Arshaka baru kembali dari perjalanan bisnisnya dan langsung meluncur pulang. Ia bergegas pulang, ia sudah tak sabar ingin bertemu Alana.Setelah turun dari Lamborgini merah miliknya, ia menuju ke kamar Alana dengan langkah lebar.Membuka gagang pintu dengan pelan agar ia tak di sangka merindukannya, meskipun hal itu benar adanya.“Alana ... kau di mana?” Arshaka setengah berteriak. Sepi dan dingin seakan-akan tak pernah ada yang menghuni kamar itu sebelumnya.Arshaka menelusuri setiap sudut kamar, bahkan kamar mandi sudah ia periksa. Namun nihil, Alana tidak ada di sana.Seketika Arshaka menjadi cemas, buru-buru keluar dengan setengah berlari menuruni tangga dengan gusar.“Alana! Kau ada di mana?” teriaknya, membuat para penjaga datang dengan tergopoh-gopoh.Arshaka melihat para pengawal dan pelayan datang dan berbaris rapi sambil menundukkan kepala, ia menatapnya dengan tatapan setajam burung elang.“Ada apa, Tuan?” Monic yang baru tiba bertanya pada Arshaka yang terlihat menahan ma
“Alex, apakah semua persiapan persenjataan kita sudah lengkap?” tanya Arshaka.Alex mengangguk. “Semua persenjataan juga anak buah kita sudah siap. Kau bisa memerintahkan mereka kapan saja!” ucapnya.“Juga, aku sudah menghubungi penguasa di daerah sana, mereka bersedia membantu kita semaksimal mungkin,” imbuhnya.“Kalau begitu, jangan buang-buang waktu lagi. mari kita berangkat segera!” titah Arshaka.Namun, belum sempat mereka beranjak, dering telepon Arshaka menginterupsi keduanya.Arshaka mengernyitkan dahinya melihat nomor pemanggil yang tak diketahui.Arshaka menoleh ke arah Alex, ia mengerti kode yang diberikan oleh Arshaka, seketika ia membuka laptopnya dan menyadap telepon Arshaka dan memindainya.Setelah siap Arshaka menekan slide tombol hijau dan tanpa basa basi si penelepon langsung menyebut namanya.“Hallo, Arshaka. Masih ingat dengan suaraku?”“Jimmy keparat! Beraninya kau bermain-main denganku!” geram Arshaka membuat Jimmy tertawa terbahak-bahak dari seberang telepon.“H
Suara tembakan terdengar yang diiringi pekikan kesakitan membuat Alana dan yang lainnya menahan nafas.Tiba-tiba Adrian mengerang kesakitan, tangan kirinya memegang tangan kanannya yang semula memegang pistol saat ini tengah mengucurkan darah segar terkena tembakan.Entah dari mana asal suara tembakan itu, tang jelas saat ini suara tembakan kembali terdengar bersahutan dan beruntun.Jimmy yang menyadari ada baku tembak segera melarikan diri, sikap licik dan pengecutnya membuatnya tak memedulikan keselamatan anak buah juga yang lainnya.Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana harus melarikan diri dan bersembunyi agar anak buah Arshaka tidak menangkapnya.Alex masuk menerobos dengan di kawal beberapa pengawal terlatihnya, merekapun mulai menembaki anak buah Jimmy dengan lihai. Mereka bevitu terlatih dan terampil menggunakan senjata hingga dengan sekali tembakan mampu melumpuhkan targetnya.Begitu juga dengan Bang Jack beserta anak buahnya ikut membantu menumpas komplotan Jimmy. Dalam sekej
Setelah mengantarkan Alana ke poli kandungan dengan segala drama yang dibuatnya, Alana meminta Alex mengantarkannya membeli sesuatu. Tanpa curiga Alex mengiyakan, siapa yang akan mengira ia akan mendapat kesialan hari ini.Ketika sudah berada di jalan, anak buahnya mengabari kalau Arshaka sudah selesai di operasi. Setelah melewati masa observasi, Arshaka di pindahkan ke ruangan VVIP dengan pelayanan terbaik.Alex sangat ingin menjadi orang pertama yang mengawal tuannya, tapi, apalah daya. Makhluk paling ribet sedang mengerjainya saat ini.Dengan dalih sedang ngidam, Alana menginginkan banyak sekali makanan tak masuk akal. Cireng, seblak, batagor dan banyak lagi makanan yang membuat Alex uring-uringan.Dengan wajah datar dan tertekuk kesal, Alex tetap pergi mengantarnya. Entah apa yang dipikirkan Alana, sejenak bisa melupakan kekawatiran tentang kondisi Arshaka ketika mendengar bahwa dirinya tengah berbadan dua.“Eh, Mas. Jutek banget sih jadi orang? Cuma temenin istri beli rujak aja e
Alex datang dan memindai kondisi Daniel. Pria tua itu terlihat sangat memprihatinkan, bagaimana tidak, di usianya yang senja tak ada anak maupun kerabat di sampingnya ketika tengah berjuang antara hidup dan mati.Miris! Andai saja dulu ia tak menyia-nyiakan keluarga yang sangat mencintainya, mungkin saja ia bisa pergi tanpa membawa penyesalan.“Tuan, maaf kami kehilangan jejaknya!” lapor salah satu anak buahnya sambil menunduk ketakutan.Alex memandang bawahannya itu dengan dingin. “Kenapa bisa kecolongan, hah! Kalian aku pilih karena keahlian dan kemampuan kalian. Tapi, hanya untuk menjaganya seorang pria tua saja kalian tak mampu?” sembur Alex marah.“Maaf, Tuan. Tadi ada seorang perempuan dengan berpakaian suster datang kemari, kami kira dia perawat jaga. Kami tidak menaruh curiga, namun ketika perawat yang asli datang dan datang memeriksa, keadaan Tuan Daniel hampir Anfal,” jelasnya dengan gemetaran.Alex menghela nafas panjang, sungguh baginya hari ini sangat melelahkan.“Kami sud
“Apa kau telah memperkosaku?” Tanya perempuan itu lagi dengan histeris.Alex mengerang frustasi, ia begitu bingung bagaimana caranya menjelaskan duduk perkara padanya ketika kondisinya saat ini dalam kondisi amarah dan salah paham menguasai dirinya.“Hei, Nona! Bisa kau hentikan aksimu itu? Kau telah membuat kamarku jadi berantakan!” Serunya.Perempuan itu akhirnya berhenti melempar benda-benda ke arah Alex karena sudah tak ditemukan lagi benda yang bisa ia lempar. Beruntung dengan sigap Alex menghindari lemparan yang datang ke arahnya secara beruntun.Bantal, guling, bingkai foto berserakan di lantai. Tak ketinggalan vas tanaman hias ikut pecah dan tanahnya mengotori lantai granit.Alex menghela nafas lelah. Sekarang, apakah sudah terlambat baginya menyesal telah menolong perempuan itu? Yang jelas Alex hanya bisa diam, sambil memungut kembali semua benda dan mengembalikannya ke asalnya tanpa menghiraukan perempuan itu.Sedangkan bingkai foto dan vas yang terlanjur pecah, ia pergi kelu
“Berapa yang kau inginkan?” Kia memberanikan diri bertanya.“Bukan berapa, tapi apa?” Alex menyeringai lebar yang membuat mata Kia melotot sempurna dengan jantung yang berdebar kencang.“Maksudnya ... ““Menurutmu, apa pertukaran yang pas untuk melindungi nyawamu?” Alex balik bertanya. Pertanyaan ambigunya membuat Kiara tertegun sejenak. Seringaian yang tersungging di bibir Alex membuatnya bergidik ngeri.“Dasar mesum!” pekik Kiara, “apa di otak orang-orang kaya seperti kalian hanya ada selangkangan?” Kiara merenggut kesal.Alex tertawa, ekspresi cemberutnya membuat gadis di depannya terlihat sangat lucu dan menggemaskan.“Kenapa tertawa? Itu nggak lucu! Lagi pula aku masih perawan dan tersegel, aku nggak akan menyerahkan keperawananku pada orang lain selain suamiku nanti!” bebernya tanpa jeda dalam sekali tarikan nafas.Melihat Alex yang mengerutkan keningnya, Kiara baru menyadari ucapannya yang selalu kebablasan menutup mulutnya karena malu.Bisa-bisanya membeberkan fakta keperawana
Arshaka menatap Alana yang tengah terlelap dengan mulut sedikit terbuka dengan perasaan bahagia. Bagaimana tidak, sekarang Alana sudah tahu kenyataan yang sebenarnya. Meskipun Alana sangat terkejut dengan fakta yang terjadi, ditambah Adrian yang memalsukan kematiannya dan kembali hadir dengan niat yang sama yaitu balas dendam.Setelah penuh drama, akhirnya mereka mencoba berbaikan. Belajar menerima satu sama lain dengan pandangan berbeda. Meskipun pada awalnya mereka berdua sama-sama merasa kikuk karena selama ini hanya pertikaian dan adu mulut dengan kata kasar yang kerap sekali melingkupi kebersamaan mereka.Sedangkan Alana, dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia telah ditipu dan diperdaya oleh Adrian, bahkan dengan mudahnya ia percaya semua perkataannya merasa sangat sedih. Ia menyesal karena telah dibutakan oleh cinta hingga segala macam peringatan dari orang tuanya tak pernah ia indahkan. Alana bersikukuh menerima lamaran dari Adrian hingga insiden di Dermaga menjadi awal mula kesa