Beranda / Romansa / Dead&Queen / Bab 29 : Kepercayaan

Share

Bab 29 : Kepercayaan

Penulis: Ucyl_16
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-09 19:11:06

Alma masuk tanpa jaket, hanya dengan map biru yang selalu dibawanya sekarang.

Gio berdiri, memberi isyarat duduk. Tapi Alma hanya berdiri di dekat dinding kaca. Tak ingin terlalu dekat. Tak ingin pura-pura akrab.

“Lo udah tau kenapa gue minta ketemu,”

“Mungkin. Tapi gue pengen denger langsung,” jawab Alma, nadanya tenang.

Gio menarik napas. “Gue salah. Gue tahu itu.”

Alma menatapnya. Menunggu.

“Waktu revisi itu dikasih ke gue, gue sadar narasi lo berubah. Tapi gue pikir itu bagian dari penyuntingan biasa. Gue takut nyetop. Takut nabrak keputusan tim—dan ya... gue diem.”

“Dan pas lo lihat hasilnya dipresentasiin atas nama orang lain, lo tetap diem,” ucap Alma pelan. “Karena takut posisi lo tergeser, kan?”

Gio menunduk. Tak menyangkal.

“Gue gak punya alasan bagus. Tapi gue juga gak punya niat buat ngambil apapun dari lo. Lo tahu itu, kan?”

Alma memejamkan mata sejenak. “Gue tahu. Tapi tahu lo gak jahat, nggak cukup untuk menutup fakta bahwa lo tetap... membiarkan semua ini terjadi.”

Gio
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Dead&Queen   Bab 29 : Kepercayaan

    Alma masuk tanpa jaket, hanya dengan map biru yang selalu dibawanya sekarang.Gio berdiri, memberi isyarat duduk. Tapi Alma hanya berdiri di dekat dinding kaca. Tak ingin terlalu dekat. Tak ingin pura-pura akrab.“Lo udah tau kenapa gue minta ketemu,”“Mungkin. Tapi gue pengen denger langsung,” jawab Alma, nadanya tenang.Gio menarik napas. “Gue salah. Gue tahu itu.”Alma menatapnya. Menunggu.“Waktu revisi itu dikasih ke gue, gue sadar narasi lo berubah. Tapi gue pikir itu bagian dari penyuntingan biasa. Gue takut nyetop. Takut nabrak keputusan tim—dan ya... gue diem.”“Dan pas lo lihat hasilnya dipresentasiin atas nama orang lain, lo tetap diem,” ucap Alma pelan. “Karena takut posisi lo tergeser, kan?”Gio menunduk. Tak menyangkal.“Gue gak punya alasan bagus. Tapi gue juga gak punya niat buat ngambil apapun dari lo. Lo tahu itu, kan?”Alma memejamkan mata sejenak. “Gue tahu. Tapi tahu lo gak jahat, nggak cukup untuk menutup fakta bahwa lo tetap... membiarkan semua ini terjadi.”Gio

  • Dead&Queen   Bab 28 : Karena lo penting bagi gue

    Ia duduk di sisi berlawanan, map biru dan flashdisk kecil ada di atas meja. Tatapannya tajam, tapi tenang. Menunggu. Bukan dengan gelisah, tapi dengan sabar yang menghitung detik.Dan ketika Reina berpindah ke slide keempat—yang berjudul “Makna Kosong: Representasi Visual dari Duka Tak Bernama”, Alma menekan tombol di laptopnya.Klik.Sebuah proyektor kedua menyala. Semua orang menoleh.Di layar baru, muncul file PDF berjudul:“Versi_Manipulasi_2025 – Perbandingan Revisi Narasi”Semua berhenti.Termasuk Reina.Alma berdiri tidak menatap siapa pun secara langsung. Suaranya tidak keras, tapi cukup untuk membuat seluruh ruangan mendengarkan:“Slide yang barusan dipresentasikan adalah hasil dari revisi yang dilakukan tanpa persetujuan saya sebagai penulis asli narasi tersebut.”Hening.“Versi asli, berjudul Tentang yang Tak Tersisa, ditulis dua tahun lalu. File-nya ada di server internal, bisa dicek tanggal buat dan edit-nya. Beberapa bagian di versi yang sekarang bahkan menyimpan struktu

  • Dead&Queen   Bab 27 : Kebenaran perlahan

    Folder bernama “RasDraft_2022” terbuka. Di dalamnya ada tiga puluh satu dokumen. Sebagian hanya draf kasar, sebagian lain narasi utuh dengan catatan kaki dan sketsa visual. Dan di antara semua itu, Alma mencari satu file:“Tentang yang Tak Tersisa.docx”Klik. Terbuka. File itu adalah naskah orisinal yang dulu ia tulis saat magang, bagian dari proyek internal yang tak pernah diterbitkan. Tapi dari sinilah lahir konsep utama presentasi yang sekarang diganti nama menjadi proyek Reina.Alma membaca ulang paragraf pembuka:“Kehilangan bukan tentang pergi. Tapi tentang hal-hal yang perlahan menghilang tanpa pernah kita sadari. Dan ketika sadar, kita pun terlalu biasa tanpanya.”Tangannya sedikit bergetar. Bukan karena takut. Tapi karena marah yang selama ini ia tekan mulai menemukan bentuk: bukti.Ia membuka file salinan dari Rian—versi revisi presentasi. Ia bandingkan kalimat demi kalimat. Copy–paste. Parafrase. Penyesuaian visual. Tapi pola dan struktur naratifnya tetap miliknya.Ia klik

  • Dead&Queen   Bab 26 : Yang di tinggal tapi masih bertahan

    Alma menarik napas panjang. “Gue pengen nanya: salah gue di mana? Tapi kayaknya itu bukan pertanyaan yang bisa dijawab. Karena kadang lo gak salah, lo cuma gak cocok buat struktur yang udah mereka pilih.”“Gue tau jawabannya,” kata Wina.Alma menoleh.“Salah lo cuma satu: lo gak takut. Dan itu bahaya buat orang yang kebiasa ngontrol orang lewat ketakutan.”Mereka diam. Kantin makin sepi. Yang tersisa hanya suara kulkas yang bekerja terlalu keras, dan langkah seorang OB yang menyapu remah-remah dari lantai.Wina lalu menyandarkan punggung. “Lo punya dua pilihan sekarang, Ma. Diam dan ‘ikut’ biar gak makin dikucilkan. Atau lo tetap lantang dan siap dibikin kelihatan rusak. Karena percaya deh, abis ini bakal ada rumor aneh.”“Kayak?”“Lo susah diajak kerja sama. Lo emosional. Lo gak bisa adaptasi. Lo terlalu keras kepala. Gampang.”Alma tertawa. Tawa yang lebih mirip kelelahan. “Bisa ditebak ya.”“Reina gak frontal. Tapi dia punya lidah buat merambat ke telinga siapa pun yang dia butuh.

  • Dead&Queen   Bab 25 : Tak searah

    Gio meletakkan air di meja. Duduk di seberangnya. Mereka diam. Beberapa menit hanya berlalu dengan napas dan bunyi detik jam dinding tua.“Kenapa nggak bilang?” tanya Alma akhirnya. “Kalau lo tahu lo nggak bisa nolak Reina, kenapa nggak kasih tahu dan tari lebih keras gue lebih awal?”Gio membuka amplopnya. Di dalamnya, print-out struktur tim dan dua lembar draft rencana revisi. Ia tidak langsung menjawab. Hanya mengamati dokumen itu, lalu melipatnya kembali dengan rapi.“Karena gue pikir bisa cegah ini semua. Gue pikir bisa tahan Reina sampai revisi lo dilolosin dulu.”“Tapi lo nggak tahan.”Gio menatapnya. Matanya merah, tapi bukan karena menangis—lebih seperti kurang tidur. Atau terlalu banyak menahan.“Reina bukan orang yang bisa lo lawan langsung. Dia nggak marah. Dia nggak teriak. Tapi dia main sistem. Dia bikin keputusan terasa seperti pilihan, padahal lo udah nggak punya kuasa.”“Dan lo biarin,” Alma melipat tangan di dada. “Semuanya berubah, tapi gak bilang. Biar gue tahu dar

  • Dead&Queen   Bab 24 : Kau bukan pusat, kau hanya bayangan

    Langit Jakarta sore itu mendung, tapi kantor tetap panas. Bukan karena AC rusak, tapi karena aura Reina masih tertinggal di setiap sudut ruang rapat. Hari ini bukan lagi soal “Reina mulai datang" tapi mulai meninggalkan jejak kekuasaan pada sistem.Bau kopi yang basi bercampur dengan parfum mewah yang entah siapa pemiliknya. Semua terasa sama dinginnya dengan cara Reina menatap tadi pagi—seperti orang yang sudah tahu siapa yang akan disingkirkan bahkan sebelum pertarungan dimulaiJam digital di ruang rapat menunjukkan pukul 09.03. Udara AC begitu dingin, menusuk, tapi tidak cukup menenangkan gemuruh dalam dada Alma. Ia datang lebih awal hari ini—sebagian karena profesionalisme, sebagian lagi karena gelisah yang tidak bisa ditenangkan dengan duduk di meja sendiri.Satu persatu kursi mulai terisi. Wajah-wajah yang dikenalnya terlihat lelah tapi berusaha netral. Wina masuk dengan langkah cepat dan duduk satu kursi darinya. Mereka hanya saling mengangguk, tanpa kata. Lalu Gio datang, memb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status