Share

4.

Penulis: Ade Tiwi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-19 11:24:20

Davira terhenyak bangun dari tidur nyenyaknya karena silau cahaya matahari yang masuk melalui celah hordeng yang terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk, sebelah tangannya terangkat menutupi matanya demi menghalau silaunya cahaya matahari itu.

Perlahan Davira turun dari ranjang, melangkah mendekati seseorang yang berdiri di depan jendela yang ternyata sudah di buka. Sosok itu tengah berdiri di tengah-tengah jendela dengan kedua tangan yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celananya. Davira tersenyum dengan berjalan mengendap-endap agar tak mengeluarkan suara langkah kakinya.

"Hap!" suara Davira memekik nyaring ketika ia berhasil menggapai tubuh Haikal dalam pelukannya.

Haikal sendiri tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang, mendekap hangat tubuhnya begitu mesra.

"Sudah bangun?" tanya Haikal menolehkan kepalanya sedikit miring.

Davira menganggukkan kepalanya yang sedang bersandar di punggung lebar Haikal seraya berkata. "Sudah, baru saja Om."

Haikal menyentuh tangan Davira yang saat ini tengah memeluknya, perlahan Haikal membalikkan badannya menghadap ke arah Davira. Di rangkumannya lembut wajah cantik Davira.

"Bersiaplah untuk pulang, Cavia akan menjemputmu, ia sudah di dalam perjalanan menuju kesini."

"Apa?!" pekik Davira tampak tak suka dengan ucapan Haikal barusan. "Apa Om sengaja melakukannya? Om yang menelpon Cavia agar kesini untuk menjemputku?"

"Ya, itu benar." sahut Haikal santai, "Om langsung menghubungi Cavia karena mama dan papa kamu mengubungi Om terus sejak tadi malam." sambung Haikal menjelaskan alasannya mengapa ia mengubungi Cavia, anak kedua dari pasangan Nando dan Kia.

Umur Davira dan Cavia sama, karena memang saat Airaa hamil Davira saat itu Kia juga tengah mengandung Cavia setelah putra sulung mereka, Hassan berumur dua tahun. Alhasil karena sama-sama lahir di hari yang sama, Davira dan Cavia jadi terlihat seperti saudara kembar. Padahal mereka sepupuan, dan terlebih lagi Cavia yang terlihat lebih mungil di banding Davira yang bertubuh tinggi dan berisi alias montok.

Tapi, jangan salah! Justru itu yang menjadi kebanggaan tersendiri untuk Davira. Ia sangat suka dan bersyukur kerena memiliki tubuh yang montok, sebab Haikal pernah mengatakan jika ia menyukai wanita yang bertubuh montok dan seksi. Tentu saja Davira yang mendengar itu menjadi bangga, padahal Haikal hanya asal bicara saja saat itu agar Davira berhenti bicara yang aneh-aneh.

"Aku tidak mau pulang!" sentak Davira setelah terdiam untuk beberapa saat, "aku sudah memutuskannya Om, jika mulai hari ini aku akan tinggal bersama Om."

"What? Are you kidding me?" pekik Haikal luar biasa kaget.

"No, i'm seriously Om." sahut Davira terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Tidak!" tegas Haikal menghenyak keinginan konyol Davira. "Siapa kamu sehingga dengan seenaknya memutuskan untuk tinggal bersamaku, huh?"

"Aku adalah puterimu." ucap Davira menghenyakkan Haikal yang terbelalak kaget. "Bener, kan?"

"Ya, kamu memang benar puteriku, gadis yang telah aku anggap dan aku klaim sebagai puteriku. Tapi, bukan berarti karena hal itu kamu jadikan sebagai alasan Vira. Ingat, tak ada ikatan darah diantara kita dan aku bisa saja melakukan kesalahan fatal kerena ulahmu yang terus menggodaku!"

"Menggoda?" ulang Davira polos, seakan tak mengingat atau menyadari tingkahnya yang kerap kali sengaja menggoda Haikal. "Kapan aku melakukannya Om?"

"Setiap hari."

"Tapi, aku tidak pernah merasa telah melakukannya Om." ucap Davira masih mengkilah tentang fakta itu.

"Terserah!" kata Haikal tak mau ambil pusing. "Intinya aku tidak akan mengizinkan kamu tinggal disini. Jadi untuk itu bersiap-siaplah karena sebentar lagi Cavia akan datang." titah Haikal memperingati Davira sekali lagi untuk lekas bersiap-siap.

Haikal kembali membalikkan badannya menghadap ke arah jendela sembari bergumam sepelan mungkin, namun masih dapat di dengar Davira.

"Enak saja mau tinggal disini, bisa-bisa aku di hajar bapaknya. Huh, kekasih bukan, tunangan bukan, apalagi isteri? Ya jelas bukan." omel Haikal.

"Kalau begitu, nikahin aku Om!" kata Davira lantang seraya menyeringai senang.

Haikal langsung mengatupkan bibirnya, bungkam seketika saat mendapati permintaan konyol gadis yang masih berumur tujuh belas tahun itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Davira   44. (Part bonus)

    "Bagaimana perasaan Anda setelah menikah, Nona Davira?""Tentu saja bahagia.""Anda tidak menyesal menikah di usia muda?"Davira melirik kesal pada sang pembawa acara program reality show di salah satu channel televisi swasta. Bagaimana tidak kesal? Pasalnya, sudah perjanjian bahwa pertanyaan seperti itu tidak ada masuk ke dalam pembahasan dan perbincangan mereka. Tapi, ternyata Davira terkecoh oleh program acara ini."Maaf, sepertinya petanyaan seperti ini melenceng jauh dari kesepakatan kita. Anda tau, bahwa wajah kami dan kisah kehidupan pernikahan kami menjadi sorotan penuh minat oleh semua orang yang saat ini mungkin tengah menyaksikan acara ini." ucap Davira mengingatkan.Sang pembawa acara itu tersenyum malu. "Ah, maaf, tapi sepertinya pertanyaan yang saya ajukan belum termasuk melanggar perjanjian kita sebelumnya Nona."Davira memutar bola matanya kesal sekaligus j

  • Davira   43.

    Dua bulan kemudian....Bagi Haikal dan Davira tidak butuh waktu lebih lama lagi untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Begitu keduanya sudah siap dengan niat dan tekad yang bulat, akhirnya sepasang kekasih dengan perbedaan umur yang jauh itu memutuskan untuk menikah.Dan ... hari bahagia itu jatuh pada hari ini. Baik Haikal maupun Davira sama-sama dilanda rasa gugup yang luar biasa untuk menyambut hari ini.Akan ada serangkaian acara yang akan mereka lewati nanti, dimulai dari ijab kabul sampai resepsi pernikahan.Meski dilanda perasaan gugup namun tak dipungkiri keduanya juga jika mereka sudah tak sabar untuk segera dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Davira yang sudah tak sabar menjadi istri sah Haikal, dan begitu juga dengan Haikal yang sudah tak sabar ingin segera memiliki Davira seutuhnya.Namun dibalik itu semua, mereka berdua sama-sama tau jika proses perjalanan cinta merek

  • Davira   42.

    Cavia merasa sangat malu dan menutupi wajah cantiknya yang terlihat pucat dengan kedua telapak tangannya. Rasanya, Cavia sudah tak memiliki wajah lagi untuk berhadapan dengan Davira dan Haikal.Padahal niatnya untuk pertemuan ini adalah meminta maaf pada kedua orang itu. Karena gosip murahan atau fitnahnya-lah yang membuat Davira dan Haikal bertengkar hebat. Belum lagi aksi Davira yang sempat melabrak Ayesha.Cavia tau betul dan sangat sadar dengan tindakannya itu sebelum pada akhirnya ia memutuskan untuk bunuh diri saja. Entahlah, saat itu Cavia memiliki alasan sendiri kenapa sampai memilih jalan pintas seperti itu."Maafkan aku, Vira, Om." kata Cavia sangat lirih."Aku benar-benar menyesal dan sangat malu atas apa yang aku lakukan." isak Cavia terdengar pilu.Terbukti, kata-kata Cavia mampu menggetarkan relung hati Davira yang terda

  • Davira   41.

    Seminggu kemudian Davira mendengar kabar jika Cavia sudah di perbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit. Selama itu pula ia dan Haikal tak pernah datang lagi ke rumah sakit untuk menjenguknya.Haikal melarang keras Davira untuk pergi, karena menurut Haikal tak ada untungnya juga menjenguk Cavia yang ternyata bebal dan sangat keras kepala.Gadis itu masih terus saja menyesali takdirnya yang masih hidup. Pernah sekali, beberapa hari yang lalu Davira dan Haikal mendapat kabar jika Cavia kembali mencoba melakukan upaya bunuh diri dengan cara meminum racun.Davira tidak tau pasti kejelasan dari ceritanya seperti apa. Yang hanya Davira tau bahwa aksi nekat Cavia itu kepergok dan berhasil di gagalkan oleh salah satu suster yang tengah bertugas saat itu.Meski kecewa dengan Cavia, tetapi Davira merasa senang dan bersyukur karena sepupunya itu selamat dari kematian. Setidaknya Davira ingin Cavia tetap hidup sampai ajaln

  • Davira   40.

    Seluruh keluarga kaget dengan reaksi Cavia tampak terkendali pasca setelah sadar dari koma. Kia dan Nando sedari tadi sudah mencoba berusaha untuk menenangkan Cavia mengingat kondisi gadis itu."Kenapa kalian menyelamatkanku?" begitulah kata-kata yang terus di ucapkan Cavia. Seakan gadis itu tak mensyukuri dirinya yang masih hidup."Jadi kamu ingin mati?" seruan Haikal yang sejak tadi tampak geram melihat Cavia.Dengan langkahnya yang pasti Haikal berjalan mendekati ranjang, menatap tajam tepat ke manik mata Cavia. "Kamu merasa menyesal karena tidak jadi mati, begitukah?"Cavia menatap sendu Haikal yang justru malah balas menatapnya tajam. Melihat itu Davira menjadi was-was dan takut jika Haikal hendak berniat melukai Cavia."Ayesha, panggilkan Suster dan Dokter." bisik Davira pada Ayesha yang berdiri di sampingnya.

  • Davira   39.

    Kabar baik untuk seluruh keluarga karena hari ini Cavia sudah sadar. Mendengar itu tentu saja semua anggota keluarga senang mendengarnya, tak terkecuali Ayesha dan juga pak Ridwan.Sejak pagi tadi Ayesha dan bapaknya sudah tiba di rumah sakit. Disana juga sudah ada Nando beserta Kia, sang istri tercintanya. Sedangkan untuk Hasan, entahlah, pria itu belum menampakkan batang hidungnya sedari tadi sampai sekarang.Kia dan Nando sekarang tengah di dalam kamar rawat inap Cavia sementara Ayesha dan pak Ridwan lebih memilih menunggu diluar dan duduk di kursi tunggu rumah sakit.Sembari terus menunggu, mereka di kejutkan dengan kehadiran keluarga Atmadja dan Haikal yang datang ke rumah sakit secara bersamaan. Sedangkan Orlando, putra bungsu Airaa dan Dava tidak bisa ikut ke rumah sakit karena harus mengikuti ujian sekolah.Terlihat Dava menyapa hangat Ridwan seraya bertanya. "Sudah lama disini?""Sejak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status