi pengawal bayaran yang lemah itu?" ketus Arya. Sandi mengelap keringat di keningnya. Dia menelan ludah beberapa kali. Masalah di luar jelas tidak bisa diselesaikan dengan otot. "Kami tidak mungkin memukul para wartawan, Pak Arya." Arya mengerutkan kening. "Wartawan? Untuk apa wartawan datang ke tempat terpencil seperti ini?" Sandi menghela napas berat sebelum berbicara, "Sepertinya, Bu Lusi yang memanggil mereka, Pak." Sorot mata Arya semakin dingin. Kiria dan Arlita refleks berpelukan karena merasakan tekanannya. Arya berdeham, menarik Kiria ke arahnya, sehingga pelukan Arlita terlepas. Arya mengeluarkan ponsel. Jemarinya begitu lincah di layar. Kiria terbengong-bengong, melihat calon suaminya itu mengetikkan huruf-huruf dan simbol secara acak. "Mantap, Pak Arya! Bapak bisa meretas juga ternyata, cuma pakai hape lagi!" seru Arlita berapi-api. Matanya tampak berbinar-binar. Kiria seketika menepuk kening. Bisa

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 57

    "Argggh!" Erangan menyayat mengudara.Si pimpinan penjahat bergulingan di lantai sambil memegangi benda pusakanya. Ya, belum sempat dia menyergap, Arlita sudah melakukan tendangan dengan akurat pada titik lemah seorang pria. Si codet itu pun hanya bisa terus mengerang. Dia menelan ludah saat melihat Arlita menyeringai."Kau mau apa aduh! Aku minta ampun! Tolong jangan! Arggh!"Mata berkaca-kaca si penjahat sama sekali tak membuat Arlita iba. Dia tersenyum sinis. Kaki mungilnya menginjak-injak organ perkembangbiakan si penjahat dengan sepatu hak tinggi. Sandi yang tadinya merasa sangat cemas tiba-tiba menyesal sudah mengkhawatirkan gadis itu, lalu refleks mundur teratur."Sepertinya, perjalanan cinta Pak rehan akan penuh liku-liku," gumamnya dalam hati."Kerja bagus, Bu Arlita. Anggota tim calon istriku memang bukan kaleng-kaleng," puji Arya."Terima kasih banyak pujiannya, Pak Arya. Sebaiknya, kita cepat masuk dan selamatkan Ketua."Arya mengangguk. Dia memberi isyarat pada para penga

  • Dari Racun Jadi Istri Presdir Tampan   Bagian 56

    Percikan wine membasahi sprei. Mantan manajer terus memaksa. Napasnya yang bau jengkol terasa menampar wajah. Kiria tak tahan lagi. Muntahan sambal goreng ati bercampur wine pun menyembur dari mulutnya, mengotori wajah dan seluruh tubuh mantan manajer genit."Perempuan sial*an! Apa yang kau lakukan?" umpatnya."Hoek hoek!" Kiria terus memuntahkan isi perutnya di lantai. Setelah puas muntah, dia balik mengomeli si manajer, "Jangan salahkan aku! Salahkan parfummu yang menyengat dan mulutmu yang bau jengkol itu. Ya ampun menjijikan sekali!""Kamu!""Apa? Hah? Makanya mandi yang benar? Badan bau kambing begitu sok kegantengan!""Kamu! Kamu! Benar-benar!"Mantan manajer menunjuk Kiria dengan tangan gemetar. Amarahnya meluap. Perasaan pria itu menjadi buruk. Dia mendengkus, lalu pergi ke kamar mandi.Kiria menghela napas lega. Perutnya masih terasa tak nyaman. Namun, aroma busuk si manajer sudah mulai mereda."Ck! Bau muntahku saja masih lebih mending dari dia," keluh Kiria.Oleh karena si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status