Share

Bab 6

Author: Siti_Rohmah21
last update Last Updated: 2025-08-01 00:01:17

Lila langsung lari ke kamar mandi setelah mendengar nama April terngiang lagi di telinganya. Di depan kaca, ia memandangi wajahnya sendiri. Ada bulir air mata menetes di pipi.

"Kata ibu, aku nggak boleh egois, aku bersedia menikah dengan Rey karena ingin membantunya melupakan April," ucap Lila menenangkan dirinya sendiri.

Lila menyeka airmata sambil menghela napas.

Ketukan pintu pun terdengar. Ya, Rey merasa bersalah dan berusaha membujuk istrinya meski ia sedikit ragu mampu meluluhkan hati Lila.

"Lila, maaf ya," ucap Rey dari balik pintu. Setidaknya ia berani bertanggung jawab atas kata-kata yang melukai hati Lila.

Dengan mata sembab, Lila pun keluar.

"Aku nggak marah," jawab Lila tertunduk.

Tangan Rey meraih pundak Lila, lalu memeluknya. "Maafin aku, astaga, aku telah melukai hati kamu untuk ke sekian kalinya," kata Rey terus mendekap Lila.

Akhirnya mereka pun berusaha melupakan kejadian yang tak diinginkan keduanya itu.

***

Lila memang menaruh harapan lebih terhadap hati Rey, tapi Lila sendiri tahu bahwa Rey pernah sangat mencintai April. Jadi, ia harus menerima resiko saat menjadi istri dari seorang pria yang masa lalunya belum selesai.

"Boleh nggak aku kasih ultimatum ke kamu kalau nyebut nama April lagi?" tanya Lila.

"Maksudnya menghukum aku?" tanya Rey balik.

Lila mengangguk.

"Jangan berat-berat ya hukumannya, kalau cuma dihukum disuruh berdiri sambil pegang telinga, aku sanggup, tapi kalau dihukum dengan cara dicuekin kamu, kayaknya aku nggak sanggup," ungkap Rey.

"Ah bohong, masa kamu nggak sanggup dicuekin aku? Sedangkan dulu sewaktu aku pergi dari kehidupan kamu, tak sedikitpun ada kabar yang kudengar kamu mencari keberadaanku," jawab Lila.

"Hm, dibahas masalah itu, kamu kan pergi juga tanpa meninggalkan bekas, semua sosmed dihapus, aku kehilangan komunikasi, bingung harus apa, untung ada April pada saat itu," terang Rey kembali membuat mata Lila membelalak.

Ini sudah bukan pertama kalinya Rey menyebut nama April di hadapan Lila, padahal ia sudah memilih Lila sebagai pendamping hidupnya. Awalnya, Lila sabar, tapi kali ini, ia mulai geram.

"Terima kasih," ketus Lila sambil bangkit dari duduknya. Ia pun bergegas pindah menjauh dari Rey.

Lila duduk di sudut ruang tamu dengan wajah cemberut. Matanya berkaca-kaca, tapi dia menolak untuk menangis. Rasa kecewa dan marah menguasai hatinya. Selama ini, dia berusaha percaya pada suaminya, Rey, namun setiap kali Rey menyebut nama April, mantan pacarnya dulu, hatinya terasa seperti disayat.

Rey memang bukan orang yang mudah melupakan masa lalu. Kadang dia tak sengaja menyebut April saat mereka berbicara, atau membandingkan sesuatu dengan apa yang pernah dia alami dulu bersama April. Lila tahu, ini bukan karena Rey sengaja menyakitinya, tapi tetap saja, itu membuatnya merasa seperti dia hanya pengganti.

"Kenapa kamu terus ingat dia? Kenapa aku nggak pernah bisa menggantikan posisinya di hatimu?" Lila akhirnya meledak pada suatu malam saat mereka duduk berdua di meja makan.

Rey menunduk, wajahnya terlihat sangat sedih. "Lila, aku nggak pernah bermaksud menyakitimu. April adalah bagian dari masa laluku, tapi kamu adalah masa depanku. Aku berjanji akan lebih berhati-hati," jawabnya dengan suara pelan.

Lila terdiam.

"Baru aja tadi kamu bilang maaf, belum ada hitungan jam, mancing emosi lagi!" kata Lila kasar.

"Maaf, sekali lagi maaf, bantu aku, Lila, cuma kamu yang bisa membantuku untuk melupakannya," timpal Rey. "Percayalah, aku mulai sayang padamu, bukan sekedar teman dekat seperti dulu, tapi cinta pun sudah mulai tumbuh," bujuk Rey.

Lila mulai luluh kembali. Namun, kata-kata itu belum cukup. Lila masih saja merasa tersisih. Dia merasa Rey belum benar-benar bisa melepaskan bayangan April, dan itu membuatnya ragu akan cinta suaminya.

---

Beberapa hari berlalu, Lila masih bersikap dingin dan menghindari Rey. Mereka jarang berbicara dan suasana rumah jadi tegang. Melihat hal itu, ibu Lila, yang masih berada di Jakarta, dan tinggal tak jauh dari apartemen mereka, datang berkunjung.

Melihat putrinya yang murung, sang ibu duduk di samping Lila. "Nak, kenapa kamu kayak gitu terus? Cerita sama Mama," katanya lembut.

Lila menghela napas panjang. "Ma, aku nggak tahan. Rey masih aja terus ingat mantannya, April. Aku merasa nggak dihargai. Seperti aku ini cuma pelengkap, bukan yang utama di hatinya."

Sang ibu tersenyum kecil, lalu menggenggam tangan Lila. "Kalau kamu terus marah dan ngambek, itu nggak menyelesaikan apa-apa, Nak. Justru kamu harus coba membantu Rey. Bantu dia untuk benar-benar melupakan April dan fokus sama kamu."

Lila menatap ibunya bingung. "Tapi bagaimana caranya, Ma? Aku nggak tahu harus mulai dari mana."

"Sini Mama bisikin," bisik sang ibu.

---

Malam itu, Lila duduk termenung. Kata-kata ibunya terngiang-ngiang di telinganya. Membantu Rey melupakan April? Bukannya itu malah merugikan dirinya sendiri? Tapi kalau dia terus menolak, hubungan mereka bisa semakin retak.

Dia memutuskan untuk memulai dari hal kecil. Keesokan harinya, Lila mengajak Rey jalan-jalan ke taman. Mereka duduk di bangku yang sama, mengingat kembali kenangan indah yang pernah mereka buat bersama sewaktu SMA.

"Aku tahu aku sering salah, Rey. Aku salah karena marah dan nggak sabar. Tapi aku juga ingin kamu tahu, aku nggak mau terus-terusan hidup di bayang-bayang masa lalumu," kata Lila lirih.

Rey menggenggam tangan Lila erat. "Maafkan aku, Lila. Aku berjanji akan coba lebih fokus sama kamu. Aku juga ingin melupakan April, tapi aku butuh waktu dan dukunganmu."

Lila tersenyum tipis. "Kalau begitu, kita coba sama-sama, ya? Aku akan bantu kamu untuk benar-benar melupakan dia."

Rey tersenyum.

---

Hari-hari berikutnya, Lila dan Rey mulai membangun kembali hubungan mereka dengan lebih sadar. Mereka menghabiskan waktu bersama lebih sering, mencoba berbagai kegiatan baru agar kenangan dengan April benar-benar bisa tergantikan. Itulah cara yang diberikan oleh sang ibu untuk pelan-pelan membantu Rey melupakan April.

Lila juga mulai terbuka tentang perasaannya, tanpa harus memendam rasa kecewa. Rey pun berusaha lebih peka dan berhati-hati dalam berkata-kata.

Suatu sore, saat mereka duduk di balkon rumah sambil menikmati kopi, Rey berkata, "Lila, aku benar-benar berterima kasih kamu mau memberikan kesempatan lagi. Aku janji, aku akan jadi suami yang lebih baik."

Lila menatap Rey dengan mata berbinar. "Aku percaya kamu, Rey. Aku juga mau kita jalani semuanya dengan hati yang lebih terbuka."

Keduanya pun semakin dekat, bahkan bibir Rey mulai tak sabar mendekati manisnya senyum Lila yang berada di hadapannya. Keduanya melakukan aktivitas sebagai suami istri yang sesungguhnya setelah beberapa hari dilewatkan.

"Jangan di sini, pindah ke kamar aja," bisik Lila ketika bibir Rey tak bisa dihadang olehnya.

---

Waktu berlalu, dan perlahan tapi pasti, bayang-bayang April mulai memudar dari benak Rey. Hubungan mereka menjadi lebih kuat, dan Lila merasa hatinya tak lagi diganggu oleh kecemburuan.

Suatu hari, Rey mengajak Lila ke sebuah restoran. Di sana, dia memberikan sebuah cincin kecil. "Ini untuk kamu, sebagai simbol bahwa kamu adalah satu-satunya yang aku cintai sekarang dan selamanya."

Lila menangis bahagia. "Aku juga mencintaimu, Rey."

Namun, di satu sisi kebahagiaan mereka, ada seorang laki-laki datang menghampiri keduanya.

"Akhirnya kita ketemu di sini," ucap seorang pria bertubuh tinggi dengan tatapan tajam ke arah Lila.

Lila menautkan kedua alisnya. Ia merasa tidak asing dengan wajah pria yang ada di hadapannya.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 7

    "Ferdy?" Lila mengenali pria itu. Bahkan bangkit dari tempat duduknya. Ferdy pun spontan memeluknya, begitu juga dengan Lila, ia langsung membalasnya bahkan sempat cium pipi kanan dan kiri pria yang dianggap asing itu.Rey yang merasa tak nyaman dengan perlakuan istrinya terhadap pria yang ada di hadapannya itu pun mengerutkan dahinya, raganya turut berdiri dan langsung memisahkan keduanya."Apa-apaan ini main pelak peluk aja!" ketus Rey.Lila terkekeh."Maaf, Rey, ini sepupu aku, Ferdy, kamu belum kenal ya? Maklum, dia ini lama di kampung halaman, baru kali ini menginjakkan kakinya ke Jakarta," jelas Lila."Kamu nggak pernah cerita punya sepupu laki-laki sepantaran," timpal Rey."Emang nggak pernah cerita, kan Ferdy ini tinggalnya di kampung, sedangkan aku juga ketemu dia cuma di hari lebaran aja pas mudik," jawab Lila."Tapi dari dulu kamu nggak pernah foto bareng dia!" tambah Rey lagi."Udah ya, jangan berantem, maaf Mas Rey, saya ini beda kampung juga dengan Mbak Lila, kami ketem

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 6

    Lila langsung lari ke kamar mandi setelah mendengar nama April terngiang lagi di telinganya. Di depan kaca, ia memandangi wajahnya sendiri. Ada bulir air mata menetes di pipi. "Kata ibu, aku nggak boleh egois, aku bersedia menikah dengan Rey karena ingin membantunya melupakan April," ucap Lila menenangkan dirinya sendiri. Lila menyeka airmata sambil menghela napas. Ketukan pintu pun terdengar. Ya, Rey merasa bersalah dan berusaha membujuk istrinya meski ia sedikit ragu mampu meluluhkan hati Lila. "Lila, maaf ya," ucap Rey dari balik pintu. Setidaknya ia berani bertanggung jawab atas kata-kata yang melukai hati Lila. Dengan mata sembab, Lila pun keluar. "Aku nggak marah," jawab Lila tertunduk. Tangan Rey meraih pundak Lila, lalu memeluknya. "Maafin aku, astaga, aku telah melukai hati kamu untuk ke sekian kalinya," kata Rey terus mendekap Lila. Akhirnya mereka pun berusaha melupakan kejadian yang tak diinginkan keduanya itu. *** Lila memang menaruh harapan lebih terha

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 5

    "Apa ada April di dalam?" tanya Lila pada Rey.Rey terdiam.Kemudian Lila melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar apartemennya. Di pikiran Lila sudah sangat buruk, ia terbayang wajah April yang tengah duduk di kasur Rey. Namun, ternyata itu hanya khayalan Lila saja.Lila menghela napas berat. Namun, mendadak matanya tertuju pada satu laptop yang berada di meja kerja Rey. Lila melangkahkan kakinya dan duduk di kursi yang tersedia. Di belakang Lila, ada Rey yang menyusul dan spontan memegang tangan Lila. "Jangan percaya itu, Lila," kata Rey seolah tahu bahwa Lila tengah membuka satu video.Lila menoleh dengan mata sinis. Kemudian menghempaskan tangan Rey yang sempat mencegah Lila."Apa ini, Rey?"Lila bertanya sambil terus memutar video tersebut. Dadanya terasa sesak saat melihat suaminya ternyata pernah melakukan hal yang tidak diperbolehkan sebelum mengikat pernikahan. Ya, video tersebut adalah video sepasang kekasih yang tengah bercinta berdurasi sepuluh menit.Tangan Lila me

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 4

    Lila menutup sambungan teleponnya. Ia sedikit mengeluarkan air matanya, sebab, Lila sangat menyayangi ibu dan pamannya, satu-satunya keluarga yang tersisa setelah sang ayah meninggal dunia."Om, kayaknya April menahan orang tuaku, ia nekat sekali," kata Lila panik.Rey terdiam, ia mencerna ucapan Lila. Ya, Rey kenal betul April seperti apa. Yang dikatakan oleh Lila, itu yang dikhawatirkan oleh Rey juga. Sebab, April memang perempuan yang nekat.Namun, gelagat Burhan justru santai melihat wajah Lila dan Rey yang terlihat panik."Kenapa papa diam saja?" tanya Rey menyelidik. Ia curiga papanya sudah nyolong star menanggapi resiko memutuskan April. "Apa itu artinya papa sudah mengamankan orang tuanya Lila?" tanya Rey.Burhan menoleh ke arah sang istri sambil tersenyum. Kemudian, mereka saling beradu pandang dan mengangguk kompak. Tidak lama dari itu, tangan Burhan bertepuk seolah tengah memanggil seseorang.Dari sudut kejauhan, muncul seorang wanita sepantaran Syahma, usianya tidak jauh k

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 3

    "Sudah kuduga, kamu keberatan dengan hal ini," kata Rey penuh sorot. "Nggak begitu, Rey, silakan kamu mau cek semua ponselku, aku tidak keberatan, tapi besok ya," jawabnya. "Hm, sekarang aku ada janji," tambah April sambil melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Rey semakin yakin bahwa April menghindar. Ia bangkit dari duduknya. "Sekarang aku yakin, kamu bukan yang terbaik, nyesel aku sudah menangisi kamu, bahkan pernah nyaris mengakhiri hidupku, ternyata kamu tidak mencintaiku tulus," ujar Rey lembut tapi penuh penekanan. April berdecak kesal sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu yang nggak tulus, kalau tulus seharusnya nggak perlu seperti itu, percaya aja sama pasangan," elak April. Namun, Rey justru pergi meninggalkan April sendirian. Ia bergegas pulang untuk mencari tahu tempat tinggal Lila saat ini. _______ Langit senja tampak muram ketika Rey memandangi cangkir kopi yang sudah mendingin di genggamannya. Hiruk-pikuk kafe di sudut Jakarta Selata

  • Dari Sahabat jadi Mempelai   Bab 2

    "Mama dan papa salah mengambil keputusan," ucap Rey membuat Lila tampak kecewa, wanita yang sudah bersemangat mengambil hati Rey pun tertunduk.Rey melemparkan ponselnya ke sofa, wajahnya memerah antara emosi atau malu, itu hanya hati Rey yang tahu."Apa-apaan ini, Ma? Pa?" suaranya meninggi, menatap kedua orang tuanya yang duduk di ruang tamu dengan wajah datar. "Menikah?! Sama Lila?!"Ibunya menatap Rey dengan tenang. “Kami hanya ingin yang terbaik untukmu, Rey. Lila anak yang baik, dan kalian sudah berteman sejak kecil.”“Itu dia masalahnya!” Rey menggeram. “Kami sahabat, bukan pasangan. Kami nggak punya rasa apa-apa!”Burhan ikut bersuara. “Kamu selalu sibuk dengan kerjaan, lalu bucin pada April, dan putus asa karena wanita itu juga. Kami khawatir. Lila sudah setuju. Kalian punya waktu satu bulan. Kenali lebih dalam, coba jalani dulu.”Rey menggeleng keras. “Kalian memperlakukan pernikahan seperti proyek kerja. Ini hidup aku!”Tadinya Rey tampak bahagia saat bertemu dengan Lila, d

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status