Share

Dear Kakak Kelas ~ 2

"OMG?! Itu Tasya, kan?" Ria, salah satu sahabat dari Tasya kini memekik seperti seorang perempuan yang dirayu oleh raja gombal.

Kali ini keberuntungan ada di pihak Tasya, karena kelasnya sedang freeclass. Ia bisa terhindar dari tatapan maut Bu Andra, sang guru Matematika.

"Iya, kok bisa disitu sih?" sahut Alana, sahabat Tasya yang lainnya.

"Apa jangan-jangan dia terlambat, ya? Gila, baru masuk seminggu di SMA tuh anak udah nakal," tambah Alana.

Tiba-tiba seorang pria dengan penampilan acak-acakan berdiri di samping mereka. "Yang di lapangan itu temen lo berdua?"

Ria meneguk salivanya, melihat lelaki tampan yang gantengnya gak ketulungan. "I-iya, kak."

"Siapa namanya?" tanya cowok itu.

"Tasya, kak."

Cowok itu memberikan botol minuman dingin kepada Ria. "Kalo dia udah selesai jalanin hukuman, kasih dia ini. Bilang aja dari kakak kelas."

OMG?! Cogan ini ngasih Tasya minuman?

Ria memekik dalam hati.

"I-iya, kak."

"Santai aja, gausah gugup. Gue gak gigit kok." 

Argghhhhhh.....

batin Ria.

"Nama kakak siapa? Biar kami langsung ngomong ke Tasya kalau--"

"Gak perlu tau nama gue," cowok itu memotong pembicaraan Alana, "bilang aja dari kakak kelas."

Alana mengangguk. "Oke kakak kelas."

"Btw, kalian kelas berapa?" tanya cowok itu.

"Kel--"

"Kelas X IPA 2, kak!" Ria memotong pembicaraan Alana.

Tak ada lagi kata yang keluar dari mulut cowok itu selain kata 'Oh'.

"Thanks. Gue balik."

Saat punggung cowok itu sudah menjauh, Ria langsung berteriak histeris. "OMGG?! GUE IRI SAMA TASYA!"

Alana spontan menutup kedua telinganya agar tidak terganggu. "Berisik, lo!"

.

.

.

Kringgg kringgg...

Bel istirahat pun berbunyi, tanda kalau Natasya Priskilla telah selesai menjalankan hukuman. Haus, itulah yang Tasya rasakan dan sekarang pergi ke kantin adalah pilihan yang tepat. Saat hendak menuju ke kantin untuk membeli minuman, teriakan dari seorang yang sudah tidak asing lagi refleks menghentikan langkah Tasya.

"TASYAAA!"

Tampak Ria dan Alana sedang berlari ke arahnya dengan tergesa-gesa.

Tasya berbalik dan menghela berat. "Kenapa?"

"Lo dikasih minuman sama cogan, OMG!" ucap Ria histeris sambil menyerahkan minuman tersebut ke Tasya.

"Cogan?" Tasya bingung. "Siapa?"

"Nah, itu dia, Sya. Dia gak mau ngasih tau namanya. Dia bilang dari kakak kelas," jelas Alana.

Tasya semakin bingung. "Kok gitu?"

"Yah, gue juga gak tau. Dia juga nanya nama lo."

"Trus--"

"Minum aja apa susahnya sih? Kalo lo gak mau gue aja yang minum," Ria mulai bosan dengan pembicaraan kedua sahabatnya.

"Minum aja. Yakali udah diracunin," ucap Tasya.

"Aku rela diracunin, asal sama kakak kelas tadi." Ria meneguk botol air tersebut hingga sisa setengah.

"Lo haus?" tanya Alana heran.

"Haus akan cinta dari kakak kelas," Ria mulai lebay.

"Lebay ..." sahut Alana dan Tasya bersamaan kemudian meninggalkan Ria sendirian di situ.

"WOYY TUNGGUIN GUEE!"

Tanpa mereka sadari, cowok itu sedang melihat mereka bertiga dari tingkat dua.

***

Dentuman musik begitu kencang, kerlap-kerlip keindahan malam menyapa setiap insan yang tengah asyik menari di atas dancefloor.

Seorang cowok kini tersenyum manis, senyumannya mampu melumpuhkan setiap cewek yang melihatnya, begitu mematikan.

Dia adalah Vicky Nugraha. Seorang cowok yang termasuk jajaran orang-orang populer di sekolahnya. Ketampanannya tidak perlu diragukan lagi, bahkan sampai ada guru muda yang tergila-gila dengannya.

Bersama kedua temannya, Pace dan Angga, kini mereka bertiga sedang duduk sambil meneguk alkohol yang sudah mereka beli.

"Kita orang pulang su ko? Besok sekolah, ulangan Matematika lagi," ucap Pace sambil melirik Angga. Memang kebiasaan cowok Papua itu yang selalu mengajak pulang duluan padahal masih belum terlalu larut malam. Masih jam sebelas malam.

"Dasar bocah lo! Kebiasaan, jam segini lo pasti ngajak balik."

"Nanti beta pu bapa kejar beta deng golok? Baru dia cincang beta? Na bagemana?"

"Ya bersyukur gue. Udah lama gak makan kue," ucap Angga yang mulai pusing dengan omelan Pace.

"Tega sekali kau," ucap Pace manja.

"Bodo," sahut Angga.

Vicky mengacuhkan mereka, ia mengeluarkan sebatang rokok lalu menghisapnya dengan perlahan.

drttt drttt drttt ...

Vicky menghembuskan napas kasar ketika melihat nama "papa" tertera di layar ponselnya. Dengan ogah-ogahan, Vicky mengangkat telepon itu.

"Halo, Pa?" sahut Vicky melalui telepon.

"Kamu dimana?"

"Rumah temen, Pa."

"Udah jam setengah satu, ayo pulang!"

"Iya, Pa."

tittt tittt titt ...

"Gue cabut." ucap Vicky yang kemudian melenggang pergi tanpa menghiraukan Angga dan Pace yang tampaknya sudah terpengaruh dengan pesona gadis bertubuh sexy yang sedang memamerkan lekukan tubuhnya kepada dua cowok itu.

Vicky langsung naik di motor Ninja Hitam miliknya, kemudian meleset meninggalkan club dengan kecepatan penuh.

Sesampainya di rumah, Vicky langsung membanting pintu rumahnya secara kasar, membuat Viona-ibu Vicky dan Arga-ayah Vicky, terkejut setengah mati. Dan ternyata dugaan Viona benar bahwa Vicky mabuk.

"VICKY KAMU KE CLUB LAGI?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status