Share

Dari Sahabat jadi Mempelai
Dari Sahabat jadi Mempelai
Author: Siti_Rohmah21

Bab 1

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2025-07-05 00:10:41

"Rey, sampai kapan kamu mau mengurung diri di kamar? Duniamu di luar sana lebih berkesan ketimbang memikirkan wanita yang sudah milik orang lain itu!" Ucapan sang ibu membuat Rey menoleh. Namun, Rey hanya menelan ludah sambil menghadap ke arah jendela kamarnya kembali.

"Rey, ayolah, putus cinta bukan akhir dari segalanya, masih banyak wanita di luaran sana yang cantik, baik, dan mempesona," imbuh sang ibu kembali membuat Rey menoleh. Namun, lagi-lagi ia tidak mengeluarkan suaranya.

Kemudian, Rey berdiri, ia keluar dari kamarnya, sang ibu pun membuntuti anak semata wayangnya. Sebab, ia khawatir dengan kondisi mental Rey yang belum pulih benar. Ya, putra satu-satunya itu pernah mencoba mengakhiri hidupnya hanya karena seorang wanita yang dicintainya.

Rey duduk terpaku di bangku taman, menatap kosong ke langit senja yang mulai memerah. Hatinya berat, sesak oleh patah hati yang baru saja ia alami. Dua bulan lalu, kekasihnya mengakhiri hubungan mereka tanpa alasan jelas dan memiliki laki-laki baru setelah putus darinya. Dunia Rey seolah runtuh dalam sekejap saat mengetahui hal tersebut.

Pria gagah dengan wajah tegas itu sudah berusaha menerima kenyataan, namun rasa sakit itu terus membekas. Ia pernah bermimpi akan masa depan bersama wanita itu—menikah, membangun keluarga, menjalani hidup bahagia. Tapi kini, semua mimpi itu tinggal kenangan pahit. Hatinya sudah terlanjur mencintai penuh wanita yang justru memilih laki-laki lain.

"Cuma pindah tempat merenung, Nak? Hati Mama sakit lihat kamu seperti ini, move on dong, Sayang," bujuk sang ibu tak bosan.

Rey menelan ludah, lalu menatap sang ibu. "Kenapa aku harus jatuh cinta, kalau akhirnya disakiti, Mah? Lalu bukannya kalau cinta, harus diusahakan?" Akhirnya Rey bersuara, sontak sang ibu tersenyum meski sakit mendengarnya. Ia hanya bahagia telah mendengar kembali suara anak semata wayangnya.

"Sayang, cinta memang harus diusahakan, tapi tidak bisa dipaksakan. Kalau April tidak mencintai kamu, lantas kenapa kamu harus mengusahakan?" tanya balik sang ibu.

Rey bergeming.

Syahma, sang ibu, menumpukkan telapak tangan Rey di atas telapak tangannya. Lalu tersenyum sambil berkata. "Cinta itu memang datang dengan sendirinya, tapi kamu bisa mengendalikan perasaan itu, percayalah, hanya kamu yang bisa."

"Mah, sudah dua bulan Rey masih merasakan sakit ketika April memutuskan untuk putus dan pacaran dengan laki-laki lain," timpal Rey.

Syahma pun terdiam. Ia menatap sang anak yang penuh dengan rasa kecewa itu.

---

"Pah, kita nggak boleh diam aja, kita harus cari cara untuk mengobati rasa sakit hati Rey," ujar Syahma. Ia bicara dengan wajah penuh khawatir.

"Aku sudah memikirkan sejak dua bulan lalu, cara satu-satunya yaitu menikahkan Rey dengan perempuan lain," ucap laki-laki yang gestur tubuhnya mirip sekali dengan Rey. Namanya Burhan Alexander, ia pemilik perusahaan tekstil di kota Jakarta.

"Nikah? Calonnya siapa? Papa tahu sendiri Rey itu baru pacaran sama April doang, udah langsung bucin pula," kata Syahma sedikit kesal.

"Lila Catur Prakoso, kamu ingat anak itu?" tanya Burhan.

Syahma mengerutkan dahinya.

"Lila anaknya almarhum Catur sahabat kamu itu?" tanya Syahma.

"Lila kan sahabatnya Rey juga sewaktu SMA, lusa dia kembali ke Jakarta, melanjutkan usaha mendiang papanya," timpal Burhan.

"Ide bagus si, cuma kan Lila tomboy, mana mungkin Rey suka, aku tahu betul kriteria wanita yang disukai Rey," ungkap Syahma.

"Ya kamu urus lah, Mah. Ini demi anak kita, aku yakin Lila mampu meluluhkan hati Rey," jawab Burhan lagi.

Syahma dan Burhan saling menatap dengan senyum sumringah, akhirnya mereka memiliki cara untuk mengubah hidup anaknya yang telah dihancurkan oleh seorang wanita.

---------

Tidak berlangsung lama, hari itu tiba, sebelumnya Burhan sering komunikasi dengan Lila melalui sambungan telepon. Hingga ia memutuskan untuk meminta Lila ke Jakarta.

“Rey, kami sudah bicara dengan Lila,” kata ayahnya pada suatu sore. “Lila akan menikah denganmu.”

Rey menatap ayah dan ibunya dengan bingung. Lila? Sahabatnya sejak kecil hingga SMA? Seorang wanita yang selalu ada di sisi Rey, yang mengenalnya lebih dari siapa pun, dan yang diam-diam menyimpan perasaan pada Rey selama bertahun-tahun.

Rey tertawa tipis sambil menggelengkan kepalanya.

“Lila? Tapi... aku masih belum bisa melupakan April ...” Rey terdengar ragu.

“Terkadang hidup harus dipaksakan, Rey. Kami ingin kau bangkit dan melanjutkan hidup,” ibu Rey menambahkan dengan lembut.

"Ya, tapi nggak harus langsung nikah juga, Mah," bantah Rey.

Lila muncul dari balik pintu, ia memakai gaun anggun berwarna hitam. Rambutnya yang berwarna coklat sengaja diurai supaya Rey terkesima saat melihatnya. Ya, Syahma telah meminta Lila untuk berpakaian feminin dengan gaya rambut mirip April.

Rey menatap Lila yang berdiri di sana, wajahnya teduh namun ada harapan tersimpan di matanya. Ia tidak tahu bahwa Lila selalu mencintainya dalam diam.

Dengan mata terpanah, Rey menghampiri Lila yang berdiri menatapnya.

"Sejak kapan punya rambut panjang? Setahun nggak ketemu kok berubah gini si!" protes Rey sambil menarik rambut Lila.

Namun, Lila tidak membalas seperti dulu saat mereka sahabatan.

"Maaf," ucap Rey.

"Its oke, untung bukan rambut palsu," ejek Lila.

Rey pun tertawa.

Syahma dan Burhan pun tersenyum melihat anak mereka kembali menyunggingkan senyumannya.

Mereka mempersilakan Lila duduk, dan Rey pun mulai mempertanyakan kabarnya. Perubahan gaya bicara Lila, penampilan, membuat Rey mengajukan banyak pertanyaan padanya. Namun, Lila yang memang baru mengubah semua itu demi Rey pun mampu menjawabnya dengan tenang.

"Gimana Rey, apa kamu sudah siap menikah dengan Lila?" tanya Syahma tanpa basa-basi.

Lila yang tadinya siap menikah dengan Rey pun agak sedikit kaget dengan pertanyaan Syahma, sebab yang ia ketahui, Burhan memberikan waktu satu bulan untuk mendekati terlebih dahulu. Namun, ada kesalahan komunikasi terhadap Syahma yang ternyata ingin buru-buru.

Keduanya saling beradu pandang. Bahkan Rey malah terlihat kebingungan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 39

    "Nggak bisa dihubungi, nggak aktif," ucap Rey."Aku juga udah sering nyoba, emang nggak aktif," timpal Lila putus asa.Rey duduk kembali dengan pandangan kosong menatap layar ponselnya. Matanya menelusuri setiap digit nomor yang telah ia simpan, namun yang muncul hanya satu pesan singkat, “Nomor yang Anda tuju tidak aktif.” Hatinya berdebar tak menentu. Ia baru saja mencoba menghubungi Ferdy lagi, sepupunya Lila yang pernah ketahuan menerornya.Lila ke arah dapur, ia menuangkan teh ke cangkir, lalu masuk ke ruang tamu kembali dengan membawa secangkir teh hangat. Ia duduk di samping Rey dan meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Masih coba menghubungi Ferdy, ya?” tanyanya dengan suara lembut.Rey mengangguk pelan, lalu menatap mata Lila. “Iya, tapi nomornya masih nggak aktif. Aku nggak tahu harus gimana.”Lila menatap Rey dengan penuh perhatian. “Kamu merasa ada sesuatu yang disembunyikan Ferdy lagi, ya?”“Ya,” jawab Rey tegas. “Ferdy ini problematik.”------Rey memutuskan untuk pergi

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 38

    “Kenapa kamu datang sekarang?” tanya Lila dengan suara bergetar.Raka menatap mereka dalam-dalam. “Karena ada sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang akan mengubah hidup kalian.”Ketegangan memenuhi ruangan itu. Rey menggenggam tangan Lila erat-erat, siap menghadapi apa pun yang akan datang.Namun tiba-tiba perawat lain datang dengan beberapa petugas keamanan. “Pak Raka, kami harus minta Anda ikut ke ruang lain untuk diperiksa lebih lanjut.”Raka tersenyum samar, “Kalau begitu, sampai ketemu lagi, Lila, Rey.”Dengan langkah tenang, ia mengikuti petugas keluar ruangan, meninggalkan Lila dan Rey dalam kebingungan dan kecemasan.Hari itu, mereka tahu bahwa masa lalu yang sudah lama mereka kubur belum benar-benar pergi. Tapi kali ini, mereka berjanji untuk menghadapi semuanya bersama, apapun yang terjadi.-------Nama itu, Raka, menggema di benaknya. Dulu, saat SMA, nama itu bukan sesuatu yang mencolok. Biasa saja. Raka bukan tipe populer, bukan pula anak bermasalah. Dia ada, tapi nyaris

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 37

    Suster dan petugas yang melihat kondisi April langsung bergegas menghampirinya. Mereka meminta Lila untuk tidak melanjutkan pertanyaannya dan membiarkan April istirahat.Akhirnya Lila dan Rey pulang dengan tangan kosong. Sebab, kondisi kejiwaan April semakin parah.-------Sejak itu, malam ketika Lila dan Rey memutuskan untuk terakhir kalinya menyebut nama April dan Ferdy. Sejak saat itu pula, tidak ada lagi suara aneh di malam hari. Tidak ada lagi bayangan hitam di sudut mata, tidak ada lagi teror yang menyerang keluarga Lila dan Rey. Semua itu lenyap, seperti kabut pagi yang tersapu sinar matahari.Lila duduk di beranda rumahnya, menyesap teh hangat sambil memandangi halaman yang mulai ditumbuhi rerumputan segar. Rey datang membawa dua pot kecil tanaman lavender yang baru dibelinya dari pasar pagi.“Buat di jendela kamar ya, biar makin harum,” kata Rey sambil tersenyum.Lila mengangguk. Senyumnya masih hati-hati, tapi sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Mereka tahu, mer

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 36

    "Nanti aku ingat ya, sekarang kita istirahat dulu," ucap Lila yang sudah mencoba mengingat-ingat namun belum menemukan apa yang sebenarnya menjadi ambisi Ferdy untuk membalas dendam.Rey pun mengangguk tanda bersedia. Keduanya mencoba melupakan apa yang terjadi hari ini dan kemarin. Yang terpenting, Ferdy bilang teror dihentikan untuk sementara waktu.-------Lila duduk di sofa ruang tamu, tangannya menggenggam secangkir teh hangat. Di depannya, Rey, suaminya, menatap penuh perhatian. Pagi itu, di bawah lampu yang sudah padam, Lila merasa waktu tepat untuk membuka cerita yang baru diingatnya semalam."Rey," kata Lila dengan suara lembut, "Aku ingin cerita sesuatu tentang keluargaku, tentang ayahku, Ferdy."Rey mengangguk, memberi isyarat agar Lila melanjutkan. Wajahnya serius, seolah tahu cerita ini penting."Kamu sudah ingat ya?" tanya Rey.Lila gantian mengangguk."Dulu, waktu ayahku meninggal, aku baru sadar sesuatu yang aku lupakan selama ini," Lila mulai bercerita. "Orang tuanya

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 35

    "Saya bicara sesungguhnya, bahkan saya ini adalah orang bayaran April yang disuruh membunuh kedua orang tuanya Ferdy," terangnya.Rey dan Lila saling beradu pandang, mereka mencerna ucapan pria itu."Terus kenapa kamu meneror saya?" tanya Lila."Disuruh April," jawabnya."Nggak mungkin, April pernah ke sini untuk kerjasama dengan kami, dia malah ingin membantu menemukan siapa yang meneror kami," jawab Lila.Hening, mereka menghentikan sebentar dan memilih menjauh dari pria itu.Hujan turun deras malam itu. Kilatan petir sesekali menerangi langit kota. Rey berdiri menatap pria yang terikat di hadapannya. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam yang kini basah dan kotor, wajahnya penuh lebam, namun tatapannya tetap tajam, penuh kebencian."Siapa yang menyuruhmu meneror kami?" tanya Rey untuk kesekian kalinya, suaranya tenang namun dingin.Pria itu mengerang, tapi tidak menjawab. Dari balik bayangan, Lila menatap dengan wajah cemas. Teror yang mereka alami selama beberapa minggu terakhir b

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 34

    "Kamu pergi aja! Aku malas!" April mendorong tubuh Lila. Namun, wanita yang tengah hamil itu tetap bersikeras mendekati April.April duduk di tepi tempat tidur, menatap ke luar jendela rumah sakit. Hujan deras membasahi kota, membuat lampu-lampu jalanan berpendar samar. Suara gemericik air seakan menambah sunyi yang sudah lama bersarang di hatinya. April menghela napas dalam. Ini saat yang paling tepat untuk membuka semua yang selama ini ia pendam. Tapi, ia masih takut dengan nama Ferdy.Air mata mulai menggenang di mata April. "Sebenarnya, selama ini aku hidup dalam ketakutan. Aku takut banget sama Ferdy."Mendengar nama itu, Lila terdiam. Tapi Lila penasaran dengan keterangan April. Meski kondisinya saat ini tengah mengalami gangguan jiwa, tapi Lila yakin bahwa April menyimpan sesuatu yang besar."Apa benar, kamu yang telah membunuh kedua orang tuanya Ferdy?" Lila memulai buka pertanyaan yang bersarang di kepalanya.April menoleh sambil menarik napas, mencoba menenangkan diri. Ia h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status