Share

4.

Davira terhenyak bangun dari tidur nyenyaknya karena silau cahaya matahari yang masuk melalui celah hordeng yang terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk, sebelah tangannya terangkat menutupi matanya demi menghalau silaunya cahaya matahari itu.

Perlahan Davira turun dari ranjang, melangkah mendekati seseorang yang berdiri di depan jendela yang ternyata sudah di buka. Sosok itu tengah berdiri di tengah-tengah jendela dengan kedua tangan yang sengaja ia masukkan ke dalam saku celananya. Davira tersenyum dengan berjalan mengendap-endap agar tak mengeluarkan suara langkah kakinya.

"Hap!" suara Davira memekik nyaring ketika ia berhasil menggapai tubuh Haikal dalam pelukannya.

Haikal sendiri tersentak kaget saat merasakan sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari belakang, mendekap hangat tubuhnya begitu mesra.

"Sudah bangun?" tanya Haikal menolehkan kepalanya sedikit miring.

Davira menganggukkan kepalanya yang sedang bersandar di punggung lebar Haikal seraya berkata. "Sudah, baru saja Om."

Haikal menyentuh tangan Davira yang saat ini tengah memeluknya, perlahan Haikal membalikkan badannya menghadap ke arah Davira. Di rangkumannya lembut wajah cantik Davira.

"Bersiaplah untuk pulang, Cavia akan menjemputmu, ia sudah di dalam perjalanan menuju kesini."

"Apa?!" pekik Davira tampak tak suka dengan ucapan Haikal barusan. "Apa Om sengaja melakukannya? Om yang menelpon Cavia agar kesini untuk menjemputku?"

"Ya, itu benar." sahut Haikal santai, "Om langsung menghubungi Cavia karena mama dan papa kamu mengubungi Om terus sejak tadi malam." sambung Haikal menjelaskan alasannya mengapa ia mengubungi Cavia, anak kedua dari pasangan Nando dan Kia.

Umur Davira dan Cavia sama, karena memang saat Airaa hamil Davira saat itu Kia juga tengah mengandung Cavia setelah putra sulung mereka, Hassan berumur dua tahun. Alhasil karena sama-sama lahir di hari yang sama, Davira dan Cavia jadi terlihat seperti saudara kembar. Padahal mereka sepupuan, dan terlebih lagi Cavia yang terlihat lebih mungil di banding Davira yang bertubuh tinggi dan berisi alias montok.

Tapi, jangan salah! Justru itu yang menjadi kebanggaan tersendiri untuk Davira. Ia sangat suka dan bersyukur kerena memiliki tubuh yang montok, sebab Haikal pernah mengatakan jika ia menyukai wanita yang bertubuh montok dan seksi. Tentu saja Davira yang mendengar itu menjadi bangga, padahal Haikal hanya asal bicara saja saat itu agar Davira berhenti bicara yang aneh-aneh.

"Aku tidak mau pulang!" sentak Davira setelah terdiam untuk beberapa saat, "aku sudah memutuskannya Om, jika mulai hari ini aku akan tinggal bersama Om."

"What? Are you kidding me?" pekik Haikal luar biasa kaget.

"No, i'm seriously Om." sahut Davira terlihat bersungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Tidak!" tegas Haikal menghenyak keinginan konyol Davira. "Siapa kamu sehingga dengan seenaknya memutuskan untuk tinggal bersamaku, huh?"

"Aku adalah puterimu." ucap Davira menghenyakkan Haikal yang terbelalak kaget. "Bener, kan?"

"Ya, kamu memang benar puteriku, gadis yang telah aku anggap dan aku klaim sebagai puteriku. Tapi, bukan berarti karena hal itu kamu jadikan sebagai alasan Vira. Ingat, tak ada ikatan darah diantara kita dan aku bisa saja melakukan kesalahan fatal kerena ulahmu yang terus menggodaku!"

"Menggoda?" ulang Davira polos, seakan tak mengingat atau menyadari tingkahnya yang kerap kali sengaja menggoda Haikal. "Kapan aku melakukannya Om?"

"Setiap hari."

"Tapi, aku tidak pernah merasa telah melakukannya Om." ucap Davira masih mengkilah tentang fakta itu.

"Terserah!" kata Haikal tak mau ambil pusing. "Intinya aku tidak akan mengizinkan kamu tinggal disini. Jadi untuk itu bersiap-siaplah karena sebentar lagi Cavia akan datang." titah Haikal memperingati Davira sekali lagi untuk lekas bersiap-siap.

Haikal kembali membalikkan badannya menghadap ke arah jendela sembari bergumam sepelan mungkin, namun masih dapat di dengar Davira.

"Enak saja mau tinggal disini, bisa-bisa aku di hajar bapaknya. Huh, kekasih bukan, tunangan bukan, apalagi isteri? Ya jelas bukan." omel Haikal.

"Kalau begitu, nikahin aku Om!" kata Davira lantang seraya menyeringai senang.

Haikal langsung mengatupkan bibirnya, bungkam seketika saat mendapati permintaan konyol gadis yang masih berumur tujuh belas tahun itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status