Home / Romansa / Dekapan Dingin Suami Panas / 2. Apa Tidurmu Nyenyak Azalea?

Share

2. Apa Tidurmu Nyenyak Azalea?

Author: CacaCici
last update Last Updated: 2024-11-18 01:50:36

"Azalea."

Lea yang sedang mengoles roti seketika mengangkat pandangan. Seperti biasa, pagi harinya selalu diawali dengan sarapan bersama Haiden. Walau pria itu selalu sibuk dengan tabletnya.

"Iya, Mas?" tanya Lea seadanya. Tak ingin antusias karena masih mengingat kejadian tadi malam. Dia begitu excited menunggu kepulangan Haiden dari tempat kerja. Dia pikir malam dingin akan menjadi hangat dan penuh cinta. Namun, dia salah besar. Haiden tak mengharapkan hal yang sama dengannya. Dia berakhir tidur, ditemani kepiluan hati serta kehampaan.

Sungguh?! Inikah pernikahan indah dan romantis yang Lea impikan? Dia kira setelah berhasil menaklukan Haiden, dia akan menjadi wanita beruntung yang dimanjakan oleh pria ini. Sayangnya itu tak benar.

"Roti untukku?" ucap pria itu, menoleh ke arah piring yang masih kosong lalu menatap Lea–isyarat agar perempuan itu memberinya roti.

Lea yang sudah selesai mengoles roti dengan selai coklat campur kacang, bahkan ingin mengigitnya, seketika meletakkan roti tersebut di atas piring suaminya. Ah, karena terlalu memikirkan kejadian semalam, dia lupa menyiapkan roti untuk pria ini.

Lea mengambil roti lain untuk dirinya sendiri. Dia kembali mengoles roti dengan selai favoritnya, coklat dan kacang. Lea diam-diam melirik Haiden, memperhatikan suaminya yang sudah larut dalam pekerjaan.

Apapun! Selalu pekerjaan!

Lea melirik roti di piring Haiden, pria itu sama sekali tak menyentuh padahal sebelumnya terkesan mendesak Lea supaya segera menyiapkan. Lea mengamati roti itu, melihat bekas gigitan miliknya. Dia memang belum sempat memakan tetapi tadi dia sempat mengigit.

Lea termenung sesaat, diam-diam merasa perih dalam hati. Haiden tidak menyentuhnya karena jijik padanya, mungkin tak mau memakan sesuatu darinya juga jika makanan tersebut sudah disentuh–dalam artian digigit olehnya, tidak ingin bekas bibir Lea. Mungkin!

Lea buru-buru mengoles roti di tangannya kemudian menukar roti tersebut dengan roti yang ada bekas gigitannya.

"Kenapa kau tukar?" tanya Haiden, menahan tangan Lea yang ingin menukar roti di piringnya. "Kembalikan roti sebelumnya," lanjutnya.

"Ada bekas gigitanku." Lea berucap pelan, tetapi tetap meletakkan roti pertama ke atas piring Haiden. Pria ini terlihat marah, jadi Lea mengurungkan niat untuk menukar roti.

Satu fakta lagi tentang suaminya, Haiden sangat mudah marah. Bahkan jika itu tentang hal sepele sekalipun. 

Haiden meraih roti di piringnya lalu memakan tepat pada bekas gigitan Lea. Haiden kembali meletakkan roti tersebut, lalu menoleh ke sekitar–seperti mencari-cari sesuatu.

Lea mengerjap beberapa kali. Apa Haiden meletakkan roti karena jijik setelah memakan bekas gigitan Lea?

"Ini." Lea segera meletakkan air putih di sebelah piring Haiden. Dia yakin sekali Haiden mencari air putih untuk menetralisir rasa jijik dalam mulutnya.

Haiden mengerutkan kening, alisnya yang tajam menekuk tak santai dan kerutan di keningnya terlihat sangat jelas–seperti sebuah simbol integral.

"Kopiku juga tak kau siapkan, Azalea?!" ucap Haiden heran bercampur dingin, seakan-akan tak percaya perempuan ini lalai dalam tugasnya.

Lea terkejut, melebarkan mata panik. Bagaimana ini?! Dia benar-benar lupa karena memikirkan nasib malangnya semalam. Kenapa dia bisa se lalai ini?

"Ma-maaf. Aku akan buatkan," ucap Lea, buru-buru bangkit untuk menyiapkan kopi. Namun, Haiden bersuara dan menginterupsi.

"Tidak perlu. Duduk kembali, Azalea," titah Haiden cukup dingin. 

Lea dengan kikuk duduk, menatap ragu pada suaminya yang terlihat kesal. 'Setelah melamarku di Paris, seingat ku Mas Haiden sudah meleleh. Tapi kenapa setelah menikah, dia membeku lagi?' batin Lea, meringis melihat tampang dingin serta flat suaminya.

"Azalea."

Lea menatap sepenuhnya pada suaminya. 'Interaksi kami saja seperti bos dan kacungnya. Ck, inikah ikatan romantis suami istri di pagi hari? Sungguh, ini tak seperti ekspektasiku tentang pernikahan. Aku seperti menikah dengan arwah. Dingin dan angker.'

"Iya, Mas Haiden sayang?" jawab Lea, sengaja memanggil suaminya sayang karena berharap akan membuat obrolan dingin ini berubah hangat.

Sebetulnya, Lea adalah perempuan pecicilan, banyak tingkah dan cukup genit–terkhusus pada Haiden. Akan tetapi, tiga bulan ini dia berupaya merubah diri. Dia mengira sikap pecicilannya lah yang mungkin menyebabkan Haiden ilfeel lalu enggan menyentuhnya. Namun, tiga bulan dia berusaha anggun, tetap saja Haiden tak tertarik. Apa yang salah dengan Lea? Tubuhnya atau sikapnya? Atau … Haiden sejak awal tak menginginkannya?

"Tidurmu nyenyak?" tanya Haiden tiba-tiba.

Lea mengerutkan kening, mengerjap beberapa kali kemudian tersenyum tipis. "Iya, Mas Haiden," jawab Lea lembut dan halus, benar-benar bukan dirinya akan tetapi terpaksa demi mendapatkan hati Haiden.

'Tidurku sangat menyeramkan karena selalu diawali dengan makan hati. Aku seperti perempuan kurang belaian, dan kamu … masih pake nanya apa tidurku nyeyak?' batin Lea, dongkol dalam hati tetapi menatap Haiden dengan senyuman manis.

"Baguslah." Haiden berucap pelan, menganggukkan kepala secara singkat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Mas Deden lagi cibuk kerja, Kak. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠).⁠·⁠´⁠¯⁠`⁠(⁠>⁠▂⁠<⁠)⁠´⁠¯⁠`⁠·⁠.
goodnovel comment avatar
Suria
deden abaikan mak lea? alahaiii.. dulu kan deden jugak yg suka mak lea. kesiannya mak lea
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dekapan Dingin Suami Panas   232. Ekstra Part (ZeeNdi Pradebut)

    "A-apa? Aku dijodohin sama Papa?" Kaget dan panik Nindi. "Udah. Kamu mandi dulu. Nanti Mama bicarain ke kamu." Setelah sampai di kamar putrinya, Lachi mendorong Nindi masuk ke dalam kamar–menyuruh putrinya untuk segera mandi. *** "Jadi bagaimana? Masih ingin menikahi putri Paman?" tanya Danzel, di mana saat ini dia sedang berbicara dengan anak dari salah satu temannya lamanya di dunia bisnis. Sejak dulu pemuda ini sudah mendatanginya dan mengatakan keinginannya untuk memperistri putranya. Dulu, Danzel menertawakan karena anak ini masih remaja labil. Tapi meski begitu, dia menganggukkan kepala–setuju jika pria ini menikahi putrinya di masa depan. Sejujurnya Danzel tak terlalu serius dan menganggap itu hanya candaan ssmata. Danzel merasa anak ini tak akan bertahan lama dalam rasa sukanya pada Nindi. Dari remaja hingga dewasa–tak mungkin pria ini tak menemukan perempuan lain di luaran sana. Intinya, Danzel tak yakin jika pemuda ini bertahan dalam hal menyukai putrinya. Namun

  • Dekapan Dingin Suami Panas   231. Ekstra Part (ZeeNdi pradebut)

    Saat ini Nindi berada di kontrakan kecil miliknya. Hidupnya berubah drastis setelah empat bulan terakhir ini. Dia menjalani hari-hari penuh dengan kekurangan, dia berusaha bertahan di era miskin yang melanda dirinya karena ingin hidup mandiri seperti ibunya saat muda dulu. Neneknya bilang ibunya seorang perempuan mandiri yang tak pernah mengandalkan kekayaan orangtuanya. Nindi yang selama ini berfoya-foya dengan uang ayahnya, merasa tersindir. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk hidup sendiri. Dia memisah dari keluarga Adam, mencari pekerjaan secara mandiri di perusahaan lain, dan berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan ekonomi yang serba kurang. Bagi Nindi ini cukup sulit karena dia terbiasa hidup penuh kemewahan. Namun, sejauh ini, Nindi menikmati kehidupan barunya. Derrttt'Nindi meraih handphone di atas meja nakas, samping ranjang kecil miliknya. Dia langsung mengangkat telepon dari sahabatnya, Clara. "Iya, Ra?" ucap Nindi, satu tangan menempelkan ponsel ke telinga, satu la

  • Dekapan Dingin Suami Panas   230. Extra Part (ZeeNdi Pra Debut)

    "Lihat penampilanmu sekarang, nggak terurus, buruk dan … harus aku akui, kamu jelek banget." "Yang penting aku masih hidup." "Iya, masalahnya, siapa yang mau pacaran sama kamu kalau kamu bentukannya begini, Nindi." Mendengar nama itu, seorang pria yang sedang menunggu pesanannya segera menoleh ke arah sumber suara tersebut. Dia bisa melihat dua perempuan sedang duduk bersama, satu perempuan berpenampilan rapi dan satu lagi terlihat seperti gembel. Perempuan gembel itu-- rambutnya berminyak, wajah kusam, pakaian tak disetrika, dan sandal jepit yang dia kenakan sudah diikat tali plastik. Sepertinya sandalnya putus, dan dia mengakalinya dengan tali plastik. Diam-diam pria itu mengambil potret si perempuan gembel tersebut, setelah itu mengamati potret yang ia ambil dengan sangat serius. Sejujurnya meskipun berpenampilan gembel, perempuan ini masih tetap cantik. Hanya saja-- bukankah perempuan ini berasal dari keluarga terpandang, kenapa penampilannya seperti gembel? Apa pamannya–a

  • Dekapan Dingin Suami Panas   229. Ending

    "Apa mereka sedang menggunjing istri yah?" timpal Ziea, membuat semua orang menoleh padanya. "Ahahah, tidak mungkin, Ziea." Serena tertawa dengan anggun, menatap lucu pada Ziea. "Positif thinking, pasti membahas mobil. Para pria kan suka begitu," tebak Lea, kali ini mendapat anggukkan dari yang lainnya karena itu masuk diakal dan mereka setuju. "Ah ya ampun!! Pria yang pake kemeja hitam, ganteng sekali." Lea senyum-senyum manis. "Kak Deden?" Ziea memicingkan mata, mendapat anggukan dari Lea. "Tampan kan?!" Lea menaik turunkan alis. "Aduh. Tobat, Lea, tobat! Kamu sudah tua, Sayang!" Ziea mengomeli Lea, tetapi Lea tidak peduli–tetap memuji ketampanan suaminya. "Ada Alana loh di sini. Kamu tidak malu?" "Enggak apa-apa, Aunty. Alana sudah biasa kok," jawab Alana santai. "Pantas anteng, ternyata sudah biasa." Serena tertawa kecil. "Itu adek Kak Zana kan?" bisik Kanza pelan pada Anna, menatap seorang pria yang baru masuk. Pria itu tinggi, berpenampilan rapi dan p

  • Dekapan Dingin Suami Panas   228. Obrolan Pria Es

    *** Ethan memasuki rumahnya dengan langkah cool. Hari ini dia pulang lebih cepat dari kantor karena orangtua dan mertuanya sayang ke rumah. Keluarga yang lain juga akan datang, untuk menjenguk Alana yang sedang hamil. Sebenarnya ini kebiasaan keluarga Mahendra yang sangat kekeluargaan. Namun, karena daddynya tak mau kalah dan pada akhirnya yang lain ikut-ikutan. Jadilah hari ini mereka semua datang ke rumah ini. Ah, kakaknya juga datang. Namun, Samuel lebih dulu sampai ke sini dibandingkan Ethan yang merupakan tuan rumah. "Nyonya ada di mana?" tanya Ethan pada salah satu maid, ketika maid itu tergesa-gesa keluar dari sebuah ruangan lalu memberi hormat padanya saat melewatinya. Maid tersebut terlihat panik, segera menyembunyikan buku nyonya-nya ke belakang tubuh. "Ah-- itu, Tuan, Nyonya di-di halaman belakang bersama keluarga." "Humm." Ethan berdehem singkat. "Apa yang kau sembunyikan? Perlihatkan sekarang!" titah Ethan kemudian. Maid tersebut dengan ragu memperlihatkan buku

  • Dekapan Dingin Suami Panas   227. Masa Lalu

    "Ngapain kamu ke sini?" tanya Alana, melayangkan tatapan tajam ke arah seorang laki-laki. Karena mendapat laporan dari maid–ada seorang pria di depan gerbang rumah, Alana langsung ke sana untuk memeriksa. Alana sejujurnya malas, akan tetapi dia tak ingin membuat keributan. Dia takut pria itu nekat ke dalam atau Ethan tiba-tiba pulang dan salah paham pada si pria itu. Jadi lebih baik Alana turun tangan. "Alana, akhirnya kau bersedia menemuiku." Pria itu begitu senang setelah melihat Alana datang. Dia tersenyum lebar, layaknya seseorang yang telah menemukan berlian langka di dunia. Pria itu mendekat tetapi Alana mundur. "Ck, kamu ngapain datang ke sini, Hendru?!" ketus Alana, menatap sinis dan tak suka pada Hendru. Alana sudah muak dengan Hendru karena pria ini sangat mengganggunya. Hendru meninggalkan kenangan buruk bagi Alana, tetapi pria ini muncul dengan gampangnya dihadapannya, tanpa merasa bersalah sedikit pun atau tak malu sama sekali. "Aku ingin meminta maaf pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status