Share

Lima

Penulis: pipitxomi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-09 01:35:47

Bintang terkesiap. Dia menutup mulutnya agar tidak berteriak. Saat dia menatap cermin lagi, pandangan Charles tetap kosong dan menerawang.

Apa tadi dia hanya berhalusinasi?

Bintang melihat Charles sudah selesai menyikat giginya. Kemudian, dia melangkah keluar. Pandangannya tetap kosong. Tidak lupa, tangannya meraba-raba sekitar untuk membantunya menemukan pintu.

Bintang menghela nafas. Itu tadi pasti hanya perasaannya saja. Sudah jelas jika suaminya itu buta. Tidak mungkin dia bisa melirik apalagi melihat.

Tiba-tiba, Bintang ingin mengakhiri acara berendamnya. Lagi pula, airnya tidak lagi hangat. Dia pun berdiri dan mengambil jubah mandi. Belum sempurna dia memakainya, Charles kembali masuk.

“Bintang, kamu di sana?” serunya. Kepalanya mendongak, menatap langit-langit agar telinganya bisa bekerja lebih baik.

Bintang gegas berbalik memunggungi sang suami dan memakai jubah mandinya dengan terburu-buru. “I-iya!” jawabnya gagap.

‘Aduh, bagaimana bisa dia kembali masuk? Untung saja dia buta jadi tidak bisa melihat tubuhku. Bayangkan kalau matanya normal! Seluruh tubuhku pasti sudah tidak suci lagi!’ Bintang menangis dalam hati.

“Oh, syukurlah! Aku hanya terkejut karena mendengar suara air. Apa kamu terjatuh? Apa kamu baik-baik saja?” Charles bergerak maju. Tangannya terulur, mencari sosok sang istri.

Untung saja jubahnya sudah terpakai sempurna. Bintang bergegas mendekat, meraih tangan Charles dan menuntunnya keluar. “Tidak, tidak! Aku tidak apa-apa. Tidak ada yang jatuh atau terluka.”

“Apa kamu yakin?”

Bintang mengangguk dengan cepat. “Iya, yakin seratus persen!”

Bintang mengajak Charles duduk di kasur, lalu dia mengambil baju di lemari. Terima kasih kepada suami butanya yang baik hati, semua kebutuhannya benar-benar terpenuhi.

Setelah mengambil sepasang piama, Bintang kembali ke kamar mandi untuk memakai baju.

“Kenapa kamu kembali ke kamar mandi?” tanya Charles begitu Bintang keluar.

“Mmm, itu, aku berganti baju.”

Charles mengangguk. “Apa kamu mau tidur?”

“Tidak, aku masih harus mengerjakan tugas,” jawab Bintang sambil berjalan ke arah meja belajarnya.

Tidak lama kemudian, gadis itu mulai hanyut dalam buku dan laptop. Tidak tahu sudah berapa lama, dia merasa matanya berat. Dia pun segera membereskan mejanya, memasukkan buku-buku dan laptop ke dalam tas. Saat dia mendongak, dia melihat Charles sedang membaca sesuatu.

Tahu maksudnya, ‘kan?

Charles membuka sebuah buku, lalu tangannya bergerak di atasnya, ke kanan dan kiri.

Bintang terus menatap Charles. Suaminya itu memang sangat tampan. Pria paling tampan yang pernah dia temui. Dia juga paling baik padanya. Jika saja dia bisa melihat dengan normal, Bintang yakin Charles tidak perlu memaksakan pernikahan seperti ini. Para gadis akan berjejer untuk memperebutkannya. Untungnya, Charles memilih kekurangan yang besar. Dengan begitu, pria itu hanya akan menjadi miliknya satu-satunya.

Bintang tertawa keras dalam hati.

Selamat tinggal kehidupan masa lalu yang suram. Selamat datang kehidupan masa depan yang cemerlang.

Dengan langkah ringan, Bintang berdiri di sisi lain kasur, lalu perlahan merebahkan tubuhnya. Dia sudah sangat mengantuk. Bersentuhan dengan kasur super lembut dan selimut yang harum, Bintang merasa terlena.

“Apa kamu sudah mengantuk, istriku?” tanya Charles saat merasakan sisi kasurnya bergerak.

“Iya, besok pagi aku masih harus kuliah, Tuan muda,” jawab Bintang lirih.

Matanya sontak terbuka lebar. Jujur saja, dia mendadak gugup waktu menyadari jika dirinya akan berbagi kasur dengan seorang pria, suaminya.

Kening Charles berkerut. “Apa bisa kamu mengubah panggilan itu? Kita sudah menikah. Jangan memanggilku tuan muda. Itu terdengar seperti kamu adalah bawahanku.”

“Mmm, saya bingung.”

“Panggil aku apa saja. Asalkan bukan tuan muda.”

Bintang melipat bibirnya. Otaknya bekerja keras menemukan satu kata yang cocok untuk Charles.

“Panggil saja namaku kalau kamu kebingungan.”

“Tapi, itu pasti tidak sopan. Aku masih sembilan belas tahun.”

“Dan aku dua puluh tujuh tahun. Kita tidak berbeda jauh. Kalau begitu, kamu bisa memanggilku kak.”

Bintang melirik Charles kebingungan.

Tidak berbeda jauh? Selisih umur mereka bahkan mencapai delapan tahun!

Charles tersenyum tipis mengetahui Bintang tidak membantahnya. Dia pun menutup bukunya, lalu mematikan lampu dengan tombol khusus, membuat ruangan yang tadinya terang, kini menjadi gelap. Hanya ada cahaya dari luar yang menerobos lewat jendela.

“Selamat malam, Istri.” Suara Charles yang lembut dan dalam memasuki gendang telinga Bintang.

“Se-selamat malam, K-Kak.”

Jantung Bintang berdebar semakin kencang. Entah kenapa, suasana ini membuatnya bertambah gugup. Setelah beberapa saat, rasa kantuknya akhirnya menang dan perlahan, dia tertidur.

Esok paginya, Bintang sudah bersiap sejak pagi. Pukul tujuh, dia turun dengan ransel di punggungnya. Di bawah, dia melihat Charles dan Thomas sedang berdiskusi.

Keningnya mendadak berkerut. Apakah Thomas ini semalam tidak pulang? Sepagi ini sudah datang?

“Bintang?” Charles menengadah saat mendengar langkah kaki.

“Selamat pagi,,,, kak,” ucap Bintang sambil tersenyum kaku. Apalagi saat matanya bertemu dengan Thomas. Ingin sekali rasanya dia berlari dan sembunyi di balik tembok. Ini sangat memalukan!

“Selamat pagi, Istri,” jawab Charles dengan senyum lebar.

Satu alis Thomas terangkat. Dia menatap majikan dan nyonya mudanya bergantian, tapi tidak ada satu kata yang keluar darinya. Dan dia memilih untuk menunduk.

“Ayo sarapan dulu!” Charles berdiri dan berjalan dengan tongkatnya menuju meja makan.

Bintang dan Thomas mengikuti.

Seperti kemarin, Bintang membantu Charles mengisi piringnya sebelum dia sendiri makan. Thomas hanya diam melirik tanpa berkomentar.

Selesai makan, Charles berkata kepada Bintang, “Bintang, berikan nomor ponselmu kepada Thomas. Kamu bisa menghubunginya kalau terjadi sesuatu.”

Thomas segera mengeluarkan ponsel dan mereka pun bertukar nomor.

“Jam berapa kamu akan pulang?” Charles kembali bertanya kepada Bintang.

“Kuliahku selesai pukul satu. Tapi mungkin aku masih harus ke perpustakaan. Aku akan mengabarimu jika selesai.”

Charles mengangguk puas.

“Kalau begitu, aku berangkat.” Bintang memasang ranselnya, lalu berjalan keluar.

“Hati-hati di jalan!” seru Charles.

Bintang hanya mengangkat jempol sebagai jawaban, lalu sedetik kemudian, dia menyadari sesuatu.

“Baik!” seru Bintang tidak kalah keras.

Charles tersenyum lebar. Dia sama sekali tidak berusaha menutupi kebahagiaannya.

Sopir sudah menunggu dengan tenang saat Bintang melewati pintu. Dengan cekatan, dia membukakan pintu untuk Bintang sebelum dia sendiri duduk di belakang kemudi.

Sepanjang perjalanan, Bintang masih memikirkan nasib hidupnya yang berubah total. Dari yang biasanya berpanas-panasan di dalam bis atau ojek, siapa sangka sekarang dia bisa menikmati fasilitas mobil dan sopir. Bintang berjanji akan memperlakukan Charles dengan baik. Tidak peduli bagaimana kondisinya.

Getaran di ponsel membuat lamunannya buyar. Dia mengambil ponsel di saku, dan membukanya. Itu adalah pesan dari sang ibu.

[Bagaimana rasanya menikah dengan tuan muda?]

Dan satu kalimat itu sukses membuat suasana hatinya kacau.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Enam

    Suasana meja makan terasa tegang. Randi menghela nafas sambil menatap papanya yang duduk di depannya, menyesali keputusannya untuk pulang.Sejak awal, dia tidak ingin memperebutkan kekuasaan keluarga Adiwijaya. Dia ingin hidup bebas tanpa beban yang mengekang. Kini, dia sudah menjadi aktor dan influencer terkenal. Dia bisa memiliki tempat tinggalnya sendiri dan jarang pulang. Hanya pulang sesekali kalau sedang merindukan mamanya.Melirik sebelah, dia melihat Rana, adik Kevin, yang sejak tadi menunduk dan fokus pada ponselnya, tampak cuek dan acuh tak acuh. Dia pun tersenyum tipis. Tampaknya, ketiga cucu Adiwijaya tidak ada yang tertarik menjadi penerus.—Saras mengetuk pintu kamar Kevin. Tanpa menunggu jawaban, dia langsung membukanya.Kevin sedang bermain ponsel di atas kasur saat sang mama memasuki kamar. “Aku sedang tidak ingin sarapan. Bilang saja pada ayahmu itu untuk meninggalkan aku sendiri.” Dia tidak perlu mendongak atau bertanya. Dia jelas tahu tujuan kedatangan mamanya.

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Lima

    Suasana di ruang makan itu cukup sibuk. Beberapa pelayan hilir mudik mengantar makanan dari dapur dan menatanya di atas meja. Piring-piring dan alat makan lainnya sudah ditata rapi. Setelah semua siap, semua pelayan bergegas kembali ke tempat masing-masing, menyisakan ruang makan yang hening. Tidak lama kemudian, pintu terbuka lebar. Seorang pria berambut putih berjalan dengan tongkat di depan. Langkahnya mantap. Sorot matanya tajam dan penuh wibawa. Di belakangnya, beberapa orang berjalan mengikuti. Dia adalah sosok di balik kekuasaan Adiwijaya yang luas. Meskipun tidak sekuat keluarga Smith, tapi keluarga Adiwijaya juga tidak bisa diremehkan. Di umurnya yang hampir tujuh puluh tahun, dia belum mengumumkan siapa yang akan menjadi penerusnya. Tuan Tua Adiwijaya hanya memiliki dua anak, Sena dan Tania. Yang satu tidak cukup pintar, yang satu lagi penakut. Tidak ada yang cocok menjadi pemimpin keluarga. Sangat mengecewakan. Harapannya ada pada Kevin, cucu pertamanya. Kevin tel

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Empat

    “Oleh-oleh untukmu.” Bintang menyerahkan satu buah tas kepada Wina.“Ini apa?” Wina meletakkan penanya dan membuka tas tersebut.Suasana kelas belum ramai. Teman-teman mereka sibuk berbicara sendiri. Tidak ada yang memperhatikan mereka.Matanya membelalak melihat apa yang ada di dalamnya; kaos, tas kanvas, gelang manik-manik, juga jepit rambut.“Kamu dari mana? Liburan? Sama suami kamu?” Wina menatap Bintang penasaran sementara tangannya mengamati oleh-oleh tersebut.Bintang mengangguk. “Ya, begitulah,” jawabnya sambil berpura-pura sibuk membuka tas untuk menutupi pipinya yang memanas.“Wah, bagus sekali!” Mata Wina berbinar. Dia mengangkat jepit rambut dari kayu yang dihiasi dengan bebatuan yang disusun indah.Gadis itupun melepas karet rambut yang dia pakai dan menggantinya dengan jepitan itu. “Cantik tidak?” tanyanya sambil menggoyang rambutnya.Bintang mengangkat kedua jempolnya.Wina lalu memakai gelang manik-manik itu, memperhatikannya dengan seksama sambil tersenyum lebar sebel

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Tiga

    “Kenapa lama?” tanya Charles begitu istrinya duduk.“Iya, airnya macet. Ayo makan! Nanti keburu dingin.” Seperti biasa, dia mengambilkan makanan untuk Charles terlebih dulu sebelum mulai makan.Dalam hati, Bintang cukup was-was, takut jika Charles melihat adegan tadi. Dia berusaha bersikap tenang. Dia tidak ingin pertemuannya dengan Kevin merusak suasana makan bersama ini. Selain itu, dia tidak ingin Charles berpikiran buruk tentangnya ataupun Kevin. Biarlah begini saja. Suaminya tidak perlu mengetahui hal kecil itu.Bintang terus meladeni Charles. Sesekali, dia juga menyuapinya. Tidak terlihat kecanggungan atau terpaksa. Hanya ada kelembutan dan kehangatan. Kevin melihat semua itu. Keinginannya untuk melepas stres di Lombok hilang sudah. Yang ada dia semakin stres. Tanpa menghabiskan makanannya, dia pergi.Beberapa orang yang tidak sengaja melihat kemesraan Bintang dan Charles langsung berdecak kagum.“Cinta sejati ternyata memang ada.”“Tidak peduli bagaimana keadaan suami, istriny

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Dua

    Charles cukup bermurah hati membiarkan Bintang mandi setelah satu kali permainan.Setelah membersihkan diri, mereka keluar kamar saat jam sudah menunjukkan pukul sepuluh. Setelah itu, mereka berjalan keluar sambil bergandengan tangan, tampak bahagia dan akur.Thomas duduk di ruang tamu sambil bermain game di ponselnya. Mendengar suara langkah, dia pun menoleh. Bintang refleks melepaskan tangannya, tapi Charles menggenggamnya terlalu erat.“Kak, lepaskan. Ada pak Thomas,” ucap Bintang lirih.“Biarkan saja! Dia sudah tua. Pasti bisa mengerti,” jawab Charles acuh.“Tapi, Kak…” Bintang tampak cemas dan malu.Charles tidak mempedulikannya. Dia tetap menggenggam tangan Bintang dan bahkan memberinya kecupan di sana.Wajah Bintang semakin memerah.Sekali lagi, Thomas merasa menjadi obat nyamuk, tapi dia hanya bisa bersabar. Cukup membayangkan bonus yang akan dia terima akhir bulan ini dan bibirnya sudah bisa tersenyum. “Jadi, kalian sudah memutuskan mau pergi ke mana?” “Terserah Bintang saj

  • Dear Suami Butaku   Tiga Puluh Satu

    Bintang merasa tubuhnya remuk. Dia begitu kelelahan dan hanya bisa berbaring di atas kasur sambil melihat pantai. Charles benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Awalnya, Bintang tidak yakin jika selama ini suaminya itu menahan diri. Pasalnya, dia juga selalu kelelahan setelah melakukannya. Namun, pikiran itu terbantahkan. Charles benar-benar melakukan semua yang ada dalam imajinasinya. Mereka tidak hanya melakukannya di atas ranjang, tapi juga di sudut ruangan, di atas meja, juga di kamar mandi dengan shower yang mengalir. Dia mendapatkan berbagai rangsangan yang membuat tubuhnya meledak berkali-kali.“Aku membawakan bubur dan minuman hangat untuk membantumu memulihkan tenaga.” Tiba-tiba, Charles sudah berdiri di dekatnya.Lihat! Saking capeknya, Bintang bahkan tidak menyadari langkah suaminya.“Aku akan membantumu duduk.” Charles meletakkan nampan di atas nakas, lalu membantu Bintang bersandar pada headboard.Dia merasa bersalah telah membuat istrinya kelelahan, tapi tolong jan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status