Share

Bab 5

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2025-07-12 22:42:43

"Apa ada April di dalam?" tanya Lila pada Rey.

Rey terdiam.

Kemudian Lila melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar apartemennya. Di pikiran Lila sudah sangat buruk, ia terbayang wajah April yang tengah duduk di kasur Rey. Namun, ternyata itu hanya khayalan Lila saja.

Lila menghela napas berat. Namun, mendadak matanya tertuju pada satu laptop yang berada di meja kerja Rey. Lila melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang tersedia.

Di belakang Lila, ada Rey yang menyusul dan spontan memegang tangan Lila. "Jangan percaya itu, Lila," kata Rey seolah tahu bahwa Lila tengah membuka satu video.

Lila menoleh dengan mata sinis. Kemudian menghempaskan tangan Rey yang sempat mencegah Lila.

"Apa ini, Rey?"

Lila bertanya sambil terus memutar video tersebut. Dadanya terasa sesak saat melihat suaminya ternyata pernah melakukan hal yang tidak diperbolehkan sebelum mengikat pernikahan. Ya, video tersebut adalah video sepasang kekasih yang tengah bercinta berdurasi sepuluh menit.

Tangan Lila mengepal, lalu air matanya pun jatuh tak tertahankan.

"Bodoh, aku sangat bodoh!" Lila berteriak.

"Lila, aku bisa jelasin," timpal Rey.

"Cukup!" Lila kembali histeris.

Lila pindah tempat, ia tidak tahan melanjutkan menonton video kotor tersebut.

Lila menatap langit malam dari balkon kamar pengantin mereka, terasa hampa di dadanya. Hari itu seharusnya menjadi hari yang paling bahagia dalam hidupnya—pernikahan dengan Rey, pria yang telah ia percaya dan cintai selama bertahun-tahun. Namun, sesuatu yang tak terduga justru mengusik kedamaian hatinya.

Rey membuntuti Lila, ia berusaha menjelaskan apa yang pernah terjadi padanya dengan April.

"Lila, maafin aku, tidak pernah cerita tentang hal ini," bujuk Rey.

Lila terisak, ia tidak menatap Rey sama sekali.

"Aku mohon, izinkan aku menjelaskan semuanya," tambah Rey.

Lila terdiam. Dalam otaknya kini menyalahkan dirinya yang terlalu berambisi menikah dengan Rey. Lila merasa telah memaksakan Rey untuk melupakan April. Sedangkan, Rey, tidak mungkin mampu melupakan kenangan indahnya bersama mantannya itu. Dalam hati Lila berkata. 'Pantas saja dia hampir bunuh diri, ternyata ini alasannya, April telah menyerahkan keperawanannya pada Rey, dan mungkin saja Rey pun seperti itu. Astaga, kenapa aku tidak pernah kepikiran itu?' batin Lila.

"Aku mau pulang," ucap Lila.

"Nggak, aku tidak mengizinkan," jawab Rey.

"Aku mau pulang, Rey, aku nggak mau jadi pelampiasan kamu, cintamu hanya untuk April, bukan aku!" teriak Lila.

"Aku sayang kamu, Lila. Kita udah kenal lama," timpal Rey.

Lila menangis sejadinya.

"Kamu sayang karena menganggapku sahabat, seharusnya aku paham itu," ucap Lila.

"Tapi ... aku mulai menyayangi kamu sebagai istriku, Lila," jawab Rey lagi.

Lila tidak banyak omong, justru dia kembali ke ranjang, dan mencoba merebahkan tubuhnya.

Rey menyusulnya, ia pun mencoba meminta maaf sekali lagi, namun Lila membiarkan Rey bicara sendirian hingga akhirnya tertidur dan melewati malam pertamanya dengan pertengkaran.

_______

Malam pengantin terlewatkan begitu saja, tidak ada yang spesial di malam yang harusnya takkan terlupakan. Matahari telah mengeluarkan sinarnya. Saat itu, Lila terbangun dan langsung duduk menatap Rey yang masih tertidur pulas.

Lila menunduk, mencoba menenangkan diri, namun kepalanya berputar. Perasaan campur aduk antara marah, kecewa, dan bingung menyelimuti dirinya. Bagaimana bisa Rey menyembunyikan masa lalunya seperti ini? Bukankah seharusnya mereka saling terbuka?

Rey pun terbangun, ia spontan duduk menemani Lila yang tengah menatapnya.

Rey yang melihat tatapan Lila berubah panik. Ia mencoba menjelaskan, “Lila, itu masa lalu. Aku sudah menikahimu sekarang. Aku berusaha mencintaimu.”

Namun kata-kata itu terasa hampa. Luka yang tiba-tiba terbuka membuat Lila tak bisa berpikir jernih.

"Izinkan aku pulang, Rey," ucap Lila.

"Aku tidak mengizinkan, Lila," jawab Rey.

"Aku bisa pergi sendiri!" Lila bangkit dengan mata memerah.

Rey menghadang wanita yang kini menjadi istrinya itu. Namun, Lila bersikeras.

Dengan air mata yang mulai mengalir, Lila mengambil jaketnya dan tanpa berkata apa-apa, ia keluar dari apartemen. Rey mencoba mengejarnya, tapi Lila sudah terlalu terluka. Ia naik ke mobil dan mengemudi dengan kencang hingga akhirnya sampai di rumah orang tuanya.

Di sana, dengan tubuh yang lelah dan hati yang kacau, Lila menceritakan semuanya pada ibunya, yang menerima dan memeluknya erat. “Nak, kamu berhak tahu kebenaran. Tapi ingat, jangan memutuskan sesuatu dalam keadaan emosi, apalagi sebelum bicara baik-baik dengan Rey.”

"Tapi, Mah, aku sakit hati saat lihat videonya," balas Lila.

"Ya udah, kamu tenangkan diri dulu, nanti bicara lagi dengan Mama ya," pesan sang mama sambil bangkit dan mengantarkan Lila ke kamarnya.

______

Rey berulang kali telepon, ia tidak berani menginjakkan kakinya ke rumah Lila. Namun, dengan kejantanannya, ia berusaha jujur pada orang tuanya.

"Sebenarnya Mama tidak membenarkan perbuatan kamu, meskipun itu masa lalu," tegas Syahma.

"Papa setuju, memalukan!" ketus Burhan. "Papa dulu bandel, tapi tidak pernah menodai wanita," imbuhnya.

"Maafin Rey, Pah. Waktu itu Rey terlalu bucin pada April, dan nggak tahu juga kalau dia pasang kamera cctv," jelas Rey.

Burhan menggelengkan kepalanya.

"Pantas saja kamu nyaris gila, ternyata ...." Burhan terus menggelengkan kepalanya.

"Pah, ini bukan saatnya menyalahkan aku, lagian aku udah menyesal dan minta maaf, sekarang gimana caranya bujuk Lila? Aku nggak mau cerai, hatiku udah terlanjur menyimpan rasa pada Lila," ungkap Rey.

Burhan terdiam, begitu juga dengan Syahma, mereka berdua diskusi untuk memecahkan masalah anaknya.

Akhirnya keduanya memutuskan untuk datang menemui Lila dan orang tuanya.

_______

Keesokan harinya, Lila dan Rey duduk bersama. Bukan hanya berdua, ada kedua orang tua Rey yang turut mengantarkan anaknya itu. Sebab, mereka merasa bersalah telah memaksa Lila untuk menikah dengan Rey. Kedua belah pihak bicara panjang lebar, membuka luka lama dan rahasia yang selama ini tersembunyi. Rey menjelaskan bahwa masa lalunya semua, supaya tidak ada lagi rahasia yang tertutupi.

Perlahan, Lila mulai mengerti bahwa setiap orang punya masa lalu, dan yang terpenting adalah bagaimana mereka memilih masa depan bersama. Terlebih menurut penjelasan Rey, awal mula terjadinya kejadian yang tak diinginkan itu karena keduanya saat itu sedang mabuk.

"Syukurlah, Lila, kalau kamu akhirnya menerima Rey apa adanya," ucap Syahma. "Tante ... eh sekarang Mama ya panggilnya, jangan Tante lagi," tambah Syahma.

Lila mengangguk dan tersenyum, meskipun agak terlihat berat.

"Aku janji, Lila, setelah mengucapkan ikrar suci kemarin, semuanya akan kucurahkan untukmu, termasuk hati," ungkap Rey.

Mata Lila mulai berseri, dalam hatinya berharap, April tidak lagi mengganggu hubungannya dengan Rey.

______

Meski malam itu sangat berat, Lila dan Rey memutuskan untuk membangun kembali kepercayaan. Mereka sepakat untuk jujur dan terbuka ke depannya. Lila tahu perjalanan ini tak mudah, tapi cintanya pada Rey membuatnya ingin mencoba.

Malam pertama mereka mungkin bukan seperti yang diharapkan, tapi malam itu membuka jalan bagi sebuah kejujuran dan kedewasaan baru dalam hubungan mereka.

"Apa sekarang aku sudah boleh menyentuhmu, Lila?" tanya Rey ketika mereka berada di atas ranjang.

Lila tertunduk.

"Kalau belum siap aku bersedia menunggu." Rey mengurungkan niatnya sambil mengangkat dagu Lila.

Namun, hal yang tak pernah dipikirkan Rey sebelumnya, saat itu Lila mengangguk mau.

"Yeyy!" Rey teriak kegirangan.

Akhirnya Lila menyunggingkan senyuman. Saat itu Rey mulai mendekatkan bibirnya ke bibir Lila. Mereka saling menyambut mesra. Hingga tak terasa keduanya sudah tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya.

Malam pertama untuk Lila yang sangat begitu indah. Meski ia bukanlah yang pertama untuk Rey, tapi rasa cintanya mengalahkan egonya.

______

Pagi itu, sinar mentari membuat keduanya terbangun. Lila lupa kalau semalam mereka sudah melakukan kegiatan suami istri.

"Hah, kok ada darah? Apa aku haid?" tanya Lila.

"Aduh, Sayang, itu darah perawan kamu, emang nggak berasa sakit ya semalam? Biasanya sakit loh karena baru pertama, dulu April begitu."

Deg!

Mata Lila membelalak ketika Rey lagi-lagi menyebutkan nama April di hadapannya.

Begitu juga dengan Rey, ia langsung melongo karena merasa salah bicara lagi pada istrinya.

'Astaga, kenapa keceplosan si, pasti minggat lagi setelah ini,' batin Rey ketakutan.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 39

    "Nggak bisa dihubungi, nggak aktif," ucap Rey."Aku juga udah sering nyoba, emang nggak aktif," timpal Lila putus asa.Rey duduk kembali dengan pandangan kosong menatap layar ponselnya. Matanya menelusuri setiap digit nomor yang telah ia simpan, namun yang muncul hanya satu pesan singkat, “Nomor yang Anda tuju tidak aktif.” Hatinya berdebar tak menentu. Ia baru saja mencoba menghubungi Ferdy lagi, sepupunya Lila yang pernah ketahuan menerornya.Lila ke arah dapur, ia menuangkan teh ke cangkir, lalu masuk ke ruang tamu kembali dengan membawa secangkir teh hangat. Ia duduk di samping Rey dan meletakkan cangkir itu di meja kecil. “Masih coba menghubungi Ferdy, ya?” tanyanya dengan suara lembut.Rey mengangguk pelan, lalu menatap mata Lila. “Iya, tapi nomornya masih nggak aktif. Aku nggak tahu harus gimana.”Lila menatap Rey dengan penuh perhatian. “Kamu merasa ada sesuatu yang disembunyikan Ferdy lagi, ya?”“Ya,” jawab Rey tegas. “Ferdy ini problematik.”------Rey memutuskan untuk pergi

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 38

    “Kenapa kamu datang sekarang?” tanya Lila dengan suara bergetar.Raka menatap mereka dalam-dalam. “Karena ada sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang akan mengubah hidup kalian.”Ketegangan memenuhi ruangan itu. Rey menggenggam tangan Lila erat-erat, siap menghadapi apa pun yang akan datang.Namun tiba-tiba perawat lain datang dengan beberapa petugas keamanan. “Pak Raka, kami harus minta Anda ikut ke ruang lain untuk diperiksa lebih lanjut.”Raka tersenyum samar, “Kalau begitu, sampai ketemu lagi, Lila, Rey.”Dengan langkah tenang, ia mengikuti petugas keluar ruangan, meninggalkan Lila dan Rey dalam kebingungan dan kecemasan.Hari itu, mereka tahu bahwa masa lalu yang sudah lama mereka kubur belum benar-benar pergi. Tapi kali ini, mereka berjanji untuk menghadapi semuanya bersama, apapun yang terjadi.-------Nama itu, Raka, menggema di benaknya. Dulu, saat SMA, nama itu bukan sesuatu yang mencolok. Biasa saja. Raka bukan tipe populer, bukan pula anak bermasalah. Dia ada, tapi nyaris

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 37

    Suster dan petugas yang melihat kondisi April langsung bergegas menghampirinya. Mereka meminta Lila untuk tidak melanjutkan pertanyaannya dan membiarkan April istirahat.Akhirnya Lila dan Rey pulang dengan tangan kosong. Sebab, kondisi kejiwaan April semakin parah.-------Sejak itu, malam ketika Lila dan Rey memutuskan untuk terakhir kalinya menyebut nama April dan Ferdy. Sejak saat itu pula, tidak ada lagi suara aneh di malam hari. Tidak ada lagi bayangan hitam di sudut mata, tidak ada lagi teror yang menyerang keluarga Lila dan Rey. Semua itu lenyap, seperti kabut pagi yang tersapu sinar matahari.Lila duduk di beranda rumahnya, menyesap teh hangat sambil memandangi halaman yang mulai ditumbuhi rerumputan segar. Rey datang membawa dua pot kecil tanaman lavender yang baru dibelinya dari pasar pagi.“Buat di jendela kamar ya, biar makin harum,” kata Rey sambil tersenyum.Lila mengangguk. Senyumnya masih hati-hati, tapi sudah jauh lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Mereka tahu, mer

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 36

    "Nanti aku ingat ya, sekarang kita istirahat dulu," ucap Lila yang sudah mencoba mengingat-ingat namun belum menemukan apa yang sebenarnya menjadi ambisi Ferdy untuk membalas dendam.Rey pun mengangguk tanda bersedia. Keduanya mencoba melupakan apa yang terjadi hari ini dan kemarin. Yang terpenting, Ferdy bilang teror dihentikan untuk sementara waktu.-------Lila duduk di sofa ruang tamu, tangannya menggenggam secangkir teh hangat. Di depannya, Rey, suaminya, menatap penuh perhatian. Pagi itu, di bawah lampu yang sudah padam, Lila merasa waktu tepat untuk membuka cerita yang baru diingatnya semalam."Rey," kata Lila dengan suara lembut, "Aku ingin cerita sesuatu tentang keluargaku, tentang ayahku, Ferdy."Rey mengangguk, memberi isyarat agar Lila melanjutkan. Wajahnya serius, seolah tahu cerita ini penting."Kamu sudah ingat ya?" tanya Rey.Lila gantian mengangguk."Dulu, waktu ayahku meninggal, aku baru sadar sesuatu yang aku lupakan selama ini," Lila mulai bercerita. "Orang tuanya

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 35

    "Saya bicara sesungguhnya, bahkan saya ini adalah orang bayaran April yang disuruh membunuh kedua orang tuanya Ferdy," terangnya.Rey dan Lila saling beradu pandang, mereka mencerna ucapan pria itu."Terus kenapa kamu meneror saya?" tanya Lila."Disuruh April," jawabnya."Nggak mungkin, April pernah ke sini untuk kerjasama dengan kami, dia malah ingin membantu menemukan siapa yang meneror kami," jawab Lila.Hening, mereka menghentikan sebentar dan memilih menjauh dari pria itu.Hujan turun deras malam itu. Kilatan petir sesekali menerangi langit kota. Rey berdiri menatap pria yang terikat di hadapannya. Pria itu mengenakan jaket kulit hitam yang kini basah dan kotor, wajahnya penuh lebam, namun tatapannya tetap tajam, penuh kebencian."Siapa yang menyuruhmu meneror kami?" tanya Rey untuk kesekian kalinya, suaranya tenang namun dingin.Pria itu mengerang, tapi tidak menjawab. Dari balik bayangan, Lila menatap dengan wajah cemas. Teror yang mereka alami selama beberapa minggu terakhir b

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 34

    "Kamu pergi aja! Aku malas!" April mendorong tubuh Lila. Namun, wanita yang tengah hamil itu tetap bersikeras mendekati April.April duduk di tepi tempat tidur, menatap ke luar jendela rumah sakit. Hujan deras membasahi kota, membuat lampu-lampu jalanan berpendar samar. Suara gemericik air seakan menambah sunyi yang sudah lama bersarang di hatinya. April menghela napas dalam. Ini saat yang paling tepat untuk membuka semua yang selama ini ia pendam. Tapi, ia masih takut dengan nama Ferdy.Air mata mulai menggenang di mata April. "Sebenarnya, selama ini aku hidup dalam ketakutan. Aku takut banget sama Ferdy."Mendengar nama itu, Lila terdiam. Tapi Lila penasaran dengan keterangan April. Meski kondisinya saat ini tengah mengalami gangguan jiwa, tapi Lila yakin bahwa April menyimpan sesuatu yang besar."Apa benar, kamu yang telah membunuh kedua orang tuanya Ferdy?" Lila memulai buka pertanyaan yang bersarang di kepalanya.April menoleh sambil menarik napas, mencoba menenangkan diri. Ia h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status