Share

Dari Sahabat, Jadi Menikah
Dari Sahabat, Jadi Menikah
Author: Ndin (Seichiko17)

Bab 1

last update Last Updated: 2024-12-07 12:49:33

“Aw!” jerit Hanna ketika tubuhnya merasa tertekan oleh korset.

"Memang harus seperti ini, Nyonya Patricia berpesan korsetnya harus ditekan kuat agar tubuhmu terlihat lebih berbentuk," ujar Samantha si asisten Patricia, atau lebih tepatnya orang suruhan sang Ibu Mertua untuk mengerjai Hanna.

Dari pantulan di cermin, sudah jelas bahwa Samantha sengaja melakukannya. "Samantha, ini agak keterlaluan. Bukankah masih banyak bentuk gaun yang lain?"

Bibir Samantha menyeringai, dengan sarkas dia berkata. “Memang kenapa Nona Hanna, bukankah bagus jika perutmu terlihat rata. Tidak ada bayinya juga.”

Hanna menggelengkan kepala. Lihat betapa kurang ajar bibi tua ini. Sudah tidak sopan karena masih memanggil Nona, lalu menyiksa tubuh Hanna. Anak buah dan Nyonya sama saja!

Gaun sudah melekat sempurna, Samantha pergi turun untuk membayar. Waktu singkat itu Hanna pakai untuk melonggarkan sedikit jeratan korset.

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Hanna, Samantha dan Benny sang supir keluarga berhenti di pintu lobby sebuah restoran megah bergaya klasik.

Hanna berjalan sendiri menuju dalam lobby. Untuk acara seperti ini, Samantha tidak diperbolehkan masuk ke dalam.

Suara bising terdengar, dari meja bagian ujung Hanna melihat Patricia sedang berbincang dengan para sosialita. Langkah kaki Hanna semakin mendekat, kemudian beberapa orang menoleh ke arahnya.

"Bukankah itu menantu keluarga Owen? Astaga, langsing sekali. Membuatku iri saja," ujar seorang wanita yang rambutnya disasak tinggi bernama Aster.

Patricia tertawa, dia hendak menyahut namun ada suara dari wanita lain di sebelahnya.

"Aku pikir, Mikail menikah terburu-buru karena hamil duluan. Ternyata sudah berjalan dua tahun pun, Patricia belum juga menimang cucu, hohoho." Kali ini giliran Esme yang meledek.

Mata Patricia memincing, namun bukan ke arah kedua temannya itu. Melainkan ke arah Hanna yang sedang berjalan mendekat. Perempuan yang sejak dinikahi oleh putranya hanya bisa membuat malu keluarga.

Hanna dengar semua yang mereka bicarakan dan merasa harus membalasnya dengan cara yang elegan. "Selamat malam Mama, Bibi Aster, Bibi Esme," Hanna menyapa dengan senyum merekah yang lembut.

Esme maju mendekat. "Hay Hanna, bibi lihat tubuhmu makin langsing saja. Kapan kamu berencana untuk memiliki anak? Sudah dua tahun menikah harusnya kamu cek ke dokter, siapa tahu kalian berdua ada masalah kesehatan," ujarnya sok perhatian.

Bibir Hanna membentuk senyuman. "Aku dan Mikail akan memutuskan, kapan waktu yang tepat untuk memiliki anak." Hanna pura-pura berbalik untuk pergi, namun menoleh ke arah Esme lagi. "Oh iya, aku turut simpati kepada menantu bibi. Aku dengar dia harus konsul ke psikolog karena mengalami baby blues. Sepertinya bibi dan anak bibi kurang perhatian padanya."

Wajah Esme memerah.

Patricia benci setengah mati pada Hanna. Karena dia, putra pertamanya harus dipaksa menikah. Kenangan itu terus melekat pada otak Patricia. "Ayo kita ke depan," Patricia memberikan kode agar Hanna mengikutinya. Terserah Aster dan Esme mau berkomentar apa lagi tentang Hanna.

Tepat saat Hanna menuju depan, Mikail muncul dengan setelan jas hitam yang selalu membuat auranya bersinar sekaligus misterius. Mikail berjalan santai dan berdiri di sebelah Hanna untuk mendengarkan sambutan.

Malam ini pembukaan restoran milik keluarga Owen dan dipimpin langsung oleh Ayah Mikail, yaitu Tuan Louis Owen.

"Selamat malam semua, hari ini adalah pembukaan The Carino. Aku harap kalian semua bersenang-senang dan menikmati hidangannya. Pada malam ini juga, aku perkenalkan manager terbaik yang telah kupilih. Mari kita sambut..." Louis mempersilahkan seseorang untuk naik ke atas panggung.

Suara high heels terdengar begitu merdu menuju sebelah Louis. Hanna menoleh ke arah sumber suara. Seketika, langitnya terasa runtuh. Memori 5 tahun lalu berjejalan keluar dari kepala.

"Kenapa kalian putus?" tanya Hanna pada saat itu, di dalam mobil ketika Mikail mengantarnya pulang.

Setiap jumat malam, genk mereka selalu berkumpul. Genk yang berisi Hanna, Irene, Mikail dan Garvin. Selain karena kebiasaan rutin, malam ini mereka memiliki misi rahasia... Yaitu menghibur Mikail yang baru saja putus dari kekasihnya.

Saat berangkat tadi Irene yang menjemput Hanna, maka dia bersikeras tidak mau mengantar pulang. Mikail yang rumahnya searah jadi kena batunya.

"Anak kecil nggak perlu tahu urusan orang dewasa," jawab Mikail dengan wajah datar.

"Tapi usia kita hanya selisih satu tahun, huft!" Hanna menoleh ke luar jendela dan mendumel sendiri. Mikail terasa lebih kaku dibanding Garvin meski mereka telah bersahabat selama 7 tahun.

Pada akhirnya, misteri kenapa Mikail berpisah dengan kekasihnya tidak terjawab. Banyak yang menyayangkan karena keduanya tampak sangat serasi.

Malam ini... Freya adalah sosok yang baru saja berjalan anggun menuju atas panggung.

Degh! Jantung Hanna terasa nyeri. Tangannya mencengkeram tas berbahan kulit seharga ratusan juta hingga kukunya memucat. Dipandangi sosok Freya yang sedang tersenyum manis di sebelah Louis. Lalu beralih melirik ke arah Mikail.

Anehnya, Mikail hanya menatap datar tanpa merasa terkejut. Apa itu artinya dia sudah tahu jika Freya akan bekerja di tempat ini?

Mendadak rasa mual menyerang Hanna. Ditengah hiruk pikik orang-orang yang memuji Freya, dia memutuskan untuk berjalan keluar ruangan dengan langkah gemetar.

Sepasang mata menatap Hanna tajam, kemudian beralih ke seorang lelaki bertubuh tegap. Memberi kode agar lelaki itu harus mengikuti kemanapun Hanna pergi.

"Hoek," pada akhirnya Hanna mengeluarkan cairan yang terasa asam dari mulutnya. Sensasi terkejut dan tekanan dari korset membuatnya tidak bisa menahan diri.

Hanna bersimpuh di dekat kolam ikan dengan wajah pucat. "Tolong antar aku ke Kebun Rahasia," perintah Hanna pada Lucas. Dari suara sepatunya, Hanna tahu jika sejak tadi Lucas mengikutinya.

***

Epilog:

Mikail begitu ahli menyembunyikan kehidupan pribadinya, tidak seperti Garvin yang terbuka pada Hanna dan Irene.

Hanna memandang jalan dengan bibir mengerucut karena tidak puas dengan jawaban Mikail. Saat menyusuri sungai, pandangannya terkunci pada penjual waffle kesukaannya. Dengan excited Hanna memeriksa laci tas, namun dia tidak menemukan uang cash.

"Kenapa?" tanya Mikail yang masih fokus menyetir.

Kepala Hanna mundur agar Mikail dapat melihat apa yang jadi targetnya. "Aku mau beli waffle itu, tapi nggak bawa uang cash."

Mikail menepikan mobil, dia mencari uang cash di dashbord mobil. Begitu ketemu diberikannya selembar uang seratus ribu kepada Hanna. "Beli 2, sisanya untuk si penjual."

Mata Hanna berbinar, dia keluar mobil dan berjalan menuju penjual yang merupakan wanita tua. Harga sepotong waffle adalah dua puluh lima ribu. Dengan kata lain, penjual itu mendapat keuntungan sama seperti harga pembelian Hanna.

"Terima kasih Mikail," ujar Hanna dengan senyum manis sambil memasang sabuk pengamannya kembali.

Mikail balas tersenyum hangat. Hanna bagai anak kecil yang meminta jajan padanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 15

    Kaki Hanna yang putih terendam pasir. Rasanya begitu hangat dan lembap, membuatnya nyaman. Sesekali Hanna memainkan ponsel, merekam ombak laut yang tergulung kecil menuju kakinya.Lambat laun, terdengar suara helikopter dari kejauhan. Makin lama kian mendekat. Melintasi sisi kanan atas dan berhenti pada helipad di atas cottage.Apa ada orang penting yang datang?"Bu Hanna, mau masuk ke dalam atau tunggu di luar?" Alina muncul dari belakang.Hanna pikir itu hanya pertanyaan untuk menunggu jam makan malam, jadi dia akan menunggu di tepi pantai saja sambil melihat sunset. "Aku tunggu di sini."Alina mengangguk, "Baiklah, akan aku sampaikan." Dia kembali masuk ke dalam gerbang cottage.Sepeninggal Alina, Hanna kembali bermain pasir dengan jemarinya yang selembut sutra. Membentuk tulisan, kemudian dia hapus kembali. Menggambar sesuatu, namun dia tidak yakin apa bentuknya. Jiwa seni Hanna begitu buruk."Itu gambar bebek?" satu suara dari belakang menyadarkan Hanna. Eh ini seperti suara Mikai

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 14

    "Memang kapan aku pernah trauma sama laut?" tanya Hanna dengan wajah datar.Julian mengernyit, ekspresi ketakutan Hanna saat kecil dulu masih membekas dalam ingatan Julian. Mana mungkin dia bisa lupa?"Kak Julian?" Hanna menyentuh siku Julian yang sejak beberapa waktu lalu sibuk berpikir.Tangan Julian memegang kedua bahu Hanna, dia menatap tajam dan membawa Hanna kembali pada ingatan kelam saat kecil. "Sabtu itu, sekolah kita wisata mengunjungi Pantai. Kamu berjalan mengikuti sembarang orang memasuki hutan."Hanna mengingat kejadian tersebut. Sepertinya dia benar pernah hilang. Namun kenapa sekarang tidak merasa takut lagi. Seolah itu hanya jadi bagian masa kecilnya, bukan sebuah trauma yang tinggal hingga dia dewasa.Dari arah belakang Hanna, Lucas tiba-tiba muncul dan mencengkram tangan Julian demi melepaskannya dari pundak Hanna. "Maaf Pak, Bu Hanna sudah menikah. Aku harap Bapak bisa bersikap lebih sopan," katanya dengan nada bijak.Demi menghindari pertikaian keduanya, Hanna mun

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 13

    "Jangan jauh-jauh dari Alina dan Lucas. Jangan terlalu ramah pada warga sekitar. Jangan terlalu baik pada orang yang baru dikenal," ceramah Mikail berlangsung selama perjalanan dari rumah menuju pelabuhan. Dia seperti seorang kakek yang hendak mengantar cucunya pertama kali masuk sekolah."Iya."Hari ini Mikail dan Ryan ada tugas keluar kota dan kemungkinan sampai sore, jadi tidak bisa menemani Hanna berkunjung ke Pulau Summer. Namun dia sudah meminta Alina dan Lucas untuk mengawal. Harusnya hari ini aman. Ditambah Irene ikut mengawal jalannya medical check up hari ini menggantikan Jasmine.Mikail memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Lucas yang sudah menjemput Alina sejak pukul 6 pagi. Alina dan Lucas menyambut dengan wajah cerah, merasa liburan berkedok kerja."Pagi Pak Mikail dan Bu Hanna," sapa Alina dan Lucas bersamaan."Pagi," wajah Hanna ketika menyapa Alina juga lebih ceria daripada di dalam mobil tadi.Matahari cukup terik, Mikail memakaikan topi hitam polos seharga jutaan pad

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 12

    "Selamat siang Bu Paula, ada yang bisa kami bantu?" Ryan sudah mendapat kabar berantai dari Lucas. Kini dia berdiri di depan pintu ruangan Mikail untuk menghadang. Paula menatap tajam, kemudian berkata dengan sedikit lemah lembut karena tahu jika 2 asisten Mikail sangat kaku. "Aku mau bertemu dengan Mikail," katanya singkat. Ryan melihat tab yang berisi jadwal harian Mikail dan menunjukkannya kepada Paula. "Maaf tapi Bu Paula belum memiliki janji untuk hari ini. Karena jadwal Pak Mikail sangat padat, sebaiknya Bu Paula membuat janji terlebih dulu." "Aku ini Bibinya, mana mungkin Mikail menolak meski aku nggak buat janji," mata Paula melebar dan alisnya berkerut. Ryan sudah memasang kuda-kuda untuk menghadang Paula, hingga satu panggilan pada ponsel Paula menggema dan memunculkan nomor Patricia. Dibanding Paula yang seorang janda tanpa anak dan peninggalan harta, Patricia jauh lebih berkuasa. Entah apa yang dikatakan Patricia, namun Paula terlihat cemas dari kejauhan. Tidak lama ke

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 11

    Satu minggu kemudian, medical check up sudah digelar untuk Snail Resort. Dari pengambilan sampel darah, urine, ronsen, juga fisik dengan dokter. Karena tempat ini adalah kantor utama, jadi dikirim dokter Eddie yang cukup senior untuk mendampingi pemeriksaan fisik. Semuanya bisa dilakukan satu minggu lebih awal daripada jadwal tahunan."Selamat pagi. Perkenalkan aku Jasmine, marketing yang akan mendampingi tim medical check up." Seorang wanita berpakaian warna kuning terang menjulurkan tangan ke arah Hanna."Pagi... Aku Hanna, Assistant General Manager. Silahkan dimulai check up-nya."Karyawan yang hari ini melakukan pemeriksaan hanya berjumlah 230 orang. Semua berjalan lancar tanpa drama.Hanna sempat bertanya bagaimana pelayanan tim yang baru ini, 60% menjawab lebih baik daripada tim check up tahun kemarin. Ini bisa menjadi bahan pertimbangan ketika Mikail melakukan review.Mikail, Hanna, Alina, Lucas dan Ryan mendapat giliran terakhir setelah memastikan semua karyawan berjalan dengan

  • Dari Sahabat, Jadi Menikah   Bab 10

    "Abe hanya milik Irene," Hanna tertawa geli dengan kalimat yang Mikail ucapkan.Sejak Sekolah Dasar, Abelard Winston begitu mencintai Irene dan berniat melamarnya setelah lulus kuliah. Tentu saja ditolak, selain tidak ingin terikat, penampilan Abe begitu culun. "Jangan bikin aku nggak minat makan karena membahas Abe. Lebih baik kamu cek daftar harga yang aku berikan," sungut Irene.Mikail menarik kursi hingga mendekat di sebelah Hanna. Dia memperhatikan perbandingan yang telah Hanna buat antara Laboratorium milik Irene dan Rumah Sakit yang lama. Dari harga per-pemeriksaan, jenis alat, lama hasil pengecekan dan harga vaksin, terlihat bahwa Laboratorium Irene lebih unggul. Mikail harus memeriksa berkas General Manager yang lama, kenapa dia terus memakai Rumah Sakit itu selama bertahun-tahun dan merugikan perusahaan.Tanpa banyak bicara, Mikail memberikan tanda tangan digital pada lembar penawaran yang Hanna buat."Wah, langsung di acc?" Wajah Hanna begitu sumringah."Ya," jawaban singkat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status