Share

Dating with Celebrity
Dating with Celebrity
Penulis: Indah Hanaco

Prolog

Kejutan besar menunggu Kendra saat gadis itu tiba di kantornya. Dia tidak pernah menduga jika akan kedatangan seorang tamu yang sengaja mencarinya sepagi itu. Terutama jika sang tamu bernama Maxim Fordel Arsjad yang sombong itu!

“Kamu yakin, berada di kantor yang tepat?” sindir Kendra saat mendapati Maxim sendirian di ruang duduk yang biasa digunakan untuk menerima tamu. Pria itu tampak rapi, mengenakan kemeja biru lengan panjang dengan dasi berwarna senada. Tanpa jas.

“Duduklah!” Maxim memberi perintah sambil menunjuk ke arah sofa. “Aku sengaja datang ke sini karena mau minta maaf.”

Bibir Kendra terbuka. “Apa?”

“Kamu sudah mendengar kata-kataku tadi. Silakan merasa puas,” cetus Maxim tajam.

“Lho, kenapa aku harus merasa puas?” Kendra buru-buru duduk di depan tamunya.

“Nih, ponselmu!” Maxim menyerahkan alat komunikasi milik Kendra. “Lain kali, aku tidak akan mau menjadi kurir yang harus selalu mengantar ponselmu yang ketinggalan.”

Kendra mendesah pelan, “Sudah kuduga.” Dia benar-benar bersyukur karena tak perlu menghubungi Maxim atau datang ke Buana Bayi untuk mengambil telepon genggamnya.

“Kamu barusan bilang apa?” balas Maxim.

Kendra menggeleng dengan cepat. Tangannya terulur untuk menyambut gawai yang disodorkan Maxim kepadanya. “Bukan apa-apa.”

“Sekali lagi kuingatkan, kurangilah kecerobohanmu. Ponsel itu benda penting untuk manusia masa kini. Kalau terlalu sering hilang atau tertinggal di mana saja, pasti akan sangat merepotkan,” ucap Maxim, bisa dibilang setengah mengomel.

Kendra mengangguk setuju. “Aku tahu. Tapi, namanya kebiasaan, tetap saja sulit untuk diubah meski aku sangat ingin melakukannya.”

Maxim memandang gadis itu selama beberapa detik tanpa mengucapkan apa pun. Suara lelaki itu dipenuhi kesungguhan saat membuka mulut kemudian. “Aku tahu kalau aku sudah bersikap tidak sopan padamu. Aku minta maaf,” ulangnya.

“Karena kamu sudah mengembalikan ponselku, aku maafkan,” ujar Kendra  kemudian. Dorongan untuk marah kepada Maxim karena tingkahnya yang mengesalkan dua hari silam, pecah. Secara ajaib seakan tersedot entah ke mana begitu Kendra melihat ekspresi Maxim yang kaku. Gadis itu sangat yakin, Maxim pasti sudah berperang dengan dirinya sendiri begitu hebatnya sebelum memutuskan untuk datang dan meminta maaf. Takkan mudah bagi lelaki sesombong ini untuk mengakui bahwa dirinya sudah melakukan kesalahan.

“Terima kasih.” Maxim jelas-jelas terlihat jengah.

Kendra tidak bisa tidak tertawa melihatnya. “Aku  yakin, kamu pasti hampir tak pernah mau mengakui kesalahan dengan sukarela, kan? Jadi, bagaimana rasanya mengucapkan kata-kata itu? Meminta maaf?”

Wajah Maxim berubah masam. “Seperti minum soda dari cuka,” akunya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status