Demi melunasi hutang keluarga, Bintang dipaksa menikah dengan tuan muda yang buta dan sakit-sakitan untuk menggantikan kakaknya yang melarikan diri. Konon katanya, Charles, calon pengantin pria, adalah seorang tuan muda yang tidak berguna. Dia buta dan tubuhnya lemah. Seorang pria seperti itu, perempuan mana yang sanggup merawatnya? Meskipun hartanya berlimpah, dia tidak bisa dibanggakan! "Lepaskan bajuku. Bantu aku mandi!" Bintang menurut saja karena dia tahu suaminya membutuhkan bantuan. Namun, melihat tubuh suaminya yang kekar menggoda membuatnya hampir mimisan. Tidak! Bintang adalah gadis muda yang selama ini hanya bisa melihat keindahan pria dari layar ponsel. Kini, saat dia bisa melihat dan merasakannya langsung, Bintang jadi ingin lebih dari sekedar memandikannya. Bagaimana ini?
View More“Bintang, kamu harus pulang sekarang dan menikah dengan tuan muda! Kakakmu … dia kabur.”
Bintang yang baru saja memasuki kelas hanya bisa terdiam mendengar tangisan ibunya. Perlahan, dia berbalik dan berjalan menuju lorong sepi. “Bintang, kamu dengar apa kata ibu? Pulanglah sekarang. Kalau tidak, ayahmu akan dipenjara. Hutang seratus juta sudah lama jatuh tempo. Ayahmu sudah tua. Hanya pensiunan pegawai pabrik. Bagaimana bisa melunasinya?” Bintang menutup matanya. Rahangnya mengetat. Selalu saja begini! Kakaknya, Luna, selalu membuat masalah dan dia selalu ‘diminta’ berkorban untuk membereskan semua masalahnya. Lagi dan lagi, Bintang dipaksa mengalah. Saat lulus SMA, Bintang sangat bahagia karena akhirnya dia berhasil diterima di sebuah kampus favorit yang menyediakan asrama. Tanpa banyak berpikir, Bintang pindah ke asrama, berharap bisa keluar dari bayang-bayang Luna yang menyesakkan. Baru satu tahun dia merasa bebas, dia kembali harus berkorban untuk Luna. “Ibu, coba hubungi teman-temannya. Siapa tahu kakak hanya pergi bermain dengan mereka. Bukankah kakak sangat suka pergi dengan teman-temannya?” Bintang mencoba berkata dengan tenang. Jika saja Sekar, ibunya, berada di depannya sekarang, maka perempuan itu akan melihat betapa merah mata Bintang. “Ayahmu sudah menelepon mereka. Ibu juga sudah pergi ke rumah Tina. Tapi, mereka semua menjawab tidak tahu. Dan ternyata Luna sudah keluar dari pekerjaannya sejak kemarin. Bintang, apa yang harus ibu lakukan? Hanya kamu yang bisa menyelamatkan ayahmu.” Tangisan ibunya membuat amarah yang membakar hatinya meredup. Meskipun dia membenci kakaknya, tapi ayah dan ibunya hanya terlalu baik dan polos. Bintang ingat ayahnya pernah berhutang seratus juta kepada pemilik pabriknya dulu karena Luna menabrak seorang anak dan membutuhkan operasi. Kejadiannya sudah agak lama. Waktu itu, dengan sombongnya, Luna berjanji akan mencicilnya. Namun, kenyataan berkata lain. Lina baru membayar selama satu tahun, lalu dia mangkir. Sisanya, ayah dan ibunya harus banting tulang untuk membayar setiap bulan. Bahkan Bintang sendiri merelakan yang jajannya untuk membantu mencicil dan memilih untuk bekerja demi uang saku dan kebutuhan sekolahnya. Sekarang, saat sudah genting, Luna yang harusnya menikah dengan tuan muda justru pergi dengan entengnya. Bintang sungguh geram. Jika saja dia bisa bertemu kakaknya, ingin sekali dia memukul kepalanya agar sadar. “Bu, yang berhutang itu sebenarnya Kak Luna! Dia yang memaksa ayah berhutang seratus juta untuk biaya operasi waktu itu. Seharusnya, dia yang menikah dan bertanggung jawab.” Sekar membeku. Ya, dia tahu itu. Sangat tahu. Itu sebabnya, saat tuan muda meminta seorang istri, Bayu dan Sekar menyodorkan Luna kepadanya. Siapa yang menyangka jika putri sulungnya itu justru kabur? “Lalu, apa kamu akan membiarkan ayahmu dipenjara? Apa kamu tidak memikirkan bagaimana nasib ibumu ini? Hidupmu masih enak, bisa kuliah dan bersenang-senang. Sedangkan keluargamu di sini….” Sekar menangis, tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Kepala Bintang langsung berdenyut. “Ibu, jangan menangis. Aku akan pulang sebentar lagi.” Memangnya Bintang punya pilihan lain? Tidak! Ayah ibunya memang terlalu memanjakan kakaknya. “Baguslah, Nak. Jangan khawatir, tuan muda bukan orang yang merepotkan. Dia hanya ingin ditemani. Kamu cukup menjadi temannya yang baik, tidak perlu melakukan apa-apa, dan hidupmu akan baik-baik saja. Pulang cepat. Ibu dan ayah menunggumu.” Bintang menghela nafas panjang. Lalu, perlahan menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas. Keinginan Bintang untuk mengikuti perkuliahan hari ini harus kandas. Percuma saja dia kuliah kalau tidak bisa fokus. Dengan langkah pasti, dia berbalik. “Bintang, mau ke mana?” seru Wina melihat Bintang yang tadinya ada di sebelahnya tiba-tiba saja berbalik. “Ada urusan,” jawabnya acuh, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan teriakan temannya itu. Suasana hati Bintang jelas buruk. ** “Apa dia calon suamiku?” tanya Bintang kebingungan. Saat ini, dia sudah memakai baju pengantin dan siap untuk melakukan pernikahan meskipun hati kecilnya ingin menolak. Sekar menggeleng sambil tersenyum kaku. Bintang mengangguk. Sudah dia duga. Calon suaminya memang sombong. Dia berjalan dengan tenang. Tidak ada riasan berlebih di wajahnya. Rambutnya juga hanya digerai sederhana dengan satu jepit rambut berhiaskan bunga di atasnya. Benar-benar sangat sederhana. Raut Thomas sempat berubah melihat calon pengantin tuan mudanya. Namun, perubahan itu hanya sekilas dan tidak membuat siapapun menyadarinya. Tanpa kata, Thomas berbalik. Bintang mengepalkan tangannya. Meskipun dia kaya, tapi apa pantas bersikap setidak sopan itu? Penilaiannya terhadap calon suaminya menjadi semakin negatif. “Silakan, Nona.” Thomas membuka pintu belakang. Bintang pun masuk dan Thomas segera menutup pintu. Perjalanan menuju kantor catatan sipil terasa seperti satu abad. Bintang mengira calon suaminya juga akan menjemput, tapi ternyata itu hanya angan-angan saja. Penilaian Bintang terhadap tuan muda semakin negatif. Tapi, itu bukan masalah. Bintang bisa berteman dengan siapa saja. Dia hanya perlu memberi apa yang dia terima. Simple! Bintang tidak tahu berapa lama dia melamun. Tiba-tiba saja, pintunya terbuka. “Kita sudah sampai, Nona.” Bintang mengerjapkan matanya, lalu melihat keluar. Benar saja, dia sudah tiba. Dia pun turun. Dengan cekatan, Thomas menunjukkan sebuah ruangan yang masih tertutup. Dia membukanya dan tanpa ragu, Bintang masuk. Betapa terkejutnya dia melihat seorang pria tampan dengan kulit putih pucat duduk dengan tenang di sampingnya. Wajahnya tampan, lebih tampan dari tokoh komik yang biasa dibaca Wina. Rahangnya, hidungnya, matanya, semuanya sempurna. Tunggu sebentar… Kenapa Bintang merasa mata indah itu tampak kosong. Pria itu bahkan tidak menoleh saat dia masuk. Namun, itu tidak menjadi fokusnya sekarang karena pria itu menggeser sebuah kertas ke arahnya. “Istriku, silakan tanda tangan.” Suaranya terdengar dalam dan serak, dan ada sedikit nada lembut di sana. Bintang meliriknya, tapi tuan muda itu tetap menatap ke depan. Dalam hati, Bintang mulai menerka-nerka, ‘Dia buta?’ Dia membaca sekilas tulisan yang ada di atas, melirik nama pengantin laki-laki. Charles Smith.. Bintang hanya menatapnya, lalu membubuhkan tanda tangannya tanpa banyak bertanya. “Selamat, anda berdua sudah sah menjadi suami dan istri,” ucap petugas di depan mereka dengan senyum lebar. Charles mengangguk, tampak tenang dan tidak banyak berekspresi. “Ayo kembali!” Charles mengangkat tangannya, memberi kode kepada Thomas. Thomas bergegas menyimpan semua berkas dan mendorong Charles kembali ke dalam mobil. Tubuh Bintang menegang. Karena hanya fokus pada wajah Charles, dia tidak menyadari jika suaminya itu duduk di atas kursi roda. Nafasnya terasa berat. Tidak hanya buta, suaminya juga lumpuh?!Ada sebuah rumah kecil di pinggiran kota lain. Lingkungannya cukup ramai. Anak-anak kecil berlarian, bermain layangan, para tetangga keluar untuk bergosip, ada ibu-ibu yang meneriaki anaknya, juga bapak-bapak yang bermain catur dan merokok sambil menggoda para gadis dan janda muda.Hanya ada satu rumah yang pintunya jarang dibuka dan penghuninya jarang keluar. Suasana rumahnya agak suram. Rumput dibiarkan tinggi. Cat rumah dan pagarnya juga kusam. Televisi di depannya dibiarkan menyala, tanpa ada yang menonton. Bungkus sisa makanan berserakan di atas meja. Sepatu dan sandal tidak pada tempatnya.Di atas sofa, seorang wanita duduk dengan malas. Wajahnya ditutup masker. Hanya menyisakan matanya yang indah, fokus membaca berita di sosial media sambil sesekali bergumam kesal karena keramaian di depan.Sedang asyik menggulir layar, tiba-tiba matanya menangkap sosok yang sangat dikenalnya. Sontak, dia duduk dan menegakkan punggungnya, melepas maskernya, lalu berseru, “Itu Bintang? Tidak mun
Berita tentang Charles yang telah sembuh menyebar seperti serbuk sari yang tertiup angin. Dalam sehari, entah berapa kali Thomas mengangkat panggilan dan menjawab pertanyaan dari para kolega dan pelaku bisnis lainnya. Belum lagi menyelesaikan pekerjaan dari Charles yang tidak pernah sepi. Ini membuatnya semakin sibuk. “Tuan, apa Anda akan berangkat sekarang?” tanya Thomas saat Charles mempersilakan dirinya masuk.Charles melirik jam. “Pertemuannya sekarang?”“Iya, Tuan. Para direktur dan komisaris sudah siap. Hanya menunggu Anda.”Charles menghela nafas. Dia menyimpan pekerjaannya, merapikan berkas, lalu bertanya, “Apa yang mau dibahas?”“Tentang persiapan ulang tahun perusahaan satu minggu lagi. Seperti biasa, mereka akan mengundang seorang artis dan menyewa ballroom. Sedangkan untuk pegawai umum, manajer sudah menyiapkan lomba dan hadiah untuk mereka.”“Ayo berangkat!” Charles berdiri, merapikan pakaiannya, dan pergi diikuti Thomas di belakangnya.Thomas berjalan dengan patuh, bera
“Kakek, makanlah yang banyak! Jarang-jarang kakek datang kemari. Ayo makan!” Bintang meletakkan berbagai macam lauk di piring Jonathan.Perempuan melayani Jonathan dengan baik dan tatapannya tampak tulus.Bagaimana tidak? Seumur hidup, dia tidak pernah mendapat kasih sayang keluarga yang dia harapkan.Kedua orang tuanya hanya fokus pada kakaknya. Nilai sekolah Luna lebih baik. Kakaknya cukup cerdas dan terkenal lincah. Selain itu, Luna memang memiliki fisik yang lebih baik darinya. Luna lebih tinggi darinya. Kulitnya lebih putih. Dan, bahkan kuku-kukunya selalu terawat bersih.Dibandingkan dengan dirinya, Bintang seperti debu.Tidak seperti Luna, Bintang harus tekun untuk bisa mendapatkan nilai A. Buku-bukunya dipenuhi coretan untuk memudahkannya mengingat. Tingginya juga rata-rata, tidak istimewa. Jika Luna memiliki kulit putih cerah, maka Bintang harus puas dengan kulit kuning langsat. Itu karena dia harus bekerja sepulang sekolah.Dengan perbandingan-perbandingan itu, orang tua mer
Perjalanan bisnis itu akhirnya berakhir. Pesawat yang ditumpangi Charles dan Bintang mendarat dengan mulus pada sore hari. Pasangan suami istri itu turun dari pesawat dan memasuki mobil.Bintang merasa sangat lelah. Bukan hanya karena perjalanan yang cukup lama, tapi juga karena suaminya yang kuat terus-menerus mempermainkannya. Sekarang, setelah tiga hari di hotel dan dua hari perjalanan, tubuhnya sangat lemas.“Tidurlah sebentar. Aku akan membangun kamu nanti,” ucap Charles dengan lembut. Tangannya meraih kepala Bintang dan membiarkannya bersandar di bahunya “Hmm, aku sangat lelah, capek, lemas. Ini semua gara-gara kamu!” Bintang marah, tapi dia terlalu lemah dan akhirnya menjatuhkan tubuhnya ke arah Charles seperti jeli, lembek tapi lembut.“Iya, aku minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi.” Tentu saja itu hanya janji palsu. Charles tidak yakin dia bisa menahan diri di dekat Bintang. Pertama, Bintang adalah istrinya yang sah. Kedua, dia sudah menunggu lama untuk bisa memilik
“Nona, Tuan Charles sudah tiba di lobi.” Asisten Laura segera melaporkannya sesuai perintah nona besarnya tadi pagi.Laura menoleh ke arah jam. “Dia terlambat lima menit.”Setelah menormalkan jantungnya, dia berbalik menuju kursinya. “Siapkan kopi dan camilan!”“Baik, Nona.” Perempuan empat puluh tahun itu mengangguk, lalu keluar untuk mengurus permintaan bosnya.Saat pintu tertutup, Laura mulai membuka berkas dan mempelajarinya, menambahkan beberapa catatan yang diperlukan, dan merevisi beberapa hal. Meskipun hatinya tidak tenang, tapi di permukaan, Laura menekan semua kegelisahannya.Suara pintu diketuk membuatnya menengadah. “Masuk!”Pintu terbuka dan masuklah seorang pria. Tinggi, tampan, berwibawa, dan cerdas adalah sedikit dari definisi yang bisa Laura sebutkan untuk sosok Charles. Tatapan pria itu dingin dan tajam, tampak tidak ingin diganggu. Tanpa sadar, Laura menelan ludahnya.“Di mana Tuan Sean?” Suara Charles dalam dan magnetis.Jantung Laura sontak berdebar kencang. Kakin
“Dasar cucu durhaka! Kamu sudah sembuh bukannya datang ke sini, malah main-main ke rumah Sean! Aku yang sudah tua sampai terkejut. Untung saja aku tidak punya penyakit jantung!!”Jonathan menelepon pagi-pagi untuk memarahi cucu kesayangannya.Charles masih bergelung dengan selimut saat Jonathan meneleponnya. “Aku bisa menyiapkan dokter jantung terbaik untukmu,” jawab Charles enteng.“Heh, perhatikan kata-katamu, anak muda! Sekarang, cepat alihkan ke panggilan video. Aku ingin melihatnya!” perintah Jonathan.“Kakek, apa kakek yakin ingin melihatku sepagi ini? Bukan masalah. Hanya saja, aku takut kakek akan otomatis merindukan nenek. Kalau itu sampai terjadi, aku tidak bisa menolongmu.”“Ap-apa??!”“Aku tidak ingin memamerkan kemesraan ku dengan Bintang. Semalam, kami…”“Cukup! Hentikan! Tidak tahu malu! Besok, kalau pulang, dari bandara langsung ke rumah. Titik!”Dan Jonathan menutup panggilannya begitu saja.Charles tersenyum lebar. Hatinya puas menggoda kakeknya. Dia Pun meletakkan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments