Airaa menatap tak percaya pada pantulan dirinya di cermin, ia bersemu merah melihat dirinya sendiri yang sangat cantik memakai kebaya pengantin berwarna putih beserta hijab yang menutupi dan melindungi kepalanya sesuai permintaan Airaa sendiri.
Pria kemayu yang mendandaninya pun ikut tersanjung melihat betapa cantiknya calon pengantin wanitanya. Suara ketukan pintu ruangan khusus pengantin wanita terdengar, si perias pria kemayu tersebut pun dengan cepat membukanya. Wajah Kia yang cantik, anggun dan bersahaja pun dengan ramah tersenyum pada pria kemayu itu. Sang perias membuka pintu lebar memberi jalan agar Kia masuk sementara dirinya keluar. Kia tersenyum menatap Airaa dari kaca cermin, Airaa juga membalas tatapan Airaa dengan tersenyum malu.
Hari ini adalah hari yang sangat penting, sangat dinanti. Hari bersejarah bagi setiap pasangan yang ingin menyatukan hubungan mereka dengan di lengkapi kata halal yang setelah di dahului kata sah sebelumnya.
Hari ini Airaa da
"Aaaaa!" jerit Airaa karena kaget melihat Dava yang menendang pintu kamar."Kenapa menjerit sayangku?" tanya Dava heran sembari melangkah masuk ke dalam kamar."Kau gila! Kenapa kau menendang pintu kamar kita Dav? Bagaimana jika rusak?" kata Airaa gemas."Itu tidak masalah." dengan entengnya Dava berkata seraya meletakkan dengan lembut tubuh Airaa di atas ranjang yang bertabur bunga mawar.Karena asyik berdebat masalah soal pintu kamar yang rusak atau tidak. Airaa dan Dava tak menyadari bagaimana romantisnya nuansa suasana kamar mereka.Setelah meletakkan Airaa di ranjang, Dava berjalan ke arah pintu dan menutupnya. Syukurlah pintu tak rusak seperti yang di takuti Airaa, Dava mengunci pintu kamar itu serapat-rapatnya.Setelah memastikan pintu terkunci dengan aman tanpa ada celah orang dapat mengintipnya. Dava berbalik badan menghadap ke arah ranjang, Airaa berbaring telentang me
Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi, setelah tadi berulang kali Dava mengetuk pintu kamar mandi serta memanggil namanya. Kini gedoran pintu sudah tak terdengar, suara menjadi sangat senyap. Karena rasa penasaran itulah Airaa menempelkan telinganya di daun pintu kamar mandi."Apakah Dava sudah keluar dari kamar?" gumamnya bertanya-tanya.Rasa penasaran Airaa begitu tinggi hingga ia pun membuka perlahan pintu kamar mandi. Airaa mengintip di balik celah pintu yang terbuka sedikit. Pelan-pelan namun pasti pintu terbuka sepenuhnya, Airaa melangkahkan kakinya dengan sangat perlahan sekali.Celingak-celinguk mencari keberadaan Dava yang sama sekali tak terlihat di dalam kamar. Benar dugaannya jika Dava pergi keluar dari kamar. Hhhh, bukankah itu bagus? Jadi Airaa tak perlu repot-repot untuk mengusir pria itu agar keluar sebentar dari kamar selama ia memakai pakaiannya.Airaa bernafas lega, dengan c
Setelah memarkir mobilnya di area parkiran kantor, Dava melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor tempatnya bekerja. Perusahaan milik keluarga Wicaksana, dimana Nando Wicaksana sendiri adalah sahabatnya sejak mereka SMA.Dava Atmaja adalah seorang pria dari keluarga terpandang, ayahnya seorang pebisnis suskes pemilik perusahaan terkenal setara dengan keluarga Wicaksana. Bukan tak mudah bagi Dava untuk ikut menguasai perusahaan keluarganya tersebut. namun Dava bukanlah seseorang yang suka terikat dan di tuntut dengan banyaknya tanggung jawab, ia lebih menyukai kehidupan yang bebas. Dimana ia sendiri yang bisa memilih kemana arah tujuan yang dia inginkan.Seperti sekarang ini, bekerja di perusahaan Wicaksana sebagai bawahan Nando malah membuatnya tenang, nyaman dan santai. "Selamat pagi pak Dava." sapaan hangat dari para staf-staf kantor."Selamat pagi," balas Dava tersenyum hangat seraya memberikan kedipan mata yang nakal untuk para staf wanita.Satu l
Suara yang menghentak-hentak bising begitu nyaring terdengar di club malam, Dava berjalan angkuh seraya masuk ke dalam club tersebut."Hai, bro, datang juga lo." sapa salah seorang pria menyapa Dava."Hoo, iya dong. memang seorang Dava pernah absen tidak hadir ke club ya." ucap Dava membuat para sahabatnya tergelak."Kalian udah lama disini?" "Udah dari tadi Dav.""Terus kenapa pada masih disini? gak dapat mangsa ya?" goda Dava celingak-celinguk melirik ke segala arah."Eittss, enak aja lu. Kita-kita udah ada ya, cuma lagi males aja.""Lhaa, kenapa?" tanya Dava terheran-heran melihat para sahabatnya yang lagi males nananina."Bosen aja," jawab ketiga temannya serempak."Bosennya dimana?" "Pengen cari sesuatu yang baru gitu, gak melulu sama para wanita binal." Dava manggut-manggut mengerti arah pembicaraan yang di maksud para sahabatnya."Susah mah kalau gitu, mau cari wanita polos yang masih perawan, yang segelnya belum pernah
Kia menatap gemas sepupunya yang tengah mengomel gak jelas, Airaa. Wanita itu sedari tadi terus saja menceracau ini itu.Seperti tadi, ia melihat bahkan memergoki seorang pria yang tengah bermesraan dengan seorang wanita di dalam toilet wanita di club."Katakan dengan jujur, kenapa kamu datang ke club?" tanya Kia mengintimidasi Airaa.Mendengar pertanyaan sepupunya, seketika mulut Airaa terdiam."Airaa!" tegur Kia karena Airaa tak kunjung bicara."A--aku__" Airaa terbata-bata ingin menjawabnya.Kia menyipitkan matanya curiga, apakah mungkin kebiasaan sepupunya yang satu ini tidak bisa hilang?"Ternyata kamu masih sering mendatangi tempat itu ya?" tanya Kia lagi yang kini membuat Airaa semakin menundukkan kepalanya malu.Melihat ekspresi sepupunya seperti itu, Kia tersenyum serta menggenggam tangan Airaa."Jadi, siapa pria yang telah kamu pergoki tengah bermesraan dengan wanita lain di dalam toilet itu?" "Entahlah Kia, yang pasti waj
Sudah seminggu semenjak kejadian pergok-memergoki antara Dava dan Airaa. Kini keduanya terlihat sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.Airaa bekerja di butik miliknya sendiri, butik yang tak terlalu luas namun cukup mewah untuk kalangan atas.Airaa mempekerjakan dua orang wanita untuk bekerja di butiknya, kedua wanita yang sudah sangat Airaa percayai untuk mengendalikan butik miliknya saat ia tak berada di tempat."Ini mbak kopinya." ucap gadis cantik menyugguhkan secangkir kopi panas untuk Airaa."Terima kasih," ucap Airaa begitu senang seraya meraih gelas kopi itu.Kopi panas kesukaannya, para pekerja memang sudah sangat mengerti sekali tentang dirinya. Airaa yang suka minum kopi di pagi hari, Airaa suka makan makanan yang kering dan tidak berkuah, dan masih banyak lagi hal tentang Airaa yang sudah sangat mereka hafal."Kopinya enak sekali Sita," puji Airaa setelah selesai menyeruput sedikit kopi itu."Ah mbak bisa aja, cuma k
Dava pov.Hari ini aku sangat lelah sekali, pekerjaan ku bertambah tiga kali lipat dari biasanya. Om Rasyid sudah dua hari ini tak masuk kerja sampai 2 hari ke depan, dan Nando mengambil cuti selama dua minggu pasca menikah.Jadilah aku yang menggantikan mereka, semua perkejaan di alihkan padaku. Sebenarnya aku sudah menolak, tapi ayah dan anak itu kekeh pada pendiriannya."Huffftt," aku menghela nafas kasar dan berat.Rasa suntuk menyeliputiku, ku longgarkan dasi yang terasa mencekik leher dan dadaku, rasanya aliran pernafasanku jadi tersumbat."Eh!" Aku berjengit kaget kala mengingat sesuatu."Bukankah hari ini, hari pernikahan Nando?" ucapku seakan mengingat-ingat tanggal berapa ini.Sangking sibuknya aku bahkan sampai tak sempat lagi pergi ke club, barang sedetik saja. Jangankan club, bahkan tanggal saja aku lupa.Aku melirik arlojiku yang melingkar indah di pergelangan tangan kiri ku. Jam menunjukkan pukul tujuh malam, dengan cep
"Yo bro!" teriakan suara pria nyaring masuk ke dalam ruangan sahabatnya."Hai Dav!" balas Nando santai menoleh ke arah pintu."Gimana nih?" Dava bertanya menggoda, menaik turunkan kedua alisnya bergantian. "Gimana apanya? "Itu, rasa pernikahan." senyum penuh arti dari Dava."Ngomong apa sih lu Dav." cengir Nando merasa geli dengan pertanyaan sahabat gesreknya."Hei, ayolah sobat, bagi pengalaman tentang kehidupan pernikahanmu. gue kepo nih!" "Kalau lo mah gak usah di ragukan lagi, lo kan manusia terkepo akut di muka bumi ini." ejek Nando membuat Dava tergelak."Eh Ndo, lo tahu gak? sekitar seminggu yang lalu Metha berhenti bekerja." "Gak tahu gue Dav, kan gue ambil cuti libur pasca menikah.""Nah, sekarang gue mau kasih tahu lo." Dava mendekati Nando seraya berbisik."Gue denger-denger, Metha hamidun. alias hamil duluan.""Astaga Dava! ngucap lo. apaan sih lo gosip hal kayak gitu, udah macam ibu-ibu komplek rumahan y