Share

Empat

Penulis: pipitxomi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-02 09:06:11

Seorang pria dengan wajah keriput dan rambut tipis berjalan dengan langkah tegap. Senyumnya lebar dan sekilas, ada sedikit kemiripan dengan cara Charles tersenyum.

Charles berdiri diikuti oleh Bintang. “Kakek.”

“Charles, dasar cucu durhaka. Kamu menikah tanpa memberitahu kakek.”

“Semuanya begitu cepat, Kek. Ini istriku, Bintang. Bintang, ini kakekku.”

Dilihat dari cara Charles berinteraksi dengan kakeknya yang hangat, Bintang bisa menyimpulkan jika hubungan mereka lebih baik daripada dengan David. Bintang tidak ragu untuk mengulurkan tangan. Namun, betapa kagetnya dia saat Jonathan menyalaminya dengan lebih semangat. Sang kakek juga menepuk pundaknya.

“Bagus, bagus!” Jonathan menatap Bintang puas. “Selamat datang di keluargaku.”

Senyum Bintang terlihat lebih lebar.

“Ayo makan! Aku tahu kakek sudah lapar.”

Charles berdiri. Jonathan segera bergeser ke sampingnya. Bertiga, mereka berjalan menuju meja makan dengan Charles berada di tengah.

“Bagaimana pesanan kita kemarin?” tanya Jonathan.

“Semua sudah ditangani. Mereka setuju dengan harga yang kita ajukan. Paling lambat, barangnya akan datang dalam satu minggu.”

Bintang sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Dia hanya diam di sisi Charles, mencoba mencerna.

Di belakang mereka, David terus saja menatap Bintang sambil sesekali tersenyum dan menjilat bibirnya. Entah apa yang ada dalam bayangannya.

Sementara itu, wajah Maria tampak merah. Tangannya terkepal erat.

Kondisi Charles sudah seperti itu, tapi kenapa Jonathan tetap saja lebih percaya urusan perusahaan kepadanya? Padahal suaminya sendiri masih sehat dan sudah lama bekerja di sana. Bukankah ini tidak adil?

Sebagai tetua, Jonathan duduk di kursi kepala sementara Charles dan Bintang berada di sisi kanannya dan David juga Maria di sisi kirinya.

“Ambil yang kamu mau,” ucap Jonathan kepada Bintang. “Jangan sungkan. Ayo!”

Jonathan menggeser piring berisi daging cincang yang ditumis harum.

“Terima kasih, Tuan.”

“Apa katamu?” Jonathan menegakkan tubuhnya. Keningnya mengernyit.

Bintang tersentak. Dia sampai lupa cara bernafas. Matanya mengerjap, mencoba mencari tahu di mana letak kesalahannya.

“Kamu adalah cucu menantuku. Sudah seharusnya kamu juga memanggilku kakek. Apa kamu mengerti?”

“I-iya, Kakek.”

“Nah, itu baru benar!” Jonathan tertawa terbahak-bahak. “Kita ini keluarga. Jangan sungkan seperti itu. Charles sudah memilihmu. Dan tugasku untuk menerimamu dengan baik. Ayo makan lagi yang banyak!”

Bintang tersenyum tipis, tampak canggung. Tangannya bergerak kaku.

Seumur hidup, baru kali ini dia merasa diperhatikan oleh orang tua. Selama ini, dia sibuk menahan diri dan mengalah. Sekarang, mendapat perlakuan manis dari kakek suaminya, air matanya hampir saja turun.

Tangannya terangkat untuk mengusap matanya.

“Oh, kamu juga sungguh pengertian ingin mengambilkan makan untuk suamimu. Ya, biasanya memang pelayan yang melakukannya. Kini, karena kamu di sini, sudah sepantasnya begitu. Bagus, bagus!” Jonathan tersenyum lebar.

Bintang sempat melongo, tapi mengingat betapa hangat sikap Jonathan, Bintang tidak keberatan. Lagi pula, piring Charles memang masih kosong.

“Apa kamu punya alergi?” Bintang berbisik kepada Charles.

Charles tersenyum, lalu menggeleng. “Aku bisa memakan apapun. Tidak perlu khawatir.”

‘Pria ini, kenapa suka sekali tersenyum?’ batin Bintang.

Gadis itu segera mengalihkan pandangannya dan mulai mengisi piring Charles. Setelah itu, dia mengambil sendok, lalu menyerahkannya kepada Charles.

“Makanlah!” kata Bintang lirih.

“Terima kasih,” jawab Charles.

Suasana di meja makan terasa hangat. Untuk pertama kalinya, Bintang bisa merasakan nikmatnya makan bersama keluarga. Suasana hatinya semakin membaik dan mulai melupakan pikiran buruknya tentang Charles.

Di seberang mereka, Maria tidak bisa menelan makanannya dengan baik. Matanya terus saja melirik Charles dan Bintang bergantian.

Di sisi lain, David tidak bisa melepaskan pandangannya dari Bintang terlalu lama. Bibirnya memang tertutup, tapi matanya mengatakan banyak hal.

Bintang bisa merasakan tatapan itu, tapi dia sama sekali tidak peduli. Apa yang bisa dilakukan David? Ada begitu banyak orang di sini.

Akhirnya, setelah tiga puluh menit, acara makan malam itupun berakhir.

“Kami harus pamit. Terima kasih atas jamuan makan malamnya. Dan sekali lagi, selamat atas pernikahan kalian.” David tampak enggan berpamitan. Dia masih ingin mengenal Bintang lebih jauh. Namun, Maria terus saja mencubit lengan atau pahanya.

Dengan berat hati, David menyalami ayahnya, Charles, dan terakhir, Bintang.

“Selamat datang di keluarga Smith,” ucapnya sambil mencium punggung tangan Bintang dengan mesra.

Refleks, Bintang menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakang, lalu perlahan, dia menggosokkannya dengan baju.

David tersenyum tipis. Dia merasa istri keponakannya ini sangat menggemaskan.

Tiba-tiba saja, Charles melangkah serong, membuat Bintang tertutupi olehnya.

David mengernyit. Belum sempat berkata, dia merasakan kesakitan di kakinya. Rupanya, tongkat jalan Charles mengenainya.

“Aduh! Kurang ajar!” David berjingkat. Dia meringis kesakitan. Tangannya memegangi kakinya yang membengkak.

“Paman, maaf. Apa aku mengenaimu?”

“Dasar buta!!!”

Suara David begitu keras membuat suasana menjadi hening. Sebenarnya, bukan karena suaranya yang keras, tapi karena kalimat yang dia lontarkan terlalu kasar.

Charles hanya tersenyum.

Di sebelahnya, Bintang tersentak. Dia tidak menyangka paman Charles akan mengatakan hal sekasar itu.

Pria ini…

Bintang semakin enggan mengenalnya.

“David!!!” Wajah Jonathan memerah. Emosinya terlihat jelas.

Baginya, kondisi Charles adalah hal yang tidak boleh dibicarakan. Charles adalah cucunya yang cerdas, yang bisa mengantarkan perusahaan menuju level yang lebih tinggi. Dia tidak akan membiarkan siapapun merendahkannya.

Jonathan memang sudah berumur enam puluhan, tapi aura bangsawan dan penguasa tetap berada di sekelilingnya, mampu menekan siapa saja termasuk David.

David kesusahan menelan ludahnya. Dia menunduk, lalu berjalan keluar.

Maria gegas bergerak. Dia menyalami Jonathan. Sedangkan Charles dan Bintang, dia hanya menatap sekilas lalu meninggalkannya.

Jonathan menghela nafas melihat tingkah putra dan menantunya. “Maaf kamu harus melihat hal memalukan seperti tadi,” ucapnya pada Bintang.

“Tidak apa-apa. Setiap keluarga memiliki problem masing-masing.” Bintang tersenyum menanggapi.

“Kamu memang gadis yang baik. Charles, aku semakin suka dengan pilihanmu.” Jonathan tertawa, merasa bangga pada Charles. “Baiklah, aku harus pulang. Tidak baik mengganggu malam pernikahan seseorang.”

Dia menepuk bahu Charles dan Bintang sebelum berjalan keluar.

Charles dan Bintang hanya tersenyum karena mereka tahu apa yang dipikirkan Jonathan tidak mungkin terjadi.

“Aku akan berbicara sebentar dengan Thomas,” kata Charles.

Bintang mengangguk. Dia berjalan sendiri ke kamar, lalu segera pergi ke kamar mandi untuk berendam dan merilekskan otot-ototnya.

Bintang mengisi bak, lalu mulai mencuci muka di wastafel. Setelah itu, dia melepas bajunya dan masuk ke bak.

Perpaduan antara air hangat dan wewangian membuat sarafnya mengendur. Bintang menikmati sensasi mandinya.

Sepertinya, menikah dengan Charles tidak buruk. Terlepas bahwa dia buta dan mudah sakit, tapi Charles cukup baik padanya. Tidak hanya mengijinkannya kuliah, tapi juga memberinya uang saku. Semua kebutuhannya dipenuhi. Kalau begini, mungkin memang seharusnya dia berterima kasih kepada Luna.

Kedua sudut bibir Bintang terangkat. Namun sedetik kemudian, senyumnya menghilang melihat Charles memasuki kamar mandi.

Refleks, Bintang merunduk, menutupi tubuhnya dengan busa. Dia melakukannya dengan perlahan dan tanpa suara. Matanya terus menatap Charles, sambil berdoa Charles tidak menyadari keberadaannya.

Charles berdiri di depan wastafel. Tangannya terulur, berusaha mengambil sikat gigi dan menambahkan pasta gigi di atasnya. Setelah itu, dia mulai menyikat gigi.

Wajahnya menghadap cermin. Pandangannya kosong, tapi Bintang bersumpah dia sepertinya sempat melihat mata Charles bergerak meliriknya lewat cermin!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Enam

    Suasana meja makan terasa tegang. Randi menghela nafas sambil menatap papanya yang duduk di depannya, menyesali keputusannya untuk pulang.Sejak awal, dia tidak ingin memperebutkan kekuasaan keluarga Adiwijaya. Dia ingin hidup bebas tanpa beban yang mengekang. Kini, dia sudah menjadi aktor dan influencer terkenal. Dia bisa memiliki tempat tinggalnya sendiri dan jarang pulang. Hanya pulang sesekali kalau sedang merindukan mamanya.Melirik sebelah, dia melihat Rana, adik Kevin, yang sejak tadi menunduk dan fokus pada ponselnya, tampak cuek dan acuh tak acuh. Dia pun tersenyum tipis. Tampaknya, ketiga cucu Adiwijaya tidak ada yang tertarik menjadi penerus.—Saras mengetuk pintu kamar Kevin. Tanpa menunggu jawaban, dia langsung membukanya.Kevin sedang bermain ponsel di atas kasur saat sang mama memasuki kamar. “Aku sedang tidak ingin sarapan. Bilang saja pada ayahmu itu untuk meninggalkan aku sendiri.” Dia tidak perlu mendongak atau bertanya. Dia jelas tahu tujuan kedatangan mamanya.

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Lima

    Suasana di ruang makan itu cukup sibuk. Beberapa pelayan hilir mudik mengantar makanan dari dapur dan menatanya di atas meja. Piring-piring dan alat makan lainnya sudah ditata rapi. Setelah semua siap, semua pelayan bergegas kembali ke tempat masing-masing, menyisakan ruang makan yang hening. Tidak lama kemudian, pintu terbuka lebar. Seorang pria berambut putih berjalan dengan tongkat di depan. Langkahnya mantap. Sorot matanya tajam dan penuh wibawa. Di belakangnya, beberapa orang berjalan mengikuti. Dia adalah sosok di balik kekuasaan Adiwijaya yang luas. Meskipun tidak sekuat keluarga Smith, tapi keluarga Adiwijaya juga tidak bisa diremehkan. Di umurnya yang hampir tujuh puluh tahun, dia belum mengumumkan siapa yang akan menjadi penerusnya. Tuan Tua Adiwijaya hanya memiliki dua anak, Sena dan Tania. Yang satu tidak cukup pintar, yang satu lagi penakut. Tidak ada yang cocok menjadi pemimpin keluarga. Sangat mengecewakan. Harapannya ada pada Kevin, cucu pertamanya. Kevin tel

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Empat

    “Oleh-oleh untukmu.” Bintang menyerahkan satu buah tas kepada Wina.“Ini apa?” Wina meletakkan penanya dan membuka tas tersebut.Suasana kelas belum ramai. Teman-teman mereka sibuk berbicara sendiri. Tidak ada yang memperhatikan mereka.Matanya membelalak melihat apa yang ada di dalamnya; kaos, tas kanvas, gelang manik-manik, juga jepit rambut.“Kamu dari mana? Liburan? Sama suami kamu?” Wina menatap Bintang penasaran sementara tangannya mengamati oleh-oleh tersebut.Bintang mengangguk. “Ya, begitulah,” jawabnya sambil berpura-pura sibuk membuka tas untuk menutupi pipinya yang memanas.“Wah, bagus sekali!” Mata Wina berbinar. Dia mengangkat jepit rambut dari kayu yang dihiasi dengan bebatuan yang disusun indah.Gadis itupun melepas karet rambut yang dia pakai dan menggantinya dengan jepitan itu. “Cantik tidak?” tanyanya sambil menggoyang rambutnya.Bintang mengangkat kedua jempolnya.Wina lalu memakai gelang manik-manik itu, memperhatikannya dengan seksama sambil tersenyum lebar sebel

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Tiga

    “Kenapa lama?” tanya Charles begitu istrinya duduk.“Iya, airnya macet. Ayo makan! Nanti keburu dingin.” Seperti biasa, dia mengambilkan makanan untuk Charles terlebih dulu sebelum mulai makan.Dalam hati, Bintang cukup was-was, takut jika Charles melihat adegan tadi. Dia berusaha bersikap tenang. Dia tidak ingin pertemuannya dengan Kevin merusak suasana makan bersama ini. Selain itu, dia tidak ingin Charles berpikiran buruk tentangnya ataupun Kevin. Biarlah begini saja. Suaminya tidak perlu mengetahui hal kecil itu.Bintang terus meladeni Charles. Sesekali, dia juga menyuapinya. Tidak terlihat kecanggungan atau terpaksa. Hanya ada kelembutan dan kehangatan. Kevin melihat semua itu. Keinginannya untuk melepas stres di Lombok hilang sudah. Yang ada dia semakin stres. Tanpa menghabiskan makanannya, dia pergi.Beberapa orang yang tidak sengaja melihat kemesraan Bintang dan Charles langsung berdecak kagum.“Cinta sejati ternyata memang ada.”“Tidak peduli bagaimana keadaan suami, istriny

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Dua

    Charles cukup bermurah hati membiarkan Bintang mandi setelah satu kali permainan.Setelah membersihkan diri, mereka keluar kamar saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Setelah itu, mereka berjalan keluar sambil bergandengan tangan, tampak bahagia dan akur.Thomas duduk di ruang tamu sambil bermain game di ponselnya. Mendengar suara langkah, dia pun menoleh. Bintang refleks melepaskan tangannya, tapi Charles menggenggamnya terlalu erat.“Kak, lepaskan. Ada pak Thomas,” ucap Bintang lirih.“Biarkan saja! Dia sudah tua. Pasti bisa mengerti,” jawab Charles acuh.“Tapi, Kak…” Bintang tampak cemas dan malu.Charles tidak mempedulikannya. Dia tetap menggenggam tangan Bintang dan bahkan memberinya kecupan di sana.Wajah Bintang semakin memerah.Sekali lagi, Thomas merasa menjadi obat nyamuk, tapi dia hanya bisa bersabar. Cukup membayangkan bonus yang akan dia terima akhir bulan ini dan bibirnya sudah bisa tersenyum. “Jadi, kalian sudah memutuskan mau pergi ke mana?” “Terserah Bintang saj

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Satu

    Bintang merasa tubuhnya remuk. Dia begitu kelelahan dan hanya bisa berbaring di atas kasur sambil melihat pantai. Charles benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Awalnya, Bintang tidak yakin jika selama ini suaminya itu menahan diri. Pasalnya, dia juga selalu kelelahan setelah melakukannya. Namun, pikiran itu terbantahkan. Charles benar-benar melakukan semua yang ada dalam imajinasinya. Mereka tidak hanya melakukannya di atas ranjang, tapi juga di sudut ruangan, di atas meja, juga di kamar mandi dengan shower yang mengalir. Dia mendapatkan berbagai rangsangan yang membuat tubuhnya meledak berkali-kali.“Aku membawakan bubur dan minuman hangat untuk membantumu memulihkan tenaga.” Tiba-tiba, Charles sudah berdiri di dekatnya.Lihat! Saking capeknya, Bintang bahkan tidak menyadari langkah suaminya.“Aku akan membantumu duduk.” Charles meletakkan nampan di atas nakas, lalu membantu Bintang bersandar pada headboard.Dia merasa bersalah telah membuat istrinya kelelahan, tapi tolong jan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status