Suasana kamar sepi, kosong seakan tanpa nyawa. Aroma candu yang begitu memabukkan hilang digantikan bau alkohol yang pekat. Markus terbaring lemas, menatap langit-langit kamarnya dengan napas teratur. Ia menderita, sesak di dada kala bayangan dan suara orang-orang memohon sebelum 'menjemput ajal' mengusiknya di sela kesempatan.
Ritme kehidupannya berat.
Markus tiba-tiba beranjak, mengarahkan pandangannya ke sisi kiri, kearah ponsel. notifikasi berbunyi. Dengan cepat tangan kasar Markus meraih benda itu, meneliti nama yang tertera di layar dan lekas mengangkatnya.
"Sir, ada berita penting untuk mu,"ucap seorang pria terdengar di speaker ponsel. "Istrimu mengunjungi dokter kandungan, saat ia sampai di Florida."
Suara hentakan kaki Markus memenuhi ruangan, seakan memecah kesunyian. Ia memakai pakaian formal, menyisir rambutnya lebih rapi dari biasanya. Seorang pelayan menggiring pria itu ke meja utama yang lengkap dengan puluhan makanan dan minuman mahal, hingga Markus menghentikan langkah saat seorang pria tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya untuk merapikan Jas hitam yang lekat di bahu tegap nya."Good Night Mr. Grint, senang bertemu denganmu di tempat ini. Aku Elijah Efront, Dokter yang menangani Istrimu,"sambut pria itu dengan senyuman ramah."Duduklah, buat dirimu nyaman di sini, dokter!"perintah Markus, menjabat tangan Elijah tenang."Thanks,"Dokter itu tersenyum, bergerak ke tempat duduknya seperti semula, dan membiarkan seorang pelayan pria menuangkan wine
Jemari besar milik Andrea menari lentik di atas tuts piano tua yang ada di sisi selatan beach house nya. Kedua mata pria itu terpejam rapat, bersama kepalanya yang sesekali terangkat ke atas. Andrea tengah mendalami sebuah lagu, hingga telinganya menangkap suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat."Kenapa berhenti?"sapa Taylor, saat Andrea menoleh ke arahnya."Kau baru bangun?"balas Andrea, tanpa ingin menjawab Taylor."Ya,"angguk Taylor, merapatkan bathrobe yang melindungi tubuhnya."Kemari lah!""Aku belum mandi. Tubuhku masih lengket.""It's okay. Duduklah!"pinta Andrea seraya m
Markus meletakkan kedua tangannya di atas meja, menyatukannya rapat, sambil menatap tembok pembatas berwarna putih yang berdiri kokoh beberapa meter dari hadapannya. Ruangan interogasi itu dingin, membuat kerongkongannya haus. Hingga dengan kesadaran penuh, telinga Markus menangkap suara pintu terbuka, disusul langkah kaki yang berjalan mendekat. "Mr. Grint,"sapa seorang pria, memantau dari jarak dekat dengan ocean eyes miliknya. Markus mengangkat kepalanya tegap, mengenali sosok itu dengan tatapan penuh arti. Claudio Arnold Maloya. "Tuduhan yang dibebankan berat, walaupun polisi belum menemukan bukti kuat atas keterlibatan mu dalam kematian dua jasad yang ditemukan polisi, Lanna dan Blanca Teressa, tapi, polisi akan menahanmu di sini dengan bukti lain, su
Mata hijau pekat Markus beredar pada sekeliling tempat. Memandangi sekelompok orang-orang yang sama sepertinya. Kriminal. Ia menyatukan kedua tangan, memilih duduk di atas meja tanpa teman. Kehidupan penjara begitu mengekang, dikelilingi tembok dan jaring besi tinggi yang dialiri listrik.Markus menyipitkan mata, memerhatikan seorang pria berkulit gelap melangkah mendekat. "Aku De Santos, anggota Southsiders genk. George Savalas punya pesan untuk mu, sir!"ucap pria itu pelan, seraya menyodorkan rokok. Markus tersenyum kecut, melirik ke arah sipir, lalu meraih rokok dari Santos dan membakarnya."Apa isi pesannya?"tanya Markus.Pria itu diam, merogoh sudut celananya dan menyodorkan sebuah kertas kecil yang ia simpan. Santos menatap Markus, tidak berusaha menjel
"Okay, sekarang katakan apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa bebas, sir?"tanya Taylor heran. menelusuri wajah tegang Markus, Andrea dan George bergantian."Aku mundur dari kartel,"jawab Markus."What? Kau merelakan semua bisnis mu demi kebebasan, sir?"Taylor menatap heran, meremas sudut kursi yang tengah ia duduki."No. Aku sudah berencana untuk meninggalkan semuanya,"keluh Markus."Jadi bagaimana dengan orang-orang mu?"cerca Taylor lagi, seakan tidak puas dengan jawaban yang ia dapatkan."Karena Markus di lapas, banyak bandar yang merasa rentan. Mereka terancam dan ingin Markus mundur. So, Markus ingin aku mengambil kesempa
"Allison, kau ingat Leon?"tanya Markus, membuat sorot mata gadis nya bergerak cepat."My horse?"Bukan. Tapi anak laki-laki yang pernah datang ke mansion bersama paman George,"ujar Markus, membuat kedua bola mata Allison bergerak memutar."Oh. Anak aneh itu,"ucap Allison singkat, lalu memasukkan sisa potongan Pizza kedalam mulutnya. Markus diam, menyatukan kedua tangannya tanpa mengalihkan pandangan, pria itu menunggu reaksi Allison."Dad aku pikir kau mati,"celetuk Allison."Aku?"tanya Markus tidak yakin dengan apa yang ia dengar."Hmm. Mommy menangis, jadi aku pikir kau mati,"ujar Allison enteng. Markus
"Aku sangat tidak suka melihat mu seperti ini,"protes Megan, mengusap luka di wajah Markus dengan salep."Ini perbuatan daddy-mu,"celetuk Markus, membuat Billy dan Milla menoleh bersamaan ke arahnya."What?"tandas Markus, melempar senyuman picik. Billy menatapnya tajam, lalu tiba-tiba bangkit dari tempat duduk nya dan bergerak mendekat."Shit,"umpat Megan pelan. Memangku kepalanya dengan tangan dan bersandar di sofa."Kau tahu apa yang ada di dalam otakku?"tanya Billy. Markus diam, menaikkan salah satu alisnya dan melipat kedua tangannya di dada."Billy tolonglah. Kita....""Aku sangat ingin membunuh mu,"u
Hari ini Markus terbangun dengan secercah kegelapan yang tersisa di dalam hidupnya, berdiri tegap menghadap matahari seakan melawan rasa khawatir. Allison tumbuh besar, kuat dan cerdas layaknya penguasa yang sulit dihentikan. Queen Savage."Kau bangun pagi sekali,"Megan memeluk tubuh topless Markus dari belakang. Menyangga kepalanya di bahu tegap pria itu dan mengusap bulu halus yang tersebar mulai perut hingga dada. Tubuh kekar yang membuat Megan tidak berhenti memuji, mengumpat kasar ketika mereka bercinta."Everything,"balas Markus meraih kedua tangan Megan dan meremasnya erat."Ingin jujur padaku?"tanya Megan mengecup pundak berotot pria itu. Markus mengangguk, membuang napasnya kasar."Anak lak