Home / Romansa / Dating with Celebrity / Bujangan Paling Diidamkan [1]

Share

Bujangan Paling Diidamkan [1]

Author: Indah Hanaco
last update Last Updated: 2021-04-29 20:46:05

Maxim Fordel Arsjad mengernyit saat melihat sampul majalah gaya hidup beroplah tinggi yang masih bisa mempertahankan eksistensinya, The Bachelor. Wajahnya terpampang di sana, bersama dua orang pria lainnya. Ada judul mencolok yang juga tertera, setidaknya menurut opini Maxim. Bujangan Paling Diidamkan. Bah!

“Kenapa aku sama sekali tidak tahu kalau wawancara kemarin untuk gelar aneh ini?” komentar Maxim pada diri sendiri. Kepalanya mendadak pusing. Dia sama sekali tak membutuhkan pengakuan semacam ini. Apa hebatnya menjadi Bujangan Paling Diidamkan? Lagi pula, apa kaitannya dengan pekerjaan lelaki itu? Namun, dia tahu, marah pun percuma. Toh, semua sudah telanjur.

Dua pria yang wajahnya juga terpajang di The Bachelor adalah Malcolm Manoppo dan Jimmy Prasad. Tidak ada satu pun yang dikenal Maxim secara pribadi. Malcolm seorang atlet basket yang konon mendapat tawaran menggiurkan dari sebuah klub dan siap memecahkan rekor bursa transfer lokal. Sementara Jimmy adalah model top yang cukup sering diundang show ke luar negeri. Mereka bertiga menjalani sesi wawancara dalam waktu yang berbeda.

Maxim bukannya tidak tahu mengapa dia mendapat kehormatan diwawancarai majalah itu. Saat ini, dirinya dianggap sebagai pengusaha muda yang turut berperan besar membawa sepatu prewalker bermerek Buana Bayi mendapat perhatian publik. Buana Bayi baru diproduksi kurang dari tiga tahun tapi sudah hampir merajai angka penjualan di tanah air. Maxim sempat enggan menjalani wawancara. Karena merasa ini adalah kesuksesan kolektif. Ada tim tangguh yang berjuang untuk kesuksesan Buana Bayi, bukan cuma dirinya.

“Kalau saja aku tahu wawancara kemarin malah berujung dengan penobatan aneh semacam ini, harusnya kutolak sejak awal,” imbuhnya lagi. Sesaat kemudian Maxim merasa dirinya sudah mirip orang gila karena mengomel sendiri di ruang kerjanya.

Ponselnya berbunyi, dan Maxim mengerang dengan mencolok saat melihat nama yang tertera di layar. Sean Gumarang. Maxim terdorong untuk mengabaikan telepon itu. Namun  dia tahu bahwa Sean tidak akan puas sampai bisa mengolok-oloknya setengah mati. Jadi, tidak mengangkat telepon Sean cuma menjadi semacam penundaan saja. Maxim curiga, lelaki itu malah akan muncul di kantor Buana Bayi untuk mengejeknya secara langsung.

“Halo,” Maxim tak punya pilihan selain menerima panggilan telepon itu. “Kalau kamu menelepon cuma untuk meledekku, terima kasih. Aku memang bodoh. Puas sekarang?” tanyanya, defensif.

Suara Sean yang santai sudah pasti memang dimaksudkan untuk menipu sekaligus membuat kesal sepupunya. Maxim tahu pasti itu. Dia mendengar lelaki itu berujar, “Wah, pagi-pagi sudah marah. Aku sarankan, cek tekanan darahmu ke dokter, Max! Jangan sampai kena stroke karena terlalu banyak mengikuti emosi.”

Maxim tidak terbujuk untuk meladeni Sean. “Aku banyak pekerjaan, Sean! Tidak sempat untuk bercanda,” balas Maxim ketus.

“Hei, ada tidak yang bilang kalau sekarang kamu itu makin menyebalkan?” tanya Sean ringan. “Aku tidak berniat mengganggu pekerjaanmu yang berjibun itu, kok. Aku cuma mau tahu, seperti apa rasanya jadi Bujangan Paling Diidamkan?” Tawa Sean meledak kemudian.

“Aku sudah tahu, pasti itu tujuanmu,” Maxim cemberut. “Itu julukan yang sangat memalukan. The Bachelor bilang mereka akan menerbitkan edisi khusus. Kukira cuma berisi artikel sejumlah pria lintas profesi yang dianggap sedang sukses. Astaga, ternyata....” Maxim enggan meneruskan kalimatnya. “Jadi, apa kamu sudah cukup mendengar keluhanku pagi ini?”

Maxim yakin, di mana pun Sean berada saat ini, pasti dadanya sedang dipenuhi rasa puas. Begitulah mereka berdua selama bertahun-tahun. Saling menggoda dan mengolok-olok yang lain. Meski menurut Sean belakangan ini Maxim sudah tidak sesantai dulu dan lebih banyak cemberut.

“Aku harus menyusulmu, Max! Tahun depan, aku ingin wajah dan namaku yang terpampang di sampul depan The Bachelor. Gila kalau aku nggak bisa menyaingimu. Betul-betul turun derajat,” komentar Sean lagi, diimbuhi tawa gelinya.

“Kalau kamu memang berminat, aku rela mundur dari sampul The Bachelor sekarang juga. Lebih bagus memang kamu yang menggantikanku, manusia narsis yang selalu ingin dipuja-puji,” kecam Maxim. “Kututup teleponnya, Sean. Aku sedang tak berselera mengobrol dengan siapa pun.”

Sebelum sepupunya menjawab, Maxim benar-benar mengakhiri perbincangan mereka. Dia tak peduli walau sudah pasti Sean mengomel atau mengutukinya. Maxim sedang tak memiliki energi untuk melakukan hal lain kecuali menyesali keputusannya saat bersedia diwawancarai majalah itu. Sudah pasti ini pengalaman pertama dan terakhir Maxim yang berkaitan dengan media. Lain kali, dia akan meminta pihak humas saja yang mewakilinya.

Sejak tiba di kantor pagi tadi, Maxim sudah merasa orang-orang yang ditemuinya memandang lelaki itu dengan tatapan aneh. Entah memang seperti itu atau cuma perasaannya saja. Maxim tidak pernah menyukai perhatian. Menjauh dari fokus orang-orang di sekitarnya membuat lelaki itu merasa aman. Dia setuju diwawancarai The Bachelor pun atas bujukan –tepatnya paksaan- kakak perempuannya, Maureen.

“Ayolah Max, ini cuma wawancara biasa. Anggap saja semacam promosi gratis buat Buana Bayi. Tidak semua orang mendapat kesempatan untuk tampil di majalah top, lho!” bujuk Maureen untuk kesekian kalinya.

“Tapi, bukan aku yang bertanggung jawab atas kesuksesan Buana Bayi. Masih ada banyak orang yang sudah bekerja keras sampai kita ada di posisi ini,” tolak Maxim.

“Tapi cuma kamu yang tampangnya enak dilihat. Yang lain sudah terlalu uzur,” Maureen tersenyum lebar. “Orang ingin tahu, siapa yang berada di balik Buana Bayi. Ketika tahu kalau salah satu perancang sepatu prewalker ini adalah kamu, ibu-ibu muda pasti berebut ingin membeli koleksi kita.”

Maxim sama sekali tak terkesan dengan pujian kakaknya. Dia sangat mengenal semua saudaranya, terutama Maureen yang tak sungkan untuk memanipulasi Maxim demi memuluskan cita-citanya. “Itu sama sekali tidak ada hubungannya, Mbak! Menurutku, itu alasan yang sangat mengada-ada,” bantah Maxim. “Lagi pula, kalau kamu sudah memuji-muji seperti ini, cuma membuatku makin curiga saja.”

“Tentu saja ada hubungannya! Kamu sih tidak pernah tahu bagaimana otak kaum perempuan itu bekerja. Rumit, tahu! Kami berbeda dengan kalian. Ayolah Max, jangan egois. Ini peluang bagus yang belum tentu akan kamu dapatkan lagi di masa depan. Apalagi kalau usiamu sudah bertambah tua dan pesonamu memudar. Atau setelah Declan bergabung di sini. Kamu kalah bersaing, aku jamin itu!” cerocos Maureen lagi, tak menyerah.

Ada sederet kalimat bujukan lain yang dilontarkan Maureen kepada Maxim. Saat ini Maxim baru menyadari, semua rayuan kakaknya itu cuma menyusahkannya saja. Lihat yang terjadi sekarang! Entah berapa kali Maxim memergoki kelompok-kelompok kecil karyawati berbisik-bisik saat dia berada di sekitar mereka.

Tidak cuma di kantornya saja. Melainkan juga di lantai lain gedung perkantoran yang sama dengan Buana Bayi. Sejak pagi dia mulai merasakan adanya keanehan saat menyeberangi lobi dan memasuki lift.  Hal itu membuat telinga Maxim terasa gatal dan dorongan untuk memberi teguran dirasanya cukup besar. Akan tetapi, Maxim bertahan agar tidak mempermalukan diri sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dating with Celebrity   Epilog

    Seperti dugaan Sean, Maxim meradang sepulang dari Singapura dan mendapati kekasihnya sudah berkantor di tempat Sean. Lelaki itu berusaha keras membuat Kendra mempertimbangkan tawaran untuk bergabung di Buana Bayi. Ketika ditolak, Maxim mulai mengomel. Dia bahkan merasa bahwa Kendra sok idealis. Juga pemilik The Matchmaker yang sudah membuat keputusan tidak masuk akal. Bla bla bla.Kendra sampai merasa pelipisnya berdenyut. Padahal, gadis itu sudah berjuang untuk memberi tahu Maxim dengan bahasa seringan mungkin. Dia pun sengaja menunda mengabari sang kekasih setelah Maxim kembali bekerja di hari Senin. Kendra mendatangi ruang kerja Maxim setelah jam kantor usai.Awalnya, Maxim begitu senang karena pacarnya datang berkunjung. Namun begitu diberi tahu bahwa Kendra sudah empat hari bekerja di kantor Sean, Maxim pun langsung menunjukkan kekesalannya. Lelaki itu juga tak senang karena Kendra tak mengatakan apa pun saat didesak Rossa untuk mengundurkan diri. Sean yang menyus

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [6]

    Kendra terpana mendengar kata-kata Sean barusan. “Kamu ... apa?”Sean tidak buru-buru menjawab. Lelaki itu bersandar di kursinya dengan gaya santai. “Sebelumnya, aku cuma bilang kalau aku melakukan ini bukan karena Maxim. Tapi karena kamu sendiri, Ken.”Kendra yang tak paham maksud lelaki itu, mengerutkan glabelanya. “Maksudmu?”“Begini. Selama kamu mewakili The Matchmaker, aku menilai bahwa kamu adalah orang yang berkomitmen pada pekerjaan. Punya kemauan keras juga. Contoh nyata yang tak terbantahkan adalah bagaimana kamu bisa membujuk Maxim sehingga akhirnya bersedia mengikuti acara kencan yang masih diejeknya sebagai acara norak sampai detik ini. Buatku, itu adalah poin plus, Ken.”“Aku boleh menganggap itu sebagai pujian?” gurau Kendra.“Tentu saja! Karena itu memang pujian, kok!” sahut Sean. “Nah, sekarang kita sampai pada poin utamanya, yaitu tawaran pekerjaan yang

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [5]

    “Oke. Memangnya kamu kira aku ini laki-laki bawel yang akan melapor ini-itu pada Maxim? Nanti juga dia akan tahu,” kata Sean. “Tapi memang berita ini bikin aku kaget setengah mati. Tidak menyangka ada drama baru hanya karena kamu dan Maxim berpacaran. Lalu, masih ditambah lagi dengan Aiden. Ck ck ck.” Sean geleng-geleng kepala.“Itu bukan salahku,” Kendra membela diri, merujuk pada Aiden.Sean menyeringai. “Kamu ternyata penuh pesona ya, Ken. Aku tak bisa membayangkan seperti apa reaksi Maxim kalau dia tahu bahwa ada laki-laki kelas kakap yang jadi pesaingnya. Siap-siap saja diikuti pengawal pribadi yang akan memastikan kamu tidak diganggu oleh laki-laki mana pun,” guraunya.Kendra mencebik tapi akhirnya dia malah tertawa. Gadis itu merasa geli membayangkan Maxim yang pencemburu itu mengetahui jika ada pria lain yang menyukai Kendra. Namun di sisi lain, Kendra tahu Maxim sudah berjuang untuk sedikit berubah sehingg

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [4]

    Pertanyaan Sean itu mengagetkan Kendra. Tadinya dia mengira lelaki itu menelepon cuma untuk menganggunya karena Maxim sedang berada di Singapura. Atau sekadar memamerkan hubungan dengan pasangan kencan pilihan Sean di acara Dating with Celebrity yang masih berlanjut hingga kini.“Kamu tahu dari mana?” Kendra balik bertanya. Dia merasa heran karena Sean bisa mengetahui informasi itu.“Bisakah kamu datang ke kantorku, Ken? Kurang nyaman kalau harus bicara di telepon. Sementara sepuluh menit lagi aku harus bertemu dengan salah satu klien,” pinta Sean. “Aku punya waktu luang di atas jam tiga.”Kendra menjawab tanpa pikir panjang, “Oke. Aku akan ke kantormu. Mumpung sedang jadi pengangguran dan tak punya jadwal meeting dengan klien,” guraunya.“Sip, kutunggu ya, Ken.”“Eh iya, tolong jangan dulu ngomong apa pun soal ini pada Maxim ya, Sean,” sergah Kendra sebelum l

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [3]

    Setelah meninggalkan mantan kantornya, Kendra langsung pulang. Dia sempat mampir ke supermarket untuk berbelanja beberapa kebutuhan. Gadis itu juga membeli camilan dalam jumlah lumayan banyak. Mungkin dia akan menghabiskan satu minggu ke depan dengan bersantai di depan televisi sembari menikmati aneka makanan kecil.Selama ini, Kendra memang ingin mencari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmunya. Namun, itu menjadi cita-cita yang sengaja ditangguhkannya. Hingga detik ini, Kendra sama sekali belum serius berusaha untuk mencari pekerjaan lain di luar The Matchmaker. Akan tetapi hari ini dia harus menghadapi kenyataan yang sama sekali tak pernah terbayangkan. Jauh lebih mudah berimajinasi bahwa dirinya akan meninggalkan The Matchmaker atas keinginan sendiri, bukan karena dipaksa untuk membuat pilihan.Membayangkan dia sudah resmi menjadi pengangguran, Kendra pun menjadi luar biasa cemas. Mendadak, masa depannya terlihat buram dan gelap. Apa yang akan dilakukann

  • Dating with Celebrity   Langkah Baru [2]

    Kendra meninggalkan kantor The Matchmaker dengan kehebohan di belakangnya. Karena gadis itu memang tak menyembunyikan fakta yang sebenarnya. Dia tak mau kelak pengunduran dirinya malah diikuti dengan tuduhan ini-itu yang sama sekali tak benar. Karena tentunya Kendra tak lagi ada di biro jodoh itu untuk membela diri.Paling tidak, Kendra merasa berhak memberi tahu kebenaran versi dirinya. Terserah saja jika dianggap sikapnya kekanakan. Apakah setelah ini Rossa akan berkoar-koar tentang versinya yang bisa saja berbeda, itu masalah lain. Kendra tak mau memikirkan hal itu dan memusingkan sesuatu yang tak bisa dikontrolnya.“Kamu betul-betul harus mengundurkan diri?” Neala masih tak percaya. Kendra sengaja mengajak Neala dan Pritha ke ruang rapat supaya mereka bisa bicara bertiga dengan leluasa. Gadis itu merasa berutang penjelasan pada keduanya, orang-orang terdekat Kendra di The Matchmaker.“Iya. Untuk apa aku bohong?” komentar Kendra dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status